Sejumlah agenda kampanye politik penting harus ditunda. Menarik ditunggu bagaimana propaganda politik yang akan dilakukan Trump dan partai republiknya.
Di sisi lain, Joe Biden dan partai demokratnya pasti sudah menyiapkan amunisi untuk menyerang Trump perkembangan kondisi ini. Ya, begitulah politik. Kondisi apapun bisa dipolitisasi.
Pandemi memang rawan sekali untuk dipolitisasi. Dari awal kemunculannya, banyak sekali opini dan konspirasi yang dibicarakan mengenai pandemi. Ujung-ujungnya mengarah ke politik.
Sebagian masyarakat lebih menyukai membahas pandemi sebagai sebuah panggung teater politik yang selalu melahirkan perdebatan daripada membahas pentingnya penanganan pandemi itu sendiri.
Di kiri, politikus melihat pandemi sebagai kesempatan untuk mengangkat kembali isu pentingnya pelayanan kesehatan universal, model ekonomi non-kapitalis dan isu perubahan iklim. Di kanan, pandemi digunakan untuk melawan isu imigran, demokrasi, multilateralisme dan nasionalisme yang berlebihan.
Politisasi Pandemi di Pilkada
Di negara kita, politisasi pandemi juga terasa. Pemilihan kepala daerah (pilkada) di berbagai tempat akan segera dilaksanakan. Diskursus mengenai keamanan melakukan rangkaian proses pilkada menggaung di media. Khawatir akan ada klaster baru jika kampanye dan proses pilkada lainnya dipaksakan tetap ada.
Wacana penundaan pilkada bergulir, diperdebatkan dan sampai sekarang belum sampai kepada titik terang. Pemerintah pun belum banyak menanggapi. Semua dianggap berjalan normal tanpa adanya kendala.Â
Disisi lain, partai politik memanfaatkan momen ini untuk kepentingan golongannya masing-masing. Kampanye terselubung dengan menggunakan kedok bantuan sosial pandemi ada di mana-mana. Posko-posko pemenangan memberikan internet gratis untuk pelajar. Seminar yang berisi penggiringan opini menjamur.
Akankah kita bisa mendapatkan pemimpin yang baik kelak, jika prosesnya saja dipenuhi dengan kecacatan politik seperti ini?
Ya, terjangkitnya Trump dengan COVID-19 memang adalah sebuah takdir, begitu juga jika ada masyarakat yang kelak akan terpapar ketika mengikuti kampanye pilkada juga adalah sebuah takdir.Â
Kita sebagai makhluk Tuhan memang tidak bisa mengelak dari takdir. Tetapi Tuhan tidak mengajarkan kepada kita untuk menyerah kepada Takdir. Tuhan memberikan akal dan iradah kepada manusia untuk digunakan untuk bisa memilih jalan aman dan jalan terbaik dalam kehidupan.