Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pilih New Normal atau AKB? Atau Tidak Keduanya?

6 Agustus 2020   20:17 Diperbarui: 6 Agustus 2020   20:14 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(humas pemprov Jabar) via kompas.com

Maka dari itu pemerintah mengumumkan untuk menggunakan istilah Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) untuk menggantikan istilah new normal. Memang, jika kita cermati, istilah adaptasi kebiasaan baru lebih memiliki makna yang mendalam daripada istilah new normal. Ada sebuah proses yang tersirat pada istilah itu. Proses beradaptasi menuju kebiasaan baru. Coba bandingkan dengan istilah new normal yang terkesan pragmatis. Seolah-olah masyarakat dipaksa untuk melakukannya.

Memahami Adaptasi

Sebenarnya ada istilah yang lebih tepat daripada adaptasi (adaptation). Karena kata adaptasi lebih bermakna fisiologis, biologis atau berhubungan dengan adaptasi fisik terhadap lingkungan. Menurut ahli psikologi istilah yang lebih tepat adalah penyesuaian diri (adjustment).

Ahli Psikologi Schneiders melihat penyesuaian diri dari tiga sudut pandang. Ketiga sudut pandang tersebut adalah adaptasi (adaptation), konformitas (conformity) dan penguasaan (mastery).

Adaptasi berarti penyesuaian diri secara fisik terhadap lingkungan. Konformitas berarti penyesuaian diri terhadap norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat. Sedangkan, penguasaan berarti penyesuaian untuk mengembangkan diri, mampu menghadapi konflik, kesulitan, stress dan frustasi. Jika kita gabungkan ketiganya maka kita akan mendapatkan gambaran utuh tentang penyesuaian diri yang mencakup adaptasi di dalamnya.

Ya, di bahasa kita adaptasi memang diartikan lebih luas. Adaptasi dipadankan dengan adaptasi diri, adaptasi lingkungan dan adaptasi sosial. Jadi jika digabungkan maka akan mencakup semua sudut pandang yang disampaikan oleh Schneiders diatas.

Istilah apapun bisa digunakan, yang lebih penting adalah adalah bagaimana menjalankannya. Ada yang bilang new normal atau adaptasi kebiasaan baru adalah bukan sesuatu yang normal, maka tidak layak dilaksanakan. 

Seharusnya memang kita tidak bisa melihatnya dari sisi kenormalan, karena pada intinya kita dalam keadaan yang serba tidak normal. Beda ceritanya jika kita menganggap penyebaran covid-19 adalah sesuatu yang normal.

Saat ini kondisi penyebaran covid-19 di negara kita masih terus meningkat. Presiden Jokowi baru saja mengeluarkan Inpres nomor 6 tahun 2020 tentang peningkatan disiplin dan penegakan hukum protokol kesehatan dalam pencegahan dan pengendalian covid-19. 

Inpres ini seolah menegaskan bahwa kita sebenarnya masih harus berjuang melawan covid-19. Belum waktunya kita melonggarkan kewaspadaan. Jangan sampai adaptasi kebiasaan baru membuat kita terlena. 

Memperhatikan hal tersebut, jika saya harus disuruh memilih antara new normal dan AKB, saya cenderung untuk tidak memilih keduanya. Menurut saya, kita harus lebih bersabar sampai kita yakin benar-benar covid-19 sudah bisa kita kendalikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun