Di akhir tahun ajaran dan memasuki tahun ajaran baru diskursus publik tentang pendidikan, diramaikan tentang tata cara pembukaan tahun ajaran baru 2020/2021. Beberapa wacana skenario merebak di media massa, dari mulai pembelajaran dilanjutkan secara daring sampai dengan mengundurkan dimulainya tahun ajaran ke bulan Januari 2021.
Dilematis memang, di masa kurva penyebaran pandemi di Indonesia yang tak kunjung menunjukkan perbaikan, ada saja selentingan yang menginginkan memulai kembali pendidikan secara normal. Selentingan-selentingan itu dibantah oleh Mendikbud yang memberikan keterangan resminya usai melakukan Rapat Kerja secara telekonferensi dengan Komisi X DPR RI di Jakarta, Rabu (20/5/2020).
Seperti dirilis kemdikbud.go.id, 21 Mei 2020, Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan, "Kemendikbud menilai saat ini tidak diperlukan adanya perubahan tahun ajaran maupun tahun akademik. Tetapi metode belajarnya apakah belajar dari rumah atau di sekolah akan berdasarkan pertimbangan Gugus Tugas."
Perasaan dilematis juga dirasakan oleh para orang tua di rumah. Di satu sisi, mereka takut akan mengirimkan anaknya kembali ke sekolah, jika sekolah benar-benar akan dibuka. Di sisi lain, mereka harus siap menjadi guru yang terbaik buat anak-anaknya, jika metode belajar dari rumah harus dilanjutkan.
Tempo hari, saya sebagai orang tua yang memiliki anak berusia PAUD mendapatkan piala penghargaan dari sekolah tempat anak saya belajar. Piala apresiasi Ayah dan Ibu hebat. Saya merasa malu menerima apresiasi tersebut, karena saya merasa belum layak menerima apresiasi itu.
Selama pandemi ini, memang anak kami belajar dari rumah dengan mengikuti arahan guru dari sekolah. Membaca, menulis, menggambar dan mewarnai menjadi aktivitas harian anak kami di rumah. Kami sebagai orang tua, mau tak mau  harus menemani anak kami belajar. Saya baru menyadari sulitnya menjadi guru, apalagi jika yang kita ajarkan adalah anak kita sendiri.
Sulitnya belajar di rumah tidak hanya dirasakan oleh orang tua yang anaknya masih berusia dini. Anak seusia sekolah menengah pun perlu untuk diawasi. Apalagi kebanyakan metode belajar dari rumah yang diterapkan sekolah adalah metode daring yang menuntut anak harus menggunakan internet. Pengontrolan yang baik tentunya diperlukan, jika kita tidak ingin anak kita terjerumus ke hal-hal yang tidak baik di dunia maya.
Jadilah kita, orang tua yang seharusnya menjadi guru terbaik buat anak-anak kita. Saya yang sehari-hari berprofesi sebagai seorang guru merasakan perbedaan yang sangat signifikan antara mengajar di sekolah dan mengajar di rumah.Â
Seorang guru bisa saja menjadi guru terbaik di sekolah tempatnya mengajar, tetapi belum tentu bisa menjadi guru terbaik di rumahnya. Sebaliknya, orang tua yang bisa menjadi guru terbaik di rumahnya, belum tentu juga bisa menjadi guru terbaik di sekolah.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan menjadi guru terbaik di rumah. Pertama, perhatikanlah peran kita di rumah. Disaat kita berperan sebagai guru, maka kita harus menyadari bahwa ada orang tua yang menunggu pendidikan terbaik buat anaknya, dan orang tua itu adalah diri kita sendiri. Ketika kita melakukan pendidikan yang terbaik, sejatinya kita sedang memberikan sesuatu yang terbaik juga untuk diri kita sendiri.