Setiap tanggal 5 Oktober diperingati sebagai Hari Ulang Tahun Tentara Nasional Indonesia (HUT TNI).
Tahun ini TNI sudah memasuki usia ke-75. Dalam sejarah, TNI beberapa kali mengganti nama. Dari mulai Badan Keamanan Rakyat (BKR), Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Tentara Republik Indonesia (TRI), sampai dengan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI).
ABRI agak berbeda dibanding yang lain. ABRI adalah gabungan antara tentara dan kepolisian. ABRI ada pada masa orde baru dan terkenal dengan dwi fungsinya. Di masa reformasi, ABRI dipecah. Tentara kembali menjadi TNI, kepolisian menjadi Kepolisian Negara Republik Indonesia (POLRI).
Tentara/TNI dan polisi/Polri adalah dua ujung tombak keamanan dan pertahanan negara. Keduanya mempunyai fungsi dan tugas yang berbeda. TNI berfungsi lebih kepada menjaga kedaulatan negara, sedangkan Polri lebih kepada menjaga keamanan negara dan penegakan hukum.
Selain itu, perbedaan penting lainnya adalah TNI itu militer, sedangkan Polri bukan militer. Ada juga yang mengatakan bahwa Polri adalah sipil yang dipersenjatai atau bisa juga disebut dengan semi militer. Perbedaan ini menjadi penting. Khususnya untuk anggota Polri yang bisa ditugaskan di beberapa lembaga pemerintah non-kepolisian. Untuk TNI, harus keluar dari militer atau purna tugas dulu untuk bisa menduduki jabatan sipil.
Tantangan TNI di Era Globalisasi
Ditengah polarisasi dunia yang kian terasa, TNI memiliki peran yang krusial dalam menjaga kedaulatan negara. Walaupun keadaan dunia yang sedang sakit parah dengan adanya pandemi, eskalasi hubungan antar negara tidak berhenti, bahkan semakin memanas. Tak pelak hal ini seharusnya menjadi perhatian utama pemerintah, khususnya TNI, untuk memperkuat pertahanan negara. Jangan sampai kita terlena dengan keadaan.
Ada beberapa eskalasi global yang perlu dibaca dengan baik oleh TNI. Bahkan patut dijadikan sebagai sebuah ancaman yang perlu diwaspadai.Â
Pertama, eskalasi hubungan Amerika Serikat - China. Dua negara adidaya ekonomi ini memang berseteru yang menyebabkan terjadinya perang dagang diantara mereka. Di masa pandemi, perang dagang telah menjelma menjadi perang dingin. AS dan China saling menuding satu sama lain karena dipicu oleh perdebatan tentang virus corona.Â
Ketegangan kedua negara, mau tak mau mempengaruhi keadaan ekonomi, sosial dan politik dunia. Arah perseteruan yang tak jelas, bisa saja memantik terjadinya konflik. Indonesia pasti akan terkena imbasnya. TNI harus siap dengan kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi.
Kedua, eskalasi klasik regional Laut China Selatan. Manuver-manuver China di wilayah ini membuat geram negara-negara di sekitarnya. Aroma invasi ke negara-negara sempalannya seperti Taiwan dan Hong Kong semakin terasa. Jika kita tidak waspada, bukan tidak mungkin beberapa wilayah perairan kita yang dekat dengan Laut China Selatan akan diklaim oleh China.