Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keseimbangan Kenormalan Baru

12 Juni 2020   10:19 Diperbarui: 12 Juni 2020   10:17 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan PSBB berakhir? Kapan kenormalan baru dimulai? Kapan sekolah dibuka? Itulah sebagian besar diskursus publik yang kita dengar saat ini. Sangat terasa, masyarakat sudah sangat jenuh sekali dengan kondisi pandemi yang berkepanjangan ini. Masyarakat mulai mencari jalan baru untuk bisa keluar dari pandemi ini.

Peristiwa yang belum pernah terjadi dalam sejarah dunia ini, memukul setiap orang dan setiap sendi kehidupan. Anak-anak, remaja, orang tua, apalagi yang sudah lanjut usia. Pandemi ini memberikan efek yang tidak terpikirkan sebelumnya. Anak-anak tidak bisa keluar bermain dengan teman-temannya. Remaja terbatas untuk bisa mengekspresikan dirinya. Orang tua terhambat untuk meniti karirnya. Orang tua lanjut usia harus tinggal di rumah saja.

Dampak ekonomi, pendidikan, sosial dan kemasyarakatan begitu terasa dalam kehidupan. Masyarakat tidak lagi bisa bersikap "normal". Mungkin bagi sebagian orang, ini sudah bisa disebut dengan krisis. Krisis yang tidak tahu dimana ujungnya. Bak memasuki lorong gelap yang tidak ada secercah cahaya pun didalamnya. Entah berapa lama waktu yang akan diperlukan untuk memulihkan kondisi ini. 

Yang tinggal hanya harapan dalam benak kita. Harapan akan timbulnya secercah cahaya, ketika kegelapan ini mulai sirna.

Mungkin kita seharusnya menyadari bahwa ini adalah bagian dari jalan kehidupan. Jalan yang harus kita tempuh dengan penuh kehati-hatian. Jalan lurus panjang dengan segala resikonya. Jalan yang harus kita tempuh dengan terus menjaga keseimbangan.

Ya, keseimbangan menjadi sangat krusial. Keseimbangan yang harus tetap kita jaga. Tidak mudah memang. Diperlukan pergeseran-pergeseran untuk terus menjaga keseimbangan. Kadang harus bergeser ke kiri, kadang ke kanan. Kadang harus menaikkan, kadang harus menurunkan. Jangan pernah lupakan juga faktor eksternal yang bisa mengganggu keseimbangan diri kita dalam mengarungi jalan  panjang kehidupan.

Jika kita cermati, kebijakan yang diambil oleh para pemangku jabatan saat ini, sebenarnya sangat dipengaruhi oleh asas menjaga keseimbangan. Kenormalan baru diwacanakan dalam rangka menjaga keseimbangan ekonomi dan sosial kemasyarakatan. Di bidang pendidikan masih terus dicari formula keseimbangan pendidikan yang tepat. Pendidikan daring menjadi pilihan terbaik keseimbangan kenormalan baru dalam dunia pendidikan.

 Pergeseran tatanan keseimbangan di era kenormalan baru ini harus dilakukan dengan cara yang cepat, singkat dan tepat. Sama halnya dengan prinsip aksi dan reaksi, yang saling mempengaruhi. Jika ada aksi, pasti akan ada reaksi yang segera menyertainya. 

Jika ada kenormalan baru, maka masyarakat pun harus berkomitmen untuk mematuhi aturan protokol kesehatan yang ditetapkan. Jika tidak, maka tatanan keseimbangan yang diharapkan pada era kenormalan baru tidak akan tercapai.

Fenomena mencari keseimbangan dalam rangka kenormalan baru ini, terlihat jelas pada perubahan aturan yang terjadi pada berbagai sendi kehidupan. Dinamika perubahan peraturan ini, membuat kita harus terus mengikuti arahan yang diberikan. Sebagai contoh, perubahan aturan-aturan untuk menggunakan moda transportasi. Mungkin aturan yang berlaku hari ini, belum tentu berlaku lagi untuk besok. Hari ini boleh, mungkin besok bisa jadi tidak boleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun