Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Refleksi Membaca Pesan Damai Al-Qur'an

31 Agustus 2020   21:59 Diperbarui: 31 Agustus 2020   21:51 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(ANTARA FOTO/MUHAMMAD ARIF PRIBAD Via kompas.com, Gambar sudah diedit)

Hari ini saya membaca sebuah artikel dalam sebuah majalah. Artikel yang berjudul "Membaca Pesan Damai Al-Qur'an". Artikel ini ditulis oleh seorang akademisi dari Turki bernama Dr. Ahmet Kurucan.

Ada beberapa hal menarik yang ingin saya angkat dari artikel beliau. Saya begitu menikmati sekali ketika membaca artikel ini. Terutama pada kedalaman pembahasan yang dilakukan penulis. 

Jarang ada penulis yang bisa membahas sesuatu secara mendalam dengan bahasa yang begitu mengalir. Sedikit saya ingin menganalisis lebih mendalam apa-apa yang disampaikan oleh penulis dan saya akan mencoba mengkorelasikannya dengan nilai-nilai hikmah yang bisa diambil darinya.

Bagian Pembukaan

Penulis memulai pemaparan dengan sedikit mengulas sejarah bagaimana umat muslim bisa memahami Al-Qur'an dari zaman ke zaman. Dimulai dari generasi pertama ketika Al-Qur'an dikeluarkan sampai dengan masa sekarang.

Jika diintisarikan ada tiga penggalan waktu yang diangkat penulis. Masa generasi awal, masa Tadwin (masa dimulainya kodifikasi literatur Islam) dan masa kini. 

Dari pemahaman saya penulis ingin mengintisarikan ketiga masa itu dengan mengatakan, "Pesan-pesan Ilahi yang terdapat di dalamnya bersifat universal, komprehensif, meta-historis, serta tidak dapat dipelajari dan diimplementasikan dengan cara lain, melainkan dibutuhkan ketelitian intelektual".

Dari sini kita memahami perlunya mengedepankan ketelitian intelektual dalam memahami sesuatu. Menurut KBBI, teliti itu artinya cermat dan hati-hati. Sedangkan Intelektual artinya cerdas, berakal, dan berpikiran jernih berdasarkan ilmu pengetahuan. 

Jika saya coba simpulkan ketelitian intelektual yang dimaksud adalah menggunakan akal untuk memahami ilmu pengetahuan dengan penuh kehati-hatian. Prinsip ini begitu penting bagi para pembelajar. 

Selanjutnya penulis melanjutkan dengan pemaparan mengenai kesulitan yang bisa dihadapi ketika merealisasikan ketelitian intelektual itu. Penulis berkata, "Perubahan keadaan sosial sangatlah dinamis, karena gerak dinamis -yang tidak inersia- adalah sumber dari segala sesuatu dan kehidupan.

Yang bisa dipahami dari sini adalah dinamika yang terjadi dalam kehidupan. Kedinamisan tidak bisa dihadapi dengan kehidupan yang kaku. Penulis menggambarkannya dengan menggunakan istilah struktur sosial yang beku yang terjadi pada masa Tadwin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun