Hari ini adalah hari pertama Tahun Pelajaran 2020/2021. Tak seperti tahun-tahun sebelumnya, sekolah masih terasa sepi. Tak ada tawa riang siswa-siswi yang biasa kita dengar di hari pertama sekolah. Yang ada hanya suara sound system laptop yang terkadang mati hidup karena gangguan sinyal.
Itulah suasana hari pertama Belajar Dari Rumah (BDR) yang kami rasakan. Ada rasa kebahagiaan bisa kembali memulai aktivitas, tetapi rasa itu tak sempurna. Tak ada gairah penuh yang kita rasakan sebelumnya, terasa hampa.Â
Namun, walaupun seperti itu, kita semua mencoba untuk bisa membangun gairah itu kembali. Apapun keadaannya. Kita tidak boleh menyerah kepada keadaan. Ini bukanlah drama yang sesungguhnya.
Kemarin, sehari sebelum masuk sekolah, siswa-siswi sudah ramai bergerak di media sosial. Berbagai macam postingan ditayangkan, menunjukkan kesiapan mereka memulai pelajaran di tahun ajaran baru.Â
Ada yang lucu, ada yang kreatif, ada yang super kreatif yang menunjukkan betapa semangatnya mereka menyambut datangnya hari baru. Inilah cara mereka memotivasi diri menyambut tahun ajaran baru dikala harus menerima kenyataan pahit tidak bisa datang ke sekolah.
Dan di hari pertama hari ini, Â drama pun dimulai. Upacara virtual yang direncanakan harus terkendala gangguan teknis. Link virtual pembukaan terlambat di share.Â
Ada siswa yang tidak mau membuka videonya dan menggunakan nama samaran ketika di ruang virtual. Jadwal pelajaran yang masih belum bisa dijalankan dengan baik karena berbenturan. Itulah sebagian drama yang terjadi di hari pertama BDR.
Lalu bagaimana kita menyikapinya? Kesal memang jika dipikirkan. Mungkin karena ini hari pertama bisa saja dimaklumi. Tetapi apakah akan selalu begini? Seharusnya tidak.Â
Kita seharusnya mampu menerapkan ilmu yang kita dapatkan pada pelatihan di masa persiapan daring minggu lalu.
Mari kita kembali berpikir jernih. Seperti kita ketahui, Â minggu lalu hampir setiap sekolah melakukan pelatihan dan workshop mengenai pembelajaran daring yang akan dilaksanakan.Â
Seharusnya permasalahan-permasalahan seperti diatas sudah bisa diperkirakan akan terjadi dan seharusnya langkah-langkah antisipasi sudah disiapkan. Itulah sejatinya tujuan pelatihan dan workshop itu diadakan.
Jangan sampai orang-orang curiga jika pelatihan dan workshop yang dilaksanakan hanyalah sekedar sebuah cara menghabiskan dana yang ada. Apalagi di masa pandemi ini, segala pengeluaran anggaran yang diatasnamakan bagian dari program percepatan penanganan covid 19 akan mudah dicairkan. Dan notabenenya pelatihan pembelajaran daring adalah salah satu bagian darinya.
Kemarahan presiden kepada para menteri karena lambatnya pengeluaran dana penanggulangan covid jangan dijadikan aji mumpung. Mumpung ada banyak dana yang harus dikeluarkan, maka mari buat program pelatihan dan workshop sebanyak-banyaknya.Â
Sekarang bukan saatnya kita bermain dengan anggaran itu. Sekarang saatnya kita benar-benar harus berpikir memutar otak bagaimana mengaplikasikan ilmu yang kita dapat dari pelatihan dan workshop tersebut ke dalam realitas yang terjadi di lapangan.Â
Bagi saya ada dua poin yang saya dapatkan dari pelatihan-pelatihan yang saya ikuti di masa persiapan pembelajaran daring, infrastruktur dan human well being.
Infrastruktur yang baik menjadi kunci keberhasilan pembelajaran daring. Infrastruktur jaringan internet menjadi yang utama. Tanpa jaringan yang baik, semua rencana bisa berantakan.Â
Tools and learning management system menjadi kunci  penting lain untuk mempermudah guru dan siswa dalam berinteraksi secara virtual. Peralatan elektronik yang baik juga menjadi kunci yang penting yang diperlukan untuk menunjang teknologi yang digunakan.
Berkenaan dengan human well being disini kita akan melihatnya dari beberapa sisi. Sisi pertama adalah diperlukan human well being untuk menggunakan semua infrastruktur yang ada.Â
Maksudnya adalah guru dan siswa harus bisa menggunakan semua tools dan sistem berbasis teknologi dengan perasaan suka dan senang, tanpa tertekan. Ini menjadi sebuah kunci yang penting juga.
Dari sisi jasmaninya, human well being juga sangat penting. Terlalu lama duduk di depan layar komputer ataupun smartphone bisa berdampak kurang baik yang bisa menyebabkan menurunnya keefektivitasan pembelajaran. Kebijakan pembelajaran daring pun harus memperhatikan sisi ini juga.
Dari sisi mental pun harus diperhatikan. Bukan hanya siswa, guru pun harus diperhatikan. Bagi siswa, peran guru dan orang tua sangat penting di masa pembelajaran daring ini. Bagi guru, peran teman kerja, keluarga dan atasan lah yang menentukan hal ini.
Jika human well being benar-benar diperhatikan maka akan bermunculan orang-orang yang mampu melewati masa ini dengan baik, dengan sikap yang semestinya.Â
Alhasil, itulah hikmah yang bisa diambil dari drama yang terjadi pada BDR hari pertama. Drama yang akan selalu terus menghantui kita semua. Yang penting adalah kita jangan panik menghadapinya, karena sebenarnya kita sudah belajar bagaimana mengantisipasinya.Â
Hal ini juga mengajarkan kita bagaimana memaknai sesuatu dengan cara yang benar, cara yang seharusnya dijalankan. Drama memang terkadang tidak mengenakkan, tetapi ada juga yang membawa kebaikan pada akhirnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H