Mohon tunggu...
Mohammad Mahfuzh Shiddiq
Mohammad Mahfuzh Shiddiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Seorang yang masih belajar menulis dan menebar kebermanfaatan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Manipulasi di Balik Pertanyaan "Anda Tidak Percaya dengan Saya?"

18 Desember 2019   08:27 Diperbarui: 18 Desember 2019   08:46 377
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Maaf, tidak bisa!"
"Mas tidak percaya dengan saya?"

Suatu hari Andi (bukan nama sebenarnya) bersama istri pergi belanja di supermarket di kotanya. Saat menurunkan istrinya di lobby mall, Andi menyuruh istri untuk menunggu sebentar karena mencari tempat parkir mobil.

Seorang laki laki mendekat ke istri Andi sambil tergesah gesah seperti orang kebingungan. Setelah berkenalan singkat, lelaki itu mengutarakan kegelisahannya dan memohon istri Andi dengan berkata

"Jadi begini Bu, keluarga saya di kampung sedang membutuhkan uang 2 juta untuk tambahan biaya operasi. Saya tidak mempunyai ATM. Kalau ibu berkenan mentransfer uang 2 juta ke rekening saudara saya, nanti saya ganti. Saya ada uang tunai di tas,"

"Maaf mas, saya tidak bisa membantu," sahut si Istri.

"Kenapa Bu, Saya punya uang tunai di dalam tas ini. Ibu tidak percaya saya?"

***

Adegan di atas merupakan reka adegan kejadian yang nyata. Adegan di atas bisa saja terjadi kepada siapa saja dan di mana saja. Tiba-tiba ada orang yang tak dikenal mengajak berkenalan dan selanjutnya meminta bantuan transfer sejumlah uang. Ketika kita menolak atas permintaan tolong, dia mencoba menarik simpati dan menanyakan moral kita dengan kepercayaan terhadap cerita duka mereka.

Dalam ilmu mempersuasi orang, simpati adalah alat yang ampuh untuk mendapatkan perhatian seseorang. Jika kita lihat pada reka adegan di atas, modus pelaku adalah menarik simpati calon korban. Sesudah korban masuk dalam kesedihan yang dijual mereka, maka dengan mudah korban untuk ditipu.

Penipuan semacam ini menggunakan teknik social engineering dalam dunia nyata. Seperti yang diketahui, social engineering digunakan untuk memperoleh data atau informasi rahasia dengan cara menipu atau mengelabui pemilik informasi tanpa sadar. Teknik ini seringkali digunakan para hacker untuk membobol situs atau akun personal dari target.

Karena perkembangan teknologi yang pesat membuat sistem keamanan berbasis mesin atau jaringan komputer semakin sulit untuk disusupi dan ditembus. Oleh karena itu, hacker menyerang titik terlemah dari sistem keamanan yaitu pengguna atau administrator. Teknik yag digunakan memanfaatkan kelemahan manusia sebagai makhluk yang mempunyai perasaan dan empati. Titik lemah manusia yang biasa dimanfaatkan adalah rasa takut, rasa percaya, rasa ingin menolong dan rasa iba.

Rasa takut; pegawai takut kepada atasan, murid takut kepada guru, anak kecil takut kepada kakaknya dan sebagainya. Artinya jika sosok yang ditakuti ini ingin meminta sesuatu maka dengan spontan akan diberikan. 

Rasa percaya; seseorang memberikan atau bercerita tentang rahasianya dengan suka rela kepada orang yang dipercayai tanpa merasa curiga

Rasa ingin menolong; sebagai makhluk sosial, rasa iba terhadap musibah yang mendalam relatif bisa membuat hati orang tergerak untuk memberi pertolongan tanpa pikir panjang.

Jika dilihat dari adegan di atas maka si pelaku mencoba membangun kepercayaan dan medapatkan rasa iba dengan bercerita saudara yang butuh uang untuk operasi. Teknik yang digunakan untuk memanipulasi dan mengarahkan perilaku seseorang atau kelompok dengan menggunakan kekauatn hipnotik bahasa, rasa sungkan, rasa riwu perkiwuh serta preferensi pribadi seseorang terhadap suatu keadaan.

Lazim ditemui penipuan yang mengandalkan kekuatan bahasa. Manipulasi kata-kata diucapkan dengan tujuan target secara tidak sadar menuruti apa yang diinginkan penipu. Penggunaan eufisme dalam menciptakan bahasa halus dan sopan untuk tujuan menipu kerap terdengar di masyarakat. Kasus seperti "mama minta pulsa" atau "Papa minta transfer" yang dibumbui dengan cerita mengada-ngada merupakan contoh nyata dari kekuatan bahasa dalam praktik penipuan.

Kejadian bisa terjadi bukan semata hanya urusan uang saja atau data informasi rahasia tapi meliputi segala aspek yang bisa dimanfaatkan oleh si penipu.

Misalkan pada counter check in bandara, anda akan menemui orang yang meminta tolong untuk menitipkan bagasi ke penumpang lain yang tidak memiliki bagasi. Penumpang tersebut mungkin saja berpikir tidak menjadi masalah jika menitipkan barang bagasi orang lain. Toh tidak merugikan. Apalagi menolong orang lain tidak ada yang salah.

Pak Andi pun pernah dimintai tolong titip bagasi oleh seseorang yang baru diketahui di counter check in bandara. Dia menggelengkan kepala, tanda tidak bersedia.

"Kenapa Pak, Bapak tidak mempercayai saya?" kata yang persis sama didengar oleh orang di mall pada kejadian sebelumnya.

"Bagaimana saya percaya Bapak, kenal saja tidak. Pun jika ternyata bagasi Bapak itu berisi barang berbahaya, nantinya manifest terdaftar atas nama saya.  Sayalah yang akan berurusan dengan polisi. Bukan Bapak," jawab pak Andi dengan tegas.

Mungkin terdengar agak sombong dan tidak mau dimintai pertolongan. Namun demi menjaga sikap hati-hati terhadap orang yang baru dikenal, sikap yang demikian diperlukan. Sikap tegas kita dalam menolak permintaan bisa jadi menjadi signal bagi para pelaku bahwa kita bukan target yang lemah dan mudah untuk ditaklukkan.

Kalimat seperti "Bapak tidak percaya dengan saya?" sebaiknya dijawab dengan tegas "Saya tidak percaya", "Maaf Pak, saya tidak mempercayai orang asing" atau sejenisnya.

Sekali kita menawar pertanyaan tadi dengan jawaban 

"Bukan begitu...tapi..." 

Di saat itu kita sudah berada di bawah mereka dan dengan mudah mereka melanjutkan teknik lain agar kita mau menuruti kemauan mereka.

Sekali kali boleh sombong kan?hehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun