Minggu depan tahun ajaran baru akan dimulai. 90% lebih daerah di Indonesia masih akan menjalankan pendidikan secara online. Zona merah, oranye dan kuning belum berangsur menjadi zona hijau. Harapan untuk bisa kembali membuka sekolah harus dikubur untuk sementara.
Sebenarnya banyak negara di dunia yang sudah kembali membuka sekolah secara tatap muka. Walaupun protokol kesehatan harus diterapkan dengan ketat di sekolah-sekolah tersebut. Siswa harus belajar beradaptasi dengan kenormalan baru dengan berbagai macam caranya. Ada yg unik dan inovatif, tetapi ada juga yang terkesan dipaksakan. Dengan mengedepankan sisi kesehatan, sisi estetika tidak menjadi prioritas penting.
Untuk Indonesia yang masih memiliki tingkat penyebaran covid tinggi, sangat beresiko besar jika sekolah harus dibuka secara tatap muka. Klaster-klaster baru rentan akan muncul. Apalagi ditambah dengan realitas bahwa banyak rakyat Indonesia yang masih belum memahami bagaimana menerapkan protokol kesehatan dengan baik.Â
Belajar dari rumah (BDR) masih menjadi pilihan utama bagi kita. Mau tak mau, suka tak suka , pembelajaran dengan sistem online harus dilanjutkan.
Pembelajaran online
Dalam pembelajaran online ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Diantaranya metode dan proses berjalannya  pembelajaran. Sisi ini memerlukan kemampuan teknis dan infrastruktur sekolah yang baik. Tools dan learning management system harus ada dan harus bisa digunakan dengan baik. Guru, siswa dan orang tua harus belajar beradaptasi dengan sistem yang serba baru ini.
Masalah finansial juga penting untuk diperhatikan. Semakin banyak tatap muka online dilakukan, semakin banyak biaya kuota internet yang harus dikeluarkan. Ini bisa saja memberatkan guru dan juga orang tua. Apalagi di masa pandemi, resesi ekonomi mungkin bisa mengganggu kondisi keuangan mereka.
Hal terpenting yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah well being guru dan siswa dalam mengikuti online learning, baik secara fisik maupun secara mental.Â
Baik guru, siswa dan orang tua mungkin akan merasa kelelahan. Guru lelah mengajar, siswa lelah belajar, orang tua lelah menjaga dan menemani anaknya. Â
Menyiasati BDR
BDR bisa menjadi sangat membosankan, apalagi tanpa adanya kreativitas dari guru dalam menyampaikan pembelajaran. Sejatinya guru harus mampu menuangkan ide-idenya menjadi sebuah proses pembelajaran yang kreatif sehingga siswa tertarik dan akan tetap semangat mengikuti pelajaran. Sayangnya belum banyak guru yang bisa melakukannya.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!