Angka penyebaran covid di Indonesia terus naik hari-hari ini. Sementara, di saat yang sama angka pasien yang sembuh pun lebih banyak dan persentase pasien yang meninggal menurun. Itulah data statistik yang diberitakan. Entah apa yang harus kita rasakan, senang atau malah khawatir.
Lima bulan yang lalu, data statistik covid-19 hampir setiap hari saya pantau. Baik dari situs resmi pemerintah maupun dari portal berita online. Mengapa? Karena selain penasaran, setidaknya ada secercah harapan yang saya gantungkan di dalam hati. Harapan ingin melihat angka positif virusnya terus menurun supaya kita bisa keluar dari situasi tak menentu ini.
Apa mau dikata, harapan tinggal harapan, angka positif malah semakin meningkat, saya pun sudah tidak memantau lagi. Toh angkanya tak pernah menyenangkan, selalu mengkhawatirkan.Â
Bahkan di awal bulan April lalu, kita dicengangkan dengan angka case fatality rate (CFR) kasus covid-19 di Indonesia yang sempat menjadi yang tertinggi di dunia.
Takut Akan KematianÂ
Angka kematian itulah yang sempat membuat orang banyak takut. Karena memang sudah kodratnya manusia untuk takut kepada kematian. Merinding bulu roma, jika mendengar kematian.Â
Meminjam perkataan ulama Fethullah Gulen yang mengatakan, "Manusia adalah ciptaan yang memiliki dua sisi. Sisi jasmani dan sisi rohani. Sisi jasmani selalu menginginkan kesenangan dan kelezatan nafsu."
Inilah yang menyebabkan manusia takut akan kematian, karena kematian akan menghilangkan kesenangan dan kelezatan hidup. Sisi jasmani manusia selalu menekan sisi rohaninya. Nafsu selalu mengalahkan yang lainnya, apapun yang dilawannya.
Sekarang, ketika angka positif covid-19 yang masih terus meningkat, bahkan menciptakan rekor tertinggi harian, seolah sudah tidak ada lagi orang yang takut akan data statistik itu. Kejenuhan masyarakat dalam menghadapi pandemi membuat masyarakat lebih memilih berpikir prastis.
Banyak orang yang berpikir bahwa virus ini tidak sebahaya yang diberitakan. Toh banyak juga orang yang berhasil sembuh.Toh jumlah yang meninggal juga jauh lebih sedikit dari yang sembuh.
Memang seyogyanya masyarakat tidak perlu takut akan kematian. Yang perlu ditakuti adalah apa yang akan dihadapi setelahnya. Sebagai insan yang beragama seharusnya kepercayaan kepada akhirat menjadi pegangan yang kuat dalam memahami peristiwa kematian. Setelah kematian, ada kehidupan hakiki, itu yang perlu dipikirkan.
Ada sebuah ungkapan, "Seseorang yang tidak khawatir akan nasibnya kelak, nasibnya patut dikhawatirkan".Â