Konstruksi sosial (social construction) mendorong siswa belajar dari orang lain. Penemuan jati diri (self-discovery) mendorong siswa untuk merefleksikan apa yang dipelajari dengan mengembangkan skill dan pengetahuan diri sendiri.
Jennifer Davis Poon seorang akademisi pada Center For Education and Innovation dalam artikelnya menyarikan empat dimensi student agency menurut para peneliti, praktisi dan pemikir dalam dunia pendidikan.Â
Keempat dimensi itu adalah menetapkan tujuan, menginisiasi aksi, refleksi dan pengarahan, dan menginternalisasi efikasi diri.
Jika diperhatikan keempat dimensi tersebut lebih terlihat seperti panduan langkah yang perlu dilakukan.
Pertama, menetapkan tujuan. Caranya adalah dengan memperhatikan kekurangan dan kelebihan siswa.
Kedua, menginisiasi aksi. Maksudnya guru harus membantu dan mendorong siswa untuk jangan hanya menjadi seorang penumpang bus yang hanya mengamati melalui jendela. Siswa harus mampu menjadi supir yang akan membawa bus menuju tujuan yang dituju.
Pada fase ini guru memberikan otonomi dan self-determination kepada siswa untuk mengatur waktu, tugas, teknik dan tim kerjanya sendiri untuk mencapai tujuannya.
Ketiga, refleksi dan pengarahan. Fase ini membutuhkan pemikiran reflektif dan disiplin diri. Siswa bisa mengeksternalisasi pemikiran mereka, meminta dan menerima umpan balik dari teman dan guru.
Keempat, menginternalisasi efikasi diri. Yang keempat ini tidak terlihat, tetapi tidak kalah penting dari ketiga hal diatas. Efikasi diri sangat berhubungan dengan pemikiran berkembang (Growth Mindset) siswa. Siswa harus percaya bahwa dirinya memiliki kemampuan dalam menghadapi sebuah tantangan.
Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa taktik. Diantaranya dengan memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk menguasai pembelajaran, memantapkan target zone of proximal development ( zona antara tingkat perkembangan bisa dilakukan sendiri dan tingkat perkembangan yang memerlukan bantuan), berbagi tentang keteladanan, mendorong pemikiran berkembang (Growth Mindset) dan yang terakhir hadir dalam keadaan fisik dan emosi siswa.
Alhasil, objek pendidikan adalah siswa. Di era BDR ini, semua komponen pendidikan mau direpotkan karena demi kebaikan siswa. Oleh karena itu, perlu bagi kita semua membuat siswa lebih mandiri, sehingga mereka akan mendapatkan pendidikan dengan baik dan beban yang kita tanggung pun lebih ringan.