Mohon tunggu...
Mahir Martin
Mahir Martin Mohon Tunggu... Guru - Guru, Aktivis dan Pemerhati Pendidikan

Penulis: Satu Tahun Pembelajaran Daring, Dirayakan atau Disesali? (Penerbit Deepublish, 2021); Hikmah Pandemi Covid-19 Relevan Sepanjang Masa (Guepedia, 2021); Catatan dari Balik Gerbang Sekolah untuk Para Guru (Guepedia, 2022); Motto: Reflection Notes: Ambil hikmahnya...

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Terbaik di Masa Pandemi

10 Juni 2020   10:02 Diperbarui: 10 Juni 2020   09:56 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi pribadi

Di akhir tahun ajaran dan memasuki tahun ajaran baru diskursus publik tentang pendidikan, diramaikan tentang tata cara pembukaan tahun ajaran baru 2020/2021. Beberapa wacana skenario merebak di media massa, dari mulai pembelajaran dilanjutkan secara daring sampai dengan mengundurkan dimulainya tahun ajaran ke bulan Januari 2021.

Dilematis memang, di masa kurva penyebaran pandemi di Indonesia yang tak kunjung menunjukkan perbaikan, ada saja selentingan yang menginginkan memulai kembali pendidikan secara normal. Selentingan-selentingan itu dibantah oleh Mendikbud yang memberikan keterangan resminya usai melakukan Rapat Kerja secara telekonferensi dengan Komisi X DPR RI di Jakarta, Rabu (20/5/2020).

Seperti dirilis kemdikbud.go.id, 21 Mei 2020, Mendikbud Nadiem Makarim mengatakan, "Kemendikbud menilai saat ini tidak diperlukan adanya perubahan tahun ajaran maupun tahun akademik. Tetapi metode belajarnya apakah belajar dari rumah atau di sekolah akan berdasarkan pertimbangan Gugus Tugas."

Perasaan dilematis juga dirasakan oleh para orang tua di rumah. Di satu sisi, mereka takut akan mengirimkan anaknya kembali ke sekolah, jika sekolah benar-benar akan dibuka. Di sisi lain, mereka harus siap menjadi guru yang terbaik buat anak-anaknya, jika metode belajar dari rumah harus dilanjutkan.

Tempo hari, saya sebagai orang tua yang memiliki anak berusia PAUD mendapatkan piala penghargaan dari sekolah tempat anak saya belajar. Piala apresiasi Ayah dan Ibu hebat. Saya merasa malu menerima apresiasi tersebut, karena saya merasa belum layak menerima apresiasi itu.

Selama pandemi ini, memang anak kami belajar dari rumah dengan mengikuti arahan guru dari sekolah. Membaca, menulis, menggambar dan mewarnai menjadi aktivitas harian anak kami di rumah. Kami sebagai orang tua, mau tak mau  harus menemani anak kami belajar. Saya baru menyadari sulitnya menjadi guru, apalagi jika yang kita ajarkan adalah anak kita sendiri.

Sulitnya belajar di rumah tidak hanya dirasakan oleh orang tua yang anaknya masih berusia dini. Anak seusia sekolah menengah pun perlu untuk diawasi. Apalagi kebanyakan metode belajar dari rumah yang diterapkan sekolah adalah metode daring yang menuntut anak harus menggunakan internet. Pengontrolan yang baik tentunya diperlukan, jika kita tidak ingin anak kita terjerumus ke hal-hal yang tidak baik di dunia maya.

Jadilah kita, orang tua yang seharusnya menjadi guru terbaik buat anak-anak kita. Saya yang sehari-hari berprofesi sebagai seorang guru merasakan perbedaan yang sangat signifikan antara mengajar di sekolah dan mengajar di rumah. 

Seorang guru bisa saja menjadi guru terbaik di sekolah tempatnya mengajar, tetapi belum tentu bisa menjadi guru terbaik di rumahnya. Sebaliknya, orang tua yang bisa menjadi guru terbaik di rumahnya, belum tentu juga bisa menjadi guru terbaik di sekolah.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan menjadi guru terbaik di rumah. Pertama, perhatikanlah peran kita di rumah. Disaat kita berperan sebagai guru, maka kita harus menyadari bahwa ada orang tua yang menunggu pendidikan terbaik buat anaknya, dan orang tua itu adalah diri kita sendiri. Ketika kita melakukan pendidikan yang terbaik, sejatinya kita sedang memberikan sesuatu yang terbaik juga untuk diri kita sendiri.

Permasalahan yang sering terjadi adalah kita terlenakan akan peran kita sebagai orang tua. Mungkin terbersit di pikiran kita, "Toh, anak kita adalah tanggung jawab kita, tidak akan ada yang mengkritik kita, memarahi kita atas pendidikan yang kita berikan." Yang terjadi adalah pendidikan di rumah menjadi tidak seimbang dan tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Kedua, perhatikanlah metode yang digunakan. Perlu diingat, tidak ada yang lebih mengenal lebih baik tentang anak kita, selain orang tuanya sendiri. Oleh karena itu, kita seharusnya memikirkan metode yang seharusnya bisa kita kembangkan sendiri untuk mendidik anak kita. Yang tidak boleh diabaikan adalah untuk terus berkomunikasi secara intens dengan guru anak kita di sekolah. Perhatikan saran dan masukan dari mereka yang memang kesehariannya melakukan tugas mengajar. Selain itu, informasi tambahan juga bisa didapatkan dengan mengikuti seminar dan membaca buku yang berhubungan dengan pendidikan. Semua hal ini harus dikolaborasikan dengan baik, sehingga terbentuk sebuah sistem metode mendidik yang baik.

Ketiga, perhatikanlah manajemen waktu. Di masa pandemi ini, kita juga masih memiliki tugas-tugas lain yang perlu kita kerjakan. Mungkin kita harus masih bekerja di kantor ataupun bekerja dari rumah. Beruntung bagi orang tua yang bisa bekerja dari rumah, karena bisa meluangkan waktu lebih fleksibel. Tetapi sebenarnya yang penting adalah bagaimana kita sebagai orang tua bisa membagi waktu untuk pendidikan anak kita. 

Caranya adalah dengan membuat jadwal yang jelas dalam setiap aktivitas kita. Termasuk didalamnya kita menempatkan jadwal khusus untuk pendidikan anak. Ketika jadwal tersusun dengan rapi, tidak masalah kita bekerja di kantor atau dari rumah, pendidikan anak akan memiliki porsi waktu tersendiri dalam kehidupan kita.

Dilihat dari semua hal diatas, kita sebagai orang tua, memang seharusnya bisa lebih bersikap proporsional. Terkadang kita harus bisa menempatkan diri kita sebagai guru yang profesional, terkadang kita juga harus bisa menempatkan diri kita sebagai orang tua. 

Karena sejatinya orang tua adalah guru pertama dan utama bagi setiap anak. Peran seluruh anggota keluarga sangat penting untuk menopang ini semua, terutama Ayah dan Ibu. Ayah dan Ibu harus bisa membentuk institusi keluarga dimana pendidikan menjadi bagian terpenting di dalamnya.

Semua itu memang mudah dikatakan, tetapi sulit untuk dilaksanakan. Termasuk penulis juga yang belum bisa melaksanakannya. Begitu malu diri ini ketika menerima piala itu. Tetapi paling tidak, hari ini bisa dijadikan awalan bagi kita untuk mulai memperhatikannya.

Alhasil, apapun keputusan yang diambil pemerintah untuk membuka tahun ajaran baru nantinya, kita harus bisa menerima dengan lapang dada dan siap untuk mendukungnya. Selama kita sebagai orang tua bisa memperhatikan peran kita, memiliki pengetahuan yang cukup dan bisa membagi waktu dengan baik dalam mendidik anak, maka kita sudah menjadi guru yang terbaik bagi mereka di masa pandemi ini.

Sumber

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun