Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan featured

Momentum Hari Bidan Nasional, Jadikan Bidan sebagai Influencer

24 Juni 2020   08:23 Diperbarui: 24 Juni 2022   06:00 1202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bidan| Jonathan Borba/Unsplash via Kompas.com

Banyak orang yang tidak tahu, bahwa tanggal 24 Juni diperingati sebagai Hari Bidan Nasional. Hari Bidan Nasional diperingati bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Ikatan Bidan Indonesia (IBI). Tahun ini IBI merayakan HUT yang ke-69.

Banyak orang mengira profesi bidan adalah profesi yang biasa. Sebenarnya profesi bidan adalah jenis profesi profesional layaknya dokter, guru, dosen maupun pilot. Untuk menjadi seorang bidan diperlukan pendidikan khusus baik diploma maupun sarjana kebidanan.

Jika kita menonton film-film klasik, kita sering melihat bidan ketika ada adegan melahirkan. Bidan memang identik dengan perannya menolong kelahiran. 

Tugas bidan memeriksakan kesehatan kehamilan dan juga mendampingi Ibu dari aspek sosial, spiritual dan emosional selama masa kehamilan, persalinan dan pasca persalinan.

Bidan juga bisa berperan menolong proses persalinan. Jika persalinan berjalanan normal pendampingan bidan untuk menolang sudah mencukupi. Tetapi jika terjadi komplikasi pada persalinan, dan membutuhkan intervensi medis maka penanganan lebih jauh harus merujuk ke dokter kandungan.

Memang, bidan dan dokter kandungan mempunyai peran yang berbeda. Bidan lebih berperan mendampingi Ibu hamil. Sedangkan dokter kandungan biasanya diperlukan untuk penanganan medisnya.

Sumber: https://health.kompas.com/ 
Sumber: https://health.kompas.com/ 

Dulu, anak pertama saya lahir dengan penanganan seorang bidan. Karena anak pertama, istri saya memerlukan pendampingan yang lebih. Peran bidan pada saat itu sangat menentukan. Bidan harus bisa meyakinkan si calon ibu, bahwa proses persalinan adalah sebuah proses biologis yang alami, sehingga tidak ada yang perlu ditakutkan.

Terus terang pada waktu itu kami memilih persalinan di bidan karena pertimbangan biaya. 

Realitanya, persalinan di bidan akan lebih murah daripada di rumah sakit dengan penanganan seorang dokter spesialis kandungan. 

Kondisi kehamilan yang normal juga yang membuat kami yakin untuk melakukan persalinan di bidan pada saat itu.

Ketika persalinan anak kedua beberapa tahun kemudian, kami mendatangi bidan tempat istri kami melakukan persalinan anak pertama. Ternyata, tempat praktik bidan itu sudah ditransformasi menjadi sebuah rumah sakit khusus ibu dan anak yang relatif lebih besar.

Usut punya usut, klinik bidan tersebut berkembang sangat pesat. Bidan pemilik klinik tersebut memang terkenal memiliki kompetensi yang baik dalam memberikan pendampingan, sehingga banyak orang yang percaya dan nyaman untuk berkonsultasi kepadanya. Seiring dengan reputasinya yang naik pesat, kliniknya pun berkembang pesat pula.

Sekarang rumah sakit milik bidan tersebut bahkan sudah memperkerjakan banyak dokter spesialis. Saya pikir ini adalah sebuah pencapaian yang luar biasa. Semua ini berkat dari kompetensi dan reputasi yang baik yang dimiliki bidan tersebut.

Ketika kehamilan anak ketiga, kami berdomisili di daerah. Pada saat itu, kami kesulitan mencari dokter kandungan yang perempuan. Istri saya merasa tidak nyaman, jika harus memeriksakan diri di dokter kandungan laki-laki.

Kebanyakan masyarakat masih menyayangkan dengan masih sedikitnya dokter kandungan perempuan. 

Siswi saya yang melanjutkan pendidikan kedokteran pernah berkata bahwa salah satu motivasinya masuk fakultas kedokteran adalah karena dia merasakan sulit untuk menemukan dokter kandungan perempuan di kotanya.

Pada kondisi ini, bidan menjadi pilihan utama, karena sejatinya di Indonesia bidan adalah seorang perempuan. Dilansir dari halaman resmi IBI, "Bidan adalah seorang perempuan yang lulus dari pendidikan Bidan yang diakui pemerintah dan organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan."

Sumber: http://promkes.kemkes.go.id/ 
Sumber: http://promkes.kemkes.go.id/ 

Peringatan Hari Bidan Nasional tahun ini mengangkat tema, "Saatnya Bidan Dan Perempuan Bersatu, Bergerak Bersama Untuk Meningkatkan Kesehatan Ibu dan Anak Menuju Indonesia Maju." Tema yang mengusung persatuan ini sangat tepat diangkat dimasa pandemi ini.

Pemerintah harus jeli melihat potensi profesi bidan dalam rangka menjadi influencer di masyarakat. 

Bidan harus bersatu untuk membantu pemerintah memberikan himbauan kesehatan dalam rangka penanganan pandemi. Hanya persatuan, sinergi, dan kebersamaan yang akan mengeluarkan kita dari masa sulit ini.

Alhasil, menjadi tugas kita bersama untuk membantu para bidan untuk terus meningkatkan kompetensinya. Bidan adalah profesi yang mulia yang patut kita hargai. Perannya begitu penting di masyarakat. Masyarakatpun seharusnya mementingkan kehadirannya. Selamat Hari Bidan Nasional untuk seluruh bidan di Indonesia.

Sumber:

https://www.ibi.or.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun