Definisi dalam Bahasa Arab ini masih menyisakan pertanyaan yang terbersit dalam pikiran saya. Diantaranya adalah mengapa di Indonesia kata silaturahmi yang digunakan, bukan silaturahim? Mengapa silaturahmi populer di Indonesia penggunaannya, tetapi kurang populer di negara-negara yang menggunakan Bahasa Arab?
Terlepas dari pertanyaan-pertanyaan itu, di dalam Bahasa Indonesia, silaturahmi ya sama saja dengan silaturahim. Terserah masyarakat, mau pakai istilah yang mana, yang penting adalah pemahamannya yang mesti sama.
Bonding dan Bridging Social Capital
Lalu bagaimana kita memahami konsep silaturahmi? Di dalam ilmu Sosiologi, mungkin konsep silaturahmi ini cocok sekali jika disandingkan dengan istilah bonding dan bridging dalam konsep social capital.
Konsep social capital yang jika diterjemahkan menjadi konsep modal sosial berakar dari penelitian seorang sosiolog dari Universitas Harvard Robert Putnam.
Menurut Putnam, social capital secara sederhana diartikan sebagai nilai jaringan sosial dimana norma kepercayaan dan resiprokal berkembang di dalamnya.
Sementara itu, Sejarawan Jon Pahl dalam bukunya Fethullah Gulen: A Life of Hizmet, mengulas tentang bonding dan bridging social capital dengan lebih mendalam. Menurutnya, bonding social capital berarti menciptakan hubungan yang kuat diantara masyarakat yang memiliki kesamaan kepentingan, identitas, etnis, dan kesamaan lainnya. Di sisi lain bridging social capital berarti menghubungkan masyarakat dengan melawan pembelahan sosial yang sering terjadi di masyarakat.
Mungkin bonding dan bridging inilah yang dimaksud dengan seni bersosialisasi dalam status WA temanku itu. Jika itu yang dimaksud, maka bersilaturahmi sudah pastinya memerlukan keahlian, rencana dan strategi tersendiri dalam melakukannya.
Layaknya sebuah seni yang membutuhkan hati untuk bisa menghasilkan sebuah karya yang indah, begitu juga dengan silaturahmi. Silaturahmi membutuhkan hati dimana cinta dan kasih sayang berada. Tanpa adanya rasa cinta dan kasih sayang proses bonding dan bridging dalam bersilaturahmi tidak akan berjalan sempurna.
Bukan hanya tidak akan berjalan sempurna, bahkan kegagalan bonding dan bridging bisa menyebabkan efek samping yang lebih berbahaya. Efek samping yang berkepanjangan dan membuat sulit untuk kita memperbaikinya.
Pendekatan silaturahmi inilah yang juga mesti harus dikedepankan dalam menghadapi pandemi sekarang ini. Dengan bonding dan bridging yang dilakukan akan terbentuk sebuah kesadaran kolektif di dalam jaringan sosial masyarakat.