Dan akhirnya berita ini sampai ke telinga Pak Tani yang memahami bahwa Kerbau tidak suka bekerja dengan Pak Tani karena memberikannya  banyak pekerjaan hingga membuatnya lelah. Pak Tani pun memutuskan untuk menyembelih si Kerbau karena tak lagi berguna.
Cerita ini menggambarkan bagaimana hoaks bisa terbentuk. Inti berita yang disampaikan sebenarnya sama bahwa Kerbau lelah karena seharian bekerja. Tetapi semakin viral berita, semakin bias maknanya, semakin dilebih-lebihkan.
Ya, hoaks bisa terbentuk karena masyarakat terlalu banyak berbicara dan membicarakan sesuatu, sehingga membuat sesuatunya menjadi berlebihan. Oleh karenanya, untuk kebaikan dan kemaslahatan, agama mengajarkan kita untuk sedikit bicara/berkata, sedikit makan dan sedikit tidur.
Berkenaan dengan hal perkataan, Ustad Bediuzzaman Said Nursi berkata dalam buku Risalah Nur-nya, " Dalam setiap perkataan kita, haruslah mengandung kebenaran, tetapi tidak semua kebenaran harus kita katakan."
Orang yang berbadan gendut, tidak perlu kita bilang si gendut di muka umum. Benar memang dia gendut, tetapi tidak pantas dikatakan. Selain benar dan pantas, keperluan juga mesti diperhatikan. Belum tentu sesuatu yang benar dan pantas, perlu dikatakan.
 Alhasil, seperti halnya Misunderstanding Game, kita seharusnya bisa belajar dari kesalahpahaman yang terjadi dan kita harus bisa merubahnya menjadi sebuah kebaikan. Caranya, dengan lebih mengefektifkan komunikasi diantara kita.
Selain itu, Misunderstanding Game juga mengajarkan kepada kita bagaimana berkomunikasi yang baik, bagaimana menjaga perkataan, bagaimana memilih apa yang dibicarakan dan bagaimana menyampaikan sesuatu dengan baik. Tujuannya adalah meminimalisir kesalahpahaman di antara kita.
Mudah-mudahan artikel ini menjadi hal yang baik, pantas dan perlu dituliskan. Jangan sampai disalahpahami dan menjadi hoaks di masyarakat.
[Baca juga: Berpendapat Boleh, Asalkan...]
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI