Mohon tunggu...
Mahidara Ratri
Mahidara Ratri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Your words define who you are.

You are the author of your own life. LOVE YOURSELF

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Aku Dibully Orangtuaku

28 Februari 2024   07:00 Diperbarui: 28 Februari 2024   07:19 123
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bullying -Akhir akhir ini sedang marak kembali kasus pembullyan di kalangan anak anak. Bahkan tidak jarang sampai merenggut nyawa korban pembullyan tersebut. Hal ini cukup meresahkan para orang tua, karena beberapa waktu yang lalu, kasus pembullyan ini sudah sampai di komunitas yang dianggap paling tidak mungkin terjadi hal tersebut. 

Sebelum membahas lebih lanjut, kita mesti tahu lebih dahulu tentang apa itu BULLYING. Jika kita melihat beberapa kasus bullying yang terjadi, kita bisa melihat bahwa bullying adalah sebuah perbuatan yang membuat pihak lain tidak nyaman dimana perbuatan tersebut dilakukan dalam bentuk penyerangan baik secara fisik ataupun verbal, bahkan tidak jarang menyerang psikologis korbannya. Biasanya bullying dilakukan secara berulang baik dilakukan perorangan maupun secara kelompok. 

Jika kita melihat beberapa kasus bullying yang terjadi akhir akhir ini, bisa dilihat bahwa para pelaku bullying berusaha untuk menunjukkan kekuasaan atau dominasi mereka terhadap pihak yang lebih lemah, sehingga pihak tersebut takut, tertekan , bahkan trauma dengan perlakuan para pelaku bullying. 

Banyak pihak yang berspekulasi tentang penyebab dan motif para pelaku bullying melakukan hal tidak terpuji tersebut, baik  kepribadian pelaku itu sendiri, keadaan keluarga, lingkungan masyarakat, sekolah, atau komunitas, sampai pada media massa. Namun, keadaan keluarga selalu menjadi faktor yang membuat masyarakat miris memikirkan hal tersebur. 

Keluarga yang tidak harmonis, orang tua yang sering bertengkar bahkan yang bercerai, keadaan ekonomi, kurangnya perhatian para orang tua bisa menjadi alasan utama terjadinya pembullyan. Tapi, pernahkah terpikirkan bahwa orang tua juga bisa menjadi pelaku pertama pembullyan pada anak anak? Bagaimana bisa?

Tanpa kita sadari, orang tua juga ingin menunjukkan "kekuasaan atau dominasi" mereka atas anak anak mereka. Hal ini yang tanpa mereka sadari membuat mereka membully anak anak mereka. Ketika orang tua memaksakan kehendak mereka dengan alasan bahwa mereka lebih berpengalaman. Hal ini menjadikan mereka menjadi otoriter dalam hidup anak anak mereka. Hilangnya kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya atau ketakutan mereka jika orang tua mereka tidak setuju atau bahkan marah pada mereka bisa menjadi tekanan yang besar bagi anak anak. 

Contoh lainnya ketika orang tua tanpa sengaja memberikan ancaman pada anak anak mereka. Mereka berfikir bahwa itulah jalan satu satunya untuk membuat anak anak menuruti kemauan orang tuanya. Ketakutan dikatakan sebagai anak durhaka menjadi tekanan bagi anak anak. 

Hal ini yang sering terjadi pada orang tua, ketika dengan sengaja orang tua membandingkan anak anak mereka. Mungkin mereka beralasan bahwa dengan membandingkan akan membuat anak anak yang dibandingkan akan menjadi lebih kompetitif atau mungkin lebih baik. Tapi tanpa mereka sadari, hal itu justru melukai perasaan anak anak. 

Lebih ekstrem lagi, mengejek dan mengucilkan anak yang dianggap tidak sesuai dengan keinginan orang tuanya. Inilah bullying yang paling menyakitkan bagi anak anak. Tidak jarang kurangnya kasih sayang orang tua menjadi trauma bagi anak anak. 

Tidak jarang orang tua menggunakan alasan bahwa mereka lebih berpengalaman dan lebih tahu apa yang terbaik untuk anak anak mereka. Tanpa mereka sadari, dengan alasan alasan itu, mereka menciptakan situasi yang menakutkan bagi anak anak mereka. Ketakutan dan ketidaknyamanan anak anak inilah yang menjadikan para orang tua sebagai pelaku pembullyan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun