Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Trump Positif Covid-19, Akankah Dipolitisasi?

4 Oktober 2020   09:16 Diperbarui: 4 Oktober 2020   14:21 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejumlah agenda kampanye politik penting harus ditunda. Menarik ditunggu bagaimana propaganda politik yang akan dilakukan Trump dan partai republiknya.

Di sisi lain, Joe Biden dan partai demokratnya pasti sudah menyiapkan amunisi untuk menyerang Trump perkembangan kondisi ini. Ya, begitulah politik. Kondisi apapun bisa dipolitisasi.

Pandemi memang rawan sekali untuk dipolitisasi. Dari awal kemunculannya, banyak sekali opini dan konspirasi yang dibicarakan mengenai pandemi. Ujung-ujungnya mengarah ke politik.

Sebagian masyarakat lebih menyukai membahas pandemi sebagai sebuah panggung teater politik yang selalu melahirkan perdebatan daripada membahas pentingnya penanganan pandemi itu sendiri.

Di kiri, politikus melihat pandemi sebagai kesempatan untuk mengangkat kembali isu pentingnya pelayanan kesehatan universal, model ekonomi non-kapitalis dan isu perubahan iklim. Di kanan, pandemi digunakan untuk melawan isu imigran, demokrasi, multilateralisme dan nasionalisme yang berlebihan.

Politisasi Pandemi di Pilkada

Di negara kita, politisasi pandemi juga terasa. Pemilihan kepala daerah (pilkada) di berbagai tempat akan segera dilaksanakan. Diskursus mengenai keamanan melakukan rangkaian proses pilkada menggaung di media. Khawatir akan ada klaster baru jika kampanye dan proses pilkada lainnya dipaksakan tetap ada.

Wacana penundaan pilkada bergulir, diperdebatkan dan sampai sekarang belum sampai kepada titik terang. Pemerintah pun belum banyak menanggapi. Semua dianggap berjalan normal tanpa adanya kendala. 

Disisi lain, partai politik memanfaatkan momen ini untuk kepentingan golongannya masing-masing. Kampanye terselubung dengan menggunakan kedok bantuan sosial pandemi ada di mana-mana. Posko-posko pemenangan memberikan internet gratis untuk pelajar. Seminar yang berisi penggiringan opini menjamur.

Akankah kita bisa mendapatkan pemimpin yang baik kelak, jika prosesnya saja dipenuhi dengan kecacatan politik seperti ini?

Ya, terjangkitnya Trump dengan COVID-19 memang adalah sebuah takdir, begitu juga jika ada masyarakat yang kelak akan terpapar ketika mengikuti kampanye pilkada juga adalah sebuah takdir. 

Kita sebagai makhluk Tuhan memang tidak bisa mengelak dari takdir. Tetapi Tuhan tidak mengajarkan kepada kita untuk menyerah kepada Takdir. Tuhan memberikan akal dan iradah kepada manusia untuk digunakan untuk bisa memilih jalan aman dan jalan terbaik dalam kehidupan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun