Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Anak Betawi yang Tidak Pernah Tinggal di Jakarta

22 Juni 2020   06:34 Diperbarui: 22 Juni 2020   15:32 1257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ragam kebudayaan Betawi (Sumber: KOMPAS.COM/MUHAMMAD IRZAL ADIAKURNIA)

Hari ini tanggal 22 Juni. Hari Ulang Tahun Jakarta yang ke-493. Jakarta semakin menua dan akan segera ditinggalkan sebagai Ibu Kota.

Saya orang asli Betawi, tapi tidak pernah tinggal di Jakarta. Mungkin pernyataan ini sekilas sepertinya bercanda, tetapi itulah kenyataannya.

Saya lahir di daerah yang masuk ke wilayah kabupaten Tangerang pada waktu itu. Sekarang daerah ini sudah mengalami pemekaran dan menjadi kota Tangerang Selatan. Dulu masih termasuk wilayah provinsi Jawa Barat, sekarang termasuk wilayah provinsi Banten.

Jawa Barat identik dengan suku Sundanya, Banten identik dengan suku Baduinya. Suku Betawi minoritas di dua daerah tersebut. Sedangkan di provinsi DKI Jakarta, yang seharusnya orang Betawi menjadi tuan rumah, jumlah orang Betawi masih kalah banyak dengan penduduk suku Jawa.

Inilah saya orang betawi asli, yang tidak pernah tinggal di daerah aslinya. 

Sumber: jakarta.go.id
Sumber: jakarta.go.id
Walaupun memang tempat kelahiran saya itu lebih dekat ke Jakarta daripada ke Ibu kota provinsi Banten, tapi tetap saja KTP kami tidak bertuliskan DKI Jakarta.

Realitasnya memang orang Betawi banyak yang tinggal di daerah pinggiran Jakarta. Sebut saja, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi (Bodetabek). 

Coba kita perhatikan, jika tim sepak bola Persija bermain, maka suporter akan banyak berdatangan dari daerah-daerah tersebut. Di daerah-daerah tersebut juga adat dan budaya Betawi masih sangat kental bisa dilihat.

Selain itu ada ungkapan, "Orang Betawi itu tidak pernah pulang kampung ketika lebaran". Kalimat ini bisa bermakna ganda. Pertama, ya memang orang Betawi kampungnya di Jakarta. Karena pulang kampung atau mudik itu identik dengan bepergian dari Ibu kota ke daerah. 

Kedua, ya memang orang Betawi tidak punya kampung. Soalnya kampung Betawi sudah berubah menjadi perkotaan modern yang dipenuhi gedung-gedung perkantoran dan tempat-tempat mewah. Jadi sudah tidak terlihat kampung lagi Jakarta.

Jika orang Betawi bertugas ke daerah, terkadang bingung menjawab ketika ditanya berasal dari mana. Mau jawab asal Jakarta, takut dibilang sombong, karena seolah-olah mau menunjukkan, "Ini loh kami orang kota!". Paling aman, ya bilang asal Betawi.

Yang paling diingat orang daerah ketika mendengar Betawi adalah sinetron "Si Doel Anak Sekolahan". 

Ya, sinetron tahun 90-an yang ditayangkan di salah satu tv swasta ini, memang begitu melegenda. Sinetron yang diangkat dari film layar lebar ini memang sangat tepat untuk menunjukkan budaya Betawi. Dan saking suksesnya, akhirnya dibuat lagi film versi modernnya.

Sumber: kompas.com
Sumber: kompas.com

Kesuksesan sinetron "Si Doel Anak Sekolah" tidak lepas dari akting luar biasa dari para artis pemerannya yang memang asli Betawi. Sebut saja Benyamin S, Rano Karno, Mandra, Suti Karno dan artis yang lainnya.

Jika saya cermati, orang Betawi ini mirip seperti suku Kurdi di timur tengah. Suku bangsa yang eksis di beberapa negara di timur tengah, bahkan sebagian ada yang di eropa. 

Bangsa Kurdi sendiri tidak mempunyai negara yang mayoritasnya suku Kurdi. Diaspora suku Kurdi ini menjadi salah satu pusat perhatian di timur tengah, bahkan tidak sedikit yang menyebabkan terjadinya gejolak.

Dulu, waktu saya kuliah di Turki, saya banyak punya teman orang Kurdi. Turki memang salah satu negara yang penduduk suku Kurdinya lumayan besar. 

Orang Kurdi memang sedikit berbeda dari orang Turki secara fisik. Orang Kurdi lebih berkulit gelap mirip dengan orang Arab. Sedangkan orang Turki lebih berkulit putih dan mirip orang Eropa. 

Sumber: wikipedia.org
Sumber: wikipedia.org

Suku Kurdi sendiri mempunyai bahasa sendiri. Tetapi orang Kurdi yang tinggal di Turki pasti bisa berbahasa Turki walaupun dengan aksen yang berbeda. 

Kebanyakan orang kurdi di Turki bisa berasimilasi baik dengan budaya dan masyarakat Turki. Walaupun ada sebagian yang berjiwa seperatis ingin memisahkan diri dan membentuk negara sendiri.

Bicara mengenai hal ini saya teringat lirik lagu di sinetron "Si Doel Anak Sekolahan" yang berbunyi, "Anak betawi ketinggalan zaman katenya.... Anak betawi ga berbudaye katenye....aduh sialan, nih si Doel anak betawi asli, kerjaannye sembahyang mengaji...".

Dari lirik itu saya berpikir bahwa yang terpenting adalah jangan sampai kita meninggalkan budaya kita. 

Di manapun kita tinggal, apapun yang kita lakukan maka budaya baik yang melekat pada diri kita harus kita tunjukkan. 

Seperti yang ditunjukkan suku Kurdi yang tetap memegang budayanya di manapun mereka berada.

Alhasil, walaupun saya orang Betawi yang tidak pernah tinggal di Jakarta, tetap saja Jakarta menjadi kampung bagi kami sebagai orang Betawi asli. Budaya Betawi akan tetap kami pegang dan lestarikan. Jakarta akan selalu menjadi kampung halaman yang kami rindukan. Selamat ulang tahun Jakartaku...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun