Belajar untuk belajar, kira-kira seperti itulah terjemahan dari istilah learning to learn dalam bahasa Inggris. Terasa janggal jika diterjemahkan. Dua kata belajar yang memiliki kedudukan berbeda. Sebuah istilah yang memiliki makna yang dalam. Istilah ini sangat tepat sekali untuk menggambarkan era pendidikan digital yang sedang kita jalani sekarang.
Sejak bulan Januari, dunia dikejutkan dengan kehadiran makhluk Tuhan yang sangat kecil bernama virus korona. Virus yang berasal dari Tiongkok ini sontak membuat heboh dimana-mana. Di seluruh belahan dunia orang membicarakannya.
Awal bulan Maret virus mulai masuk ke negara kita, walaupun banyak orang yang menduga sebenarnya virus sudah ada lebih awal dari pengumuman resmi pemerintah.
Inilah awal cerita pandemi di negeri kita tercinta. Presiden memerintahkan masyarakat untuk bekerja dari rumah, belajar dari rumah dan beribadah di rumah. Jargon di rumah aja didengungkan dimana-mana. Jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan menjadi bahasa keseharian.
Pendidikan di Era Pandemi
Tak bisa dipungkiri, sektor pendidikan menjadi salah satu yang terkena dampaknya. Siswa dan guru dilarang datang ke sekolah. Pembelajaran harus berganti ke moda pembelajaran daring.
Banyak yang kelimpungan. Apalagi bagi mereka yang gaptek atau gagap teknologi. Mau tak mau mereka dituntut untuk belajar lebih keras. Ada juga yang pesimis. Menganggap bahwa pendidikan tidak akan berjalan efektif jika dilakukan secara daring.
Apapun argumennya, tetap saja pembelajaran daring dilaksanakan. Pemerintah melalui Kemendikbud mengeluarkan surat edarannya. Pertimbangannya karena cara inilah solusi terbaik yang bisa dilakukan, walaupun solusi ini tidak bisa menjangkau semua siswa.
Sebenarnya dalam pembelajaran daring, siswa dituntut untuk bisa belajar untuk belajar. Maksudnya siswa harus bisa memaknai belajar dengan cara yang lebih mandiri. Siswa harus mampu belajar memahami benar-benar makna kata belajar dan bagaimana cara belajar yang baik.
Seorang pengusaha terkenal Jepang Joi Ito pernah berkata, "Education is what people do to you. Learning is what you do for yourself ".
Di era pembelajaran daring, dimana pendidikan formal tidak bisa dilakukan secara efektif, maka konsep belajar menjadi lebih diutamakan daripada pendidikan itu sendiri.
Belajar dalam artian siswa bisa melakukan sesuatu untuk dirinya. Tidak melulu menunggu bantuan dari guru.
Dalam hal ini, belajar harus datang dari motivasi intrinsik yang ada di dalam diri siswa. Motivasi itu harus diimbangi dengan adanya lingkungan yang mendukung. Konsep social learning perlu dikedepankan. Konsep yang mengedepankan siswa untuk belajar dari masyarakat secara informal.
Dalam hal ini pendidikan pragmatis yang mengedepankan teori konstruktivisme sangat diperlukan. Siswa bisa diarahkan untuk belajar dari pengalaman yang dia dapatkan di masyarakat.
Dengan ini, maka konsep belajar adalah belajar dari apa yang siswa dengar, lihat dan pahami, bukan dari apa yang dikatakan guru.
Kebebasan berpikir
Paradigma belajar baru di era pandemi seolah mengukuhkan konsep merdeka belajarnya Mas Menteri Nadiem Makarim. Dimana siswa lebih leluasa untuk menggunakan segala sumber pembelajaran yang ada di sekitarnya.
Menurut saya, istilah merdeka belajar lebih tepatnya lagi dikatakan dengan istilah merdeka berpikir atau kebebasan berpikir.
Istilah ini saya pinjam dari tulisan filsuf Jerman Immanuel Kant yang menuliskan, "Obey, but think, maintain the freedom of thought!". Kant menuliskan hal ini dalam pembahasan tentang hukum negara.
Istilah itu sangat relevan sekali dengan kondisi pendidikan daring kita. Siswa patuhi aturan formal, tetapi siswa harus lebih bebas untuk mengekspresikan pikiran mereka, dengan tetap mengikuti norma-norma pendidikan yang ada pastinya.
Tulisan Immanuel Kant ini juga yang dikutip filsuf Slovenia, Slavoj Zizek dalam bukunya yang berjudul Pandemic Covid-19 Shake The World.
Dari paparan Zizek bisa disimpulkan bahwa di masa pandemi ini juga banyak orang-orang yang menggunakan kebebasan berpikirnya. Entah pemikirannya itu benar atau salah, waktu yang akan membuktikan.
Saya kembali ke topik pendidikan, intinya adalah dalam pendidikan di era digital merubah paradigma belajar siswa sangat penting dilakukan. Apalagi dengan tingginya biaya pendidikan formal yang akan dikeluarkan, siswa dituntut untuk bisa mengembangkan cara belajarnya sendiri yang dirasakan akan lebih efektif.
Alhasil, belajar itu tidak mesti dalam pendidikan formal, banyak cara bisa dilakukan untuk belajar. Yang perlu dilakukan adalah perubahan paradigma dari siswa. Perubahan untuk siswa bisa lebih bebas menuangkan pemikirannya bagaimana cara yang baik baginya untuk belajar. Tugas kita adalah membentuk lingkungan yang baik sehingga proses belajar untuk belajar siswa bisa berjalan dengan baik.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI