Mohon tunggu...
Mohammad Mahfuzh Shiddiq
Mohammad Mahfuzh Shiddiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Seorang yang masih belajar menulis dan menebar kebermanfaatan.

Selanjutnya

Tutup

Financial

Menghapus Fenomena "Emak Ingin Naik Haji"

15 Desember 2019   15:13 Diperbarui: 15 Desember 2019   15:10 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Muslim mana yang tidak ingin mengunjungi dua kota suci Makkah dan Madinah. Semua berkeinginan untuk bisa ziarah ke makam Nabi Muhammad dan sholat di Masjid Haram. Terlebih lagi bisa menunaikan ibadah haji di kedua kota tersebut.

Namun menunaikan rukun islam yang kelima tersebut tidak bisa dilakukan dengan mudah sekarang. Semua orang di dunia pada bulan haji berbondong bondong menuju ke negara Arab Saudi. Akibatnya Arab Saudi membatasi kunjungan haji bagi setiap negara tak terkecuali Indonesia. Kuota haji yang ditetapkan membuat daftar antri pergi haji semakin lama setiap tahunnya. Hal ini disebabkan animo masyarakat Indonesia menunaikan ibadah haji semakin bertambah.

Saat saya lihat daftar antrian haji di website kemenag untuk daerah Kalimantan Selatan, antrian terakhir diprediksi akan diberangkatkan 35 tahun lagi. Waktu yang sangat lama sekali untuk bisa berangkat haji. Misalkan saya sekarang berumur 40 tahun, maka saya akan berangkat haji saat berumur 75 tahun. Umur yang terlalu tua untuk perjalanan Ibadan haji yang membutuhkan fisik prima.

Selain masa tunggu yang lama, biaya haji juga tidaklah sedikit. Butuh setidaknya 35 juta rupiah per orang ( tahun 2019) untuk dana operasional menunaikan ibadah haji reguler. Dua faktor yang dirasakan sangat memberatkan sebagian rakyat Indonesia. Mereka harus sabar menunggu sekian lama untuk bisa memenuhi biaya haji dan menunggu lagi antrian.

Fenomena ini digambarkan apik dalam film Emak ingin Naik Haji. Film yang menggambarkan seorang ibu tua (emak) dari keluarga miskin yang berkeinginan untuk bisa naik haji namun terkendala dengan biaya haji yang besar serta umur yang sudah tua. Setiap hari emak tidak berputus asa membanting tulang demi hasrat naik haji. Anak emak (Zein) pun ikut membantu keinginan yang dianggap mustahil oleh para tetangganya.

Kegelisahan emak dan Zein bisa jadi nyata adanya di beberapa pelosok negeri ini. Masyarakat menengah kebawah dengan pekerjaan yang berpenghasilan rendah seperti tukang becak, pemulung dan petani juga bersusah payah menabung untuk bisa pergi haji. Mereka rela menyisihkan uang hasil perasan keringat untuk bisa mewujudkan impian besar mereka.

Fakta dilapangan pun menggambarkan dengan jelas bahwa kelompok usia lansia masih banyak, menempati urutan ketiga. Akibatnya angka kematian pun banyak mencapai ratusan jiwa setiap tahunnya. Kelelahan fisik dan beberapa penyakit yang diderita para lansia ini menjadi faktor terbanyak kenapa angka kematian tersebut masih banyak.

Di sisi lain, banyak kasus yang timbul karena terlalu lamanya antrian naik haji. Kita mendengar banyak kasus haji ilegal yang disebabkan hasrat beribadah haji besar namun terkendala dengan waktu. Sebagian besar masalah pada pemalsuan visa haji. Ratusan warga negara Indonesia (WNI) ditahan aparat keamanan Arab Saudi karena tidak dapat menunjukkan visa haji dan dimasukkan di dalam rumah detensi imigrasi.

Ada pula yang WNI yang terlunta-lunta di Arab Saudi karena tidak mempunyai tiket pulang dan izin keluar. Mereka merupakan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja sebelum musim haji dan pulang setelah musim haji namun tidak diuruskan exit permit oleh perusahaan. Penipuan yang berkedok Haji ONH Plus semakin marak karena permintaan sangat besar di Indonesia. Modus dari pelaku adalah menawarkan harga murah tapi kenyataannya visa yang digunakan bukan visa haji.

Bersyukur karena kegelisahan dan kendala besar yang dialami masyarakat ini ternyata dilihat oleh pihak perbankan untuk ikut serta membantu meringankan masalah dalam menunaikan ibadah haji. Bank Danamon sebagai contohnya dengan produk tabungan haji. Danamon syariah mengeluarkan produk tabungan haji yang mencakup dua keadaan.

Pertama, untuk anda yang sudah memiliki dana 25 juta rupiah, anda bisa membuka rekening tabungan jama'ah haji (RTJH). Sistem di bank Danamon sudah terkoneksi dengan Sistem Komputerisasi Haji Terpadu (SISKOHAT) kementrian agama RI sehingga kepastian mendapatkan nomor porsi.  

Anda tidak perlu bersusah payah mendaftar ke kemenag yang antrian banyak dan melelahkan, cukup dengan datang ke bank Danamon terdekat anda langsung mendapatkan nomor antrian dan berbagai macam fasilitas pendukung yang serba gratis. Anda tdaik akan ditarik sepeser pun alias GRATIS untuk biaya administrasi bulanan, biaya penutupan rekening dan kartu ATM yang bisa digunakan sebagai kartu debit.

Cukup mudah dan menguntungkan bukan?

Justru produk kedua dari tabungan haji danamon yang buat saya tertarik, yaitu Tabungan Rencana Haji iB. Tabungan yang menggunakan prinsip syariah bagi hasil (mudharabah) ini memungkinkan nasabah merencanakan ibadah haji dengan tepat dan cepat. Anda cukup menyetorkan uang 300 ribu rupiah maka tabungan rencana haji dari danamon sudah bisa anda miliki.

Sama dengan produk pertama, produk ini tidak mencharge nasabahnya dengan biaya apapun alias GRATIS. Malah mendapatkan beberapa fasiltas yang waah banget seperti gratis asuransi syariah selama dan setelah selesai menabung, tidak ada pinalti keterlambatan debit, auto debit dari rekening sumber dan sebaginya.

foto; tangkapan layar danamon.co.id
foto; tangkapan layar danamon.co.id

Produk tabungan rencana jamaah haji ini cocok untuk generasi muda atau untuk anak anda sendiri. Generasi mudah seharusnya dapat menangkap kesempatan yang baik ini. Perencanaan menunaikan ibadah haji harus dilakukan sejak dini. Semakin dini anda menabung semakin cepat kesempatan anda untuk pergi ke tanah suci.

Misalkan anda berumur 17 tahun dan mulai menabung 300 ribu rupiah per bulan. Angka yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan jatah kuota dan pergi nongkrong ke kafe generasi sekarang. Lima tahun yang akan datang anda sudah bisa mendapatkan nomor antrian dan memotong umur anda saat naik haji nanti. Jika hasil bagi yang diberikan pihak bank Danamon lebih besar maka bisa jadi lebih cepat lagi anda mendapatkan nomor porsi haji.

Kalau kita hitung lebih detail lagi uang 300 ribu rupiah selam sebulan itu sama dengan 10 ribu rupiah. Biaya makan siang anda di warung atau rumah makan pasti jarang yang berharga 10 ribu rupiah. Menyisihkan uang 15 ribu rupiah per hari demi rencana hidup yang lebih berkah saya kira masuk akal dan mudah.

Saya berharap wajah wajah jamah haji Indonesia ke depan didominasi para remaja dan sedikit dari kalangan lansia. Jika ini terwujud maka kasus jamaah haji meninggal akan bisa terkurangi dengan signifikan. Hal ini bisa terlaksana jika rencana naik haji dilakukan sedini mungkin. Salah satu cara adalah dengan membuka tabungan haji dari bank Danamon.

Jadi sudah siap pergi ke bank Danamon terdekat belum guys? Yuk!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun