Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Surat Sarat Akan Makna

17 Juni 2020   07:58 Diperbarui: 17 Juni 2020   08:27 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumen Pribadi

Senang rasanya melihat artikel yang saya tulis beberapa tahun lalu dibuatkan review video youtube oleh seorang teman. Artikel yang saya tulis untuk Majalah Mata Air, sebuah majalah yang mengusung tema sains, budaya dan spiritualitas. 

Senang dengan harapan lebih banyak orang yang akan mengambil manfaat dari artikel yang saya tulis 8 tahun lalu itu. Artikel itu mengangkat tema tentang cinta dan keikhlasan dalam ikatan kimia. Menggabungkan sains, budaya dan spiritualitas.

Saya teringat sebuah kenangan pada peringatan Hari Guru tahun lalu. Siswa-siswi berlarian memberikan surat ucapan selamat kepada seluruh guru. Aku mendapat surat yang sarat akan makna yang membuatku senang dan bangga. 

Begini isi suratnya, "Dalam suatu artikel yang Bapak tulis, suatu hubungan atau ikatan itu seharusnya seperti ikatan ion dimana salah satu memberikan rasa sayang, cinta dan pengorbanan agar lebih kuat ikatan tersebut. Namun kami memiliki sudut pandang lain, suatu hubungan itu seharusnya seperti ikatan kovalen dimana kita (Kami dan Bapak) saling berbagi rasa sayang, cinta, hormat dan pengorbanan."

Mengapa saya senang dan bangga dengan surat ini? Ada banyak alasan untuk itu. Pertama, saya senang mereka membahas tentang Kimia. Ini menunjukkan mereka bisa memahami pelajaran yang saya berikan di kelas. Salah satu kepuasan menjadi guru adalah ketika anak didiknya memahami apa yang diajarkannya.

Kedua, saya bangga mempunyai siswa yang berani dan bisa mengatakannya sudut pandangnya sendiri. Ini membuktikan bahwa siswa sudah mampu berpikir kritis. Selain itu mereka juga mampu mengkomunikasikannya dengan baik dengan menyampaikannya dengan surat itu. Setidaknya elemen skill abad 21 sudah tercantum didalamnya.

Ketiga, saya bangga mempunyai siswa yang ternyata mempunyai kesadaran literasi yang tinggi. Dari apa yang mereka tulis menunjukkan mereka sudah membaca artikel yang saya tulis. Bukan hanya membaca tapi mereka memahaminya. Terlihat dari sudut pandang lain yang mampu mereka suguhkan.

Keempat, saya bangga mempunyai siswa yang mampu memahami akan arti sebuah rasa sayang, cinta, hormat dan pengorbanan. Pendidikan karakter memang memerlukan pemahaman akan nilai-nilai universal. Nilai-nilai universal inilah yang akan membentuk karakter yang baik dalam diri mereka sebagai bekal kehidupan mereka kelak.

Kekuatan pendidikan karakter terlihat jelas dari surat yang ditulis siswa tersebut. 

Ulama Muhammad Fethullah Gulen, berkenaan tentang karakter pernah mengatakan, "Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa cara yang paling tepat untuk membentuk karakter seseorang dan membuatnya menjadi monumen di dalam dirinya adalah dengan menjadi seorang guru." 

Tidak salah saya memilih profesi sebagai guru. Ya, tugas guru adalah menanamkan karakter pada siswa dengan harapan karakter itu menjadi bagian dari jiwanya yang tidak akan hilang sampai kapanpun.

Bak orang yang membuat patung, banyak alat yang digunakan untuk membentuk patung supaya menjadi halus dan indah dipandang mata. Begitu juga membentuk karakter, harus banyak alat yang bisa kita gunakan. Apalagi di era teknologi seperti sekarang, semakin banyak ruang kita dalam mendidik dengan berbagai peralatan yang tersedia.

Di masa pandemi seperti sekarang, kita memang dituntut untuk kreatif dalam memberikan pendidikan. Di saat kita tidak bisa bertatap muka dengan siswa, kita harus memikirkan alternatif lain dalam memberikan pendidikan yang lebih bermakna kepada siswa.

Sumber: Dokumen Pribadi
Sumber: Dokumen Pribadi

Yang saya pahami adalah bahwa pendidikan itu tidak mesti harus di dalam kelas. Ada banyak media yang bisa kita gunakan dalam mendidik siswa. Misalnya, kita bisa menggunakan media tulisan. Ternyata tulisan sederhana yang saya tulis 8 tahun lalu itu bisa memberikan efek yang baik kepada siswa. 

Media sosial bisa dijadikan wadah yang efektif di masa pandemi ini. Content tulisan, video, suara maupun gambar harus bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. 

Kita bisa memulainya dengan hal-hal kecil. Siapa sangka hal kecil yang kita lakukan bisa berdampak besar pada siswa.

Di era sekarang, sangat mudah sekali bagi seorang guru untuk belajar hal-hal baru. Banyak seminar, pelatihan dan tutorial yang bisa diikuti dengan gratis. Bahkan kita bisa juga mempelajarinya sendiri tanpa harus membutuhkan pertolongan orang lain. Video Do It Yourself bisa sangat mudah diakses di internet. Yang paling penting adalah adanya kemauan yang kuat dalam diri kita.

Alhasil, keberhasilan pendidikan tidak mesti diukur dengan prestasi akademik. Banyak hal bisa dilakukan untuk memberikan pendidikan yang lebih bermakna. Penanaman karakter juga menjadi bagian terpenting dalam mendidik. Di masa pandemi ini, mulailah dengan melakukan hal-hal kecil, setelah itu kita akan menunggu dengan penuh doa dan harapan bahwa akan banyak orang yang akan mengambil inspirasi dari hal-hal kecil tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun