Tak terasa minggu pertama kegiatan Belajar Dari Rumah (BDR) di sekolah kami sudah selesai dilaksanakan. Sebagai guru, kami sudah terbiasa dengan BDR yang sudah kami mulai sejak pertengahan semester kedua tahun lalu. Persiapan yang matang di masa liburan pun membuat kami lebih percaya diri melaksanakan BDR.
Sekolah kami biasanya rutin melakukan kegiatan motivasi kepada siswa-siswanya.Â
Di masa BDR ini, kegiatan motivasi tidak bisa kita lakukan seintens masa sebelum pandemi. Di tengah keterbatasan, kami berkomitmen untuk terus istiqomah melakukan kegiatan itu walaupun hanya melalui ruang virtual.
Di minggu pertama ini saya menjelaskan tentang lie detector. Lie detector adalah seperangkat alat yang menggunakan sistem poligraf. Alat ini berfungsi mendeteksi seseorang yang berkata bohong. Alat ini biasanya digunakan untuk mengetes karyawan yang mendaftar masuk ke sebuah perusahaan maupun untuk keperluan penyelidikan kepolisian.
Kita sering melihat alat ini di film layar lebar. Biasanya alat ini terdiri dari beberapa rangkaian kabel yang disambungkan ke alat penjepit atau pengikat. Biasanya alat ini disambungkan ke organ tubuh seperti organ pernapasan, organ peredaran darah dan pada kulit manusia. Tujuannya adalah untuk merekam aktivitas organ-organ tersebut dan merubahnya menjadi data poligraf yang bisa dibaca dan dianalisis.
Biasanya ada 3 bagian yang diamati, Â pernafasan, tekanan darah dan keringat. Reaksi psikologis akan muncul ketika kita mengatakan sesuatu dan reaksinya akan berbeda ketika kita berkata bohong. Perbedaan itulah yang akan dideteksi oleh detektor. Sehingga data poligraf akan menggambarkan sesuatu yang berbeda sehingga mudah untuk dikenali.
Walaupun tingkat akurasinya bisa dibilang tinggi, tetapi alat ini masih menuai kontroversi di kalangan psikolog. Mereka mengatakan masih adanya permasalahan ilmiah yang sangat signifikan pada alat ini.Â
Sebabnya adalah karena standar kebohongan tidak bisa diukur dengan alat fisik, karena kebohongan adalah sebuah proses kejiwaan.Â
Selain itu manusia juga bisa memanipulasi dirinya sehingga bisa membohongi alat itu. Seseorang bisa melatih dan mengatur emosinya sehingga bisa membuat alat tidak mampu mendeteksi perubahan kerja organ tubuhnya ketika berkata bohong.