Mohon tunggu...
Mahidara Ratri
Mahidara Ratri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Your words define who you are.

You are the author of your own life. LOVE YOURSELF

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Anak Kecil "Membenci" Ibunya

13 September 2020   10:15 Diperbarui: 13 September 2020   10:24 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pagi ini, rumahku begitu ramai. Bagaimana tidak, salah satu anak kembarku yang berusia 6 tahun, bangun pagi dan menangis sambil berteriak sekencang kencangnya. Awal masalahnya sich sepele, dia harus jadi nomer 1 karena tidak mau tertinggal. Memang benar, anakku yang satu ini punya jiwa kompetitif yang sangat besar, dan beruntungnya jiwa kompetitif itu berakhir pada sesuatu yang positif. 

Tapi berbeda dengan pagi ini, dia begitu konyol ketika tahu saudara kembar nya sudah menyelesaikan semua tugasnya, dan dia belum sama sekali. Akhirnya, teriakan yang menggelegar memenuhi seluruh rumah, bahkan mungkin sampai ke seluruh perumahan. Agak lebay ya?

Bukan hanya itu, ujung ujungnya dia selalu mengatakan "mami jahat, aku gak suka sama mami, aku benci mami". Buat aku yang selama ini mendampingi dia, aku tahu pasti bahwa itu hanya emosi sesaat. Tapi hal seperti itu juga tidak bisa disepelekan. Hanya saja, memang kita sebagai emak mesti pinter pinter menyiasati hal tersebut. Nah ini aku mau berbagi sedikit cara kalo ada anak yang kayak gini nih..tapi ini hanya pengalaman ya, jangan dianggap sebagai teori ya, kalo mau dipraktekkan silakan..

Biarkan anak anak menangis sepuasnya dan sekencangnya

Terkadang hal tersebut baik untuk anak anak. Mereka jadi bisa melampiaskan emosi sesaatnya. Biarkan saja mereka dengan dunia mereka yang seperti ini. Namun, apabila tangisan mereka sudha menjurus ke suatu cara atau tindakan yang akan membahayakan mereka, seperti memukul tembok dengan tangan, atau membentur benturkan kepal, kita harus langsung cegah.

Tinggalkan anak sendiri

Ini termasuk salahs atu cara yang efektif. Memang sich anak anak itu masih kecil, contohnya anakku baru berusia 6 tahun, tapi sebetulnya mereka juga menyadari bahwa apa yang mereka lakukan itu konyol. Anak anak jaman sekarang sangat 'tahu malu'. Mereka merasa malu jika mereka melakukan hal konyol seperti itu, mereka tidak tahu bagaimana caranya berhenti. Akibatnya, mereka akan terus menangis menjadi jadi. Itu sebabnya, berikan mereka ruang untuk bisa mencari cara menutupi rasa malu mereka.

Buat keadaan yang nyaman

Setelah beberapa saat, kembalilah ke anak tanpa bertanya apapun. Hal ini untuk memberikan rasa nyaman pada mereka dengan mereka tidak dibombardir berbagai pertanyaan tentang polah tingkah konyol mereka. Cukup ulurkan tangan ke arah mereka dan tersenyum. Tidak ada salahnya juga jika membuat hal hal yang konyol di hadapan mereka, seperti membuat  muka badut, menari konyol di hadapan mereka. Tapi tetap dengan uluran tangan. Mengapa? Karena ini untuk memberitahu mereka bahwa kita ada untuk mereka, dan kita tidak akan menyalahkan mereka. 

Awalnya mungkin anak anak akan menolak dan justru berteriak semakin kencang. Jangan panik. tetap tenang dan tetap pada rencana semula, memberikan rasa nyaman untuk anak kita.

Gendong dan tepuk bahunya

Ketika keadaan sudah semakin tenang, usahakan untuk bisa menggendong mereka tanpa dipaksa. Biarkan mereka datang pada kita sendiri karena rasa nyaman yang kita berikan. Jangan lupa untuk menepuk bagian punggung mereka. Tujuan nya apa nich? Anak yang masih dalam kondisi menangis, di akan sesenggukan dan tidak beraturan. Alih alih memberi mereka hitungan, 1 - 5 agar nafas mereka normal, cukup dengan menepuk punggung mereka dengan irama yang sama. Hal ini bertujuan untuk menenangkan anak anak kita dengan cara membawa mereka pada nafas yang normal, dan bukan sesenggukan lagi. 

Bawa anak ke tempat yang tenang dan nyaman

Di rumahku ada satu spot dimana spot tersebut menjadi tempat kami ngobrol satu sama lain. Itu hanya berupa sebuah kursi tua, tapi di tempat itu kami bisa menyelesaikan semua masalah. Kita harus membawa mereka ke tempat yang menyendiri agar mereka tidak merasa malu. Selain itu mereka akan bisa menceritakan alasan mereka menangis seperti itu.

Berikan pengertian

Setelah tahu akar masalahnya, berikan pengertian yang sebenarnya. Dalam kondisi yang tenang, anak anak akan bisa mengerti penjelasan kita. Setelah mereka memahami nya, kita bisa memberitahu keinginan kita kepada mereka. 

Jika diperlukan, berikan sedikit sanksi

Tidak semua orang tua setuju dengan sanksi. Tapi kalo buat aku pribadi, tidak ada masalah dengan sanksi. Hal ini bisa menjadi pembelajaran pribadi anak anak tersebut. Itu juga bisa menjadi shock therapy. Memberikan sanksi tidak perlu dengan dipukul, dicubit, atau mungkin dijewer. Tapi, orang tua bisa memberikan hukuman dengan melakukan pekerjaan rumah, semisal mencuci piring untuk hari ini saaaaaaaaa. 

Manjakan anak untuk beberapa saat

Setelah melalui proses tersebut, tidak ada salahnya memberikan reward atau sedikit penghargaan. Bukan hal yang gampang untuk melalui proses tersebut. Jadi tidak ada salahnya juga kita memberikan rewrard kepada mereka. Namun jangan lupa, beritahukan kepada mereka bahwa mereka tetap salah dengan menggunakan kata kata yang halus dan cara bicara yang nyaman. 

Nah itu sedikit info berbagi dengan emak emak, Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun