Andai pun seseorang memahami benar, mungkin cara penyampaiannya kepada orang lain bisa saja rancu, menyebabkan orang lain salah memahami. Hal ini juga menjadi salah satu sebab terjadinya kesalahpahaman.
Berita yang disalahpahami akan menjadi berita hoaks. Di era digital, media sosial menjadi primadona. Di media sosial hoaks merajalela. Sebabnya adalah informasi di media sosial yang datang dengan derasnya, tanpa filter dan moderasi yang jelas.Â
Oleh karena itu, hoaks harus kita perangi. Kita harus lebih berhati-hati dalam membagikan sebuah berita. Informasi yang salah dan disalahpahami bisa berdampak buruk di masyarakat.Â
Memang jejak digital bisa kita hapus, tetapi apakah jejak di memori masyarakat bisa kita hapus? Tentu saja tidak. Oleh karena itu, perlu cek dan ricek yang teliti sebelum kita memposting sesuatu.
Si Kerbau dan Si Monyet
Bicara tentang hoaks, saya teringat cerita fabel "Si Kerbau dan Si Monyet" yang diceritakan seorang teman.
Alkisah, Si Kerbau dan Si Monyet sedang berbincang di pinggir sawah sambil beristirahat setelah kerja seharian.
Monyet bertanya, "Â Sedang apa kau Kerbau?"
Kerbau menjawab, " Aku lelah seharian bekerja."Â
Lalu Monyet pergi dari pinggir sawah. Di jalan Monyet bertemu Ayam. Monyet berkata kepada Ayam, "Tadi aku bertemu Kerbau. Dia bilang kelelahan karena banyak kerja seharian."
Lalu Ayam pun bertemu Kuda dan berkata kepada Kuda, "Â Eh katanya Kerbau tidak mau banyak kerja, karena lelah."Â
Lalu Kuda yang mendengar berita itu pergi bertemu Bebek dan berkata kepada Bebek, "Kerbau tidak lagi mau bekerja karena membuatnya lelah."