Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sisi Fiksi dan Nyata Kebakaran Kejagung

24 Agustus 2020   14:41 Diperbarui: 24 Agustus 2020   18:08 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gedung Kejagung terbakar Sabtu (22/8/2020) malam kemarin. Apa yang dibicarakan masyarakat Indonesia?

Bermacam diskursus publik terjadi. Dari mulai teori konspirasi, sabotase, manipulasi sampai dengan dihubungkannya dengan terorisme.

Dari semua diskursus itu, yang paling banyak disorot adalah masalah kasus korupsi. Banyak yang berspekulasi peristiwa ini berhubungan dengan kasus Djoko Tjandra yang viral beberapa bulan terakhir.

Maklum, kasus Djoko Tjandra ini memang banyak melibatkan tokoh-tokoh penting dan berpangkat. Wajar saja banyak orang berspekulasi bahwa Djoko Tjandra mungkin bisa saja menjadi dalang peristiwa terbakarnya gedung Kejagung.

Itu semua memang baru sekedar dugaan. Yang pastinya, kita akan menunggu hasil penyelidikan pihak kepolisian nantinya. 

Diskursus di masyarakat terjadi karena masyarakat terbawa pada imajinasi. Masyarakat sering melihat kejadian-kejadian seperti ini di film layar lebar. Suatu peristiwa yang bernuansa konspirasi dan politik.

Antara Fiksi dan Nyata

Fenomena peristiwa seperti ini bukan hanya terjadi di negara kita. Hal serupa juga terjadi di negara lain. Yang sedang hangat diberitakan saat ini adalah kasus dugaan peracunan kepada Alexei Navalny, seorang oposisi dan pengkritik Presiden Putin di Rusia.

Kremlin diduga memberi racun pada minuman teh yang diminumnya sesaat sebelum terbang kembali ke Moskow dari Siberia. Sampai saat ini Navalny masih dirawat secara intensif di Rumah Sakit Charite, salah satu Rumah Sakit terkemuka di Jerman.

Di Belarusia terjadi fenomena lain. Setelah terjadi pemilu presiden pada hari Minggu (9/8/2020), terjadi demonstrasi besar-besaran menolak hasil pemilu yang memenangkan presiden incumbent Lukashenko dengan angka kemenangan 80%.

Kejadian ini memaksa pemimpin oposisi Belarusia Sviatlana Tsikhanouskaya harus mengasingkan diri ke Lithuania dengan alasan keamanan. Seperti diketahui, Tsikhanouskaya vokal dalam melawan kediktatoran Lukashenko. Banyak orang mempertanyakan mengapa Tsikhanouskaya memilih "kabur" dari perjuangan.

Spekulasi mengatakan bahwa Tsikhanoiskaya mengasingkan diri karena diduga adanya ancaman kepada suaminya yang menjadi salah satu tahanan politik rezim Lukashenko.

Peristiwa-peristiwa ini biasanya kita saksikan di layar lebar. Konspirasi dan spekulasi sangat terasa pada peristiwa-peristiwa ini.

Masyarakat terkadang terjebak di antara fiksi dan kenyataan. 

Kebanyakan film konspirasi memang diangkat dari sebuah cerita fiksi. Khayalan sang penulis skenario yang dikemas senyata mungkin. Ini yang membuat terkadang penonton sulit membedakan antara fiksi dan kenyataan.

Apakah ini fiksi atau nyata? Waktu yang akan menjawabnya. Jika kita meminjam pemahaman fiksi menurut filsuf nyentrik Rocky Gerung yang diungkapkannya pada acara ILC yang sempat menjadi polemik pada tahun 2018, maka kita patut waspada.

Mengapa? Karena menurut Rocky Gerung fiksi adalah mengaktifkan imajinasi. Menurut KBBI imajinasi itu dibangun berdasarkan kenyataan atau pengalaman. Jadi berdasarkan ini, fiksi ini bisa saja menjadi kenyataan kedepannya.

Berpikir Positif dan Bertindak Positif

Lalu, bagaimana kita harus memahami hal ini? Bagi saya yang perlu kita lakukan adalah mulai berpikir positif dan diikuti dengan tindakan positif.

Kita harus bisa melihat sebuah peristiwa dari sisi positifnya. Hidup kita akan bahagia jika kita selalu berpikir positif. Kita harus mampu merubah cara kita melihat sesuatu, jika menurut kita sesuatu itu terlihat buruk.

Cara kita berpikir sangat dipengaruhi dengan siapa kita bergaul. Masyarakat sangat berperan penting dalam membangun pergaulan. Mindset yang baik harus dibangun dalam memahami sesuatu. Lingkungan masyarakat yang positif akan membawa pemikiran positif kepada orang-orang yang berada di dalamnya.

Berpikirlah positif, maka sesuatu yang positif akan terjadi. Seorang motivator dan penulis asal Mesir Ibrahim Elfiky pernah berkata, "Aku bertanggung jawab atas pikiranku maka aku harus bertanggung jawab atas semua perbuatanku". Maknanya, selain berpikir positif kita juga dituntut untuk bertindak positif.

Pemikiran tanpa tindakan akan terasa hampa. Untuk membuatnya nyata kita perlu bertindak.

Ulama Muhammad Fathullah Gulen mendifinisikan bertindak positif sebagai sebuah tindakan dengan penuh perasaan, pemikiran dan keyakinan bahwa tindakan kita benar. Menjalankannya dengan penuh rasa mahabbah dan tidak pernah memberikan tempat kepada permusuhan.

Insan yang bertindak positif akan bisa diterima dan menerima segala kondisi. Karena tindakannya berdasarkan rasa cinta, kasih sayang dan perdamaian. Hal inilah yang perlu kita kedepankan dalam memahami sebuah peristiwa yang terjadi.

Sebuah Refleksi

Konspirasi mengenai peristiwa kebakaran Kejagung mungkin masih meninggalkan tanda tanya apakah fiksi atau nyata. Banyaknya orang yang berspekulasi adanya konspirasi kasus korupsi menunjukkan bahwa rakyat sudah benar-benar muak dengan maraknya kasus korupsi di negara kita.

Tak bisa dipungkiri korupsi adalah kenyataan bukan sekedar fiksi. Diperlukan masyarakat yang bisa berpikir positif yang akan membuatnya bertindak positif untuk bisa memutus rantai kasus-kasus korupsi di negara kita. 

Tugas kita sekarang adalah bagaimana kita bisa membangun generasi yang memahami akan hal ini. Generasi yang mau berpikir dan bertindak positif.

Alhasil, spekulasi kebakaran Kejagung harus kita maknai dengan benar. Fiksi atau nyata harus kita pikirkan sisi positifnya. Dalam agama, kita menyebutnya husnuzan. Husnuzan akan bermakna jika ada tindakan. Tindakan yang akan mengiringi pemikiran. Sedikit tindakan positif yang kita lakukan mungkin akan membawa kebaikan yang tidak akan punah sepanjang masa. Maka jangan pernah kita menundanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun