Mohon tunggu...
Mohammad Mahfuzh Shiddiq
Mohammad Mahfuzh Shiddiq Mohon Tunggu... Administrasi - Pembelajar

Seorang yang masih belajar menulis dan menebar kebermanfaatan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

UN Dihapus, Bimbel Makin Apes

14 Desember 2019   04:40 Diperbarui: 14 Desember 2019   05:06 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gelombang suka cita sedang dirasakan para siswa kelas satu dan dua. Mereka tidak lagi merasakan pahitnya rasa ujian nasional saat di ujung kelas 3 nanti.

Orang tua siswa bernafas dengan lega dan bahagia menyambut kebijakan baru dari menteri baru Nadiem Makarim yang mengganti UN. Guru di sekolah bisa fokus lagi mengajar dengan tenang tanpa tuntutan nilai UN  dari sekolah.

Rasa beruntung yang dapat dirasakan oleh ketiga pihak tersebut memang membawa angin segar dalam dunia pendidikan. Yang selama ini berada dalam cengkaraman UN, akhirnya dilepaskan oleh gebrakan fenomenal mantan bos GOJEK tersebut.

Layaknya kebijakan lain, selalu menyisahkan respon tak setuju. Penghapusan UN mendapat reaksi kontra dari beberapa pemilik bimbingan belajar (bimbel). Baru baru ini bos bimbel nasional terkenal, berkomentar tentang UN. Dia berpendapat jika kebijakan UN dihapus para siswa tidak akan terpacu belajar dan tidakakan meningkatkan budaya belajar siswa.

Netizen pun bereaksi dengan trendingnya kebijakan tentang ujian nasional ini dengan slogan "UN dihapus, bimbel out". Kampanye yang membuat ketar ketir pengusaha bimbingan belajar. Mereka khawatir akan terjadi pengurangan massal siswa karena mereka beranggapan tidak ada manfaat lagi untuk belajar tambahan di bimbel.

Salah satu alasan siswa mengikuti bimbel adalah mendapatkan bimbingan yang intensif dalam mempersiapkan ujian nasional. Malah ada yang masuk bimbel dengan pikiran pragmatis yang kurang baik yaitu mendapatkan bocoran soal dan jawaban UN. Hal ini dibuktikan dengan banyak laporan bahwa oknum bimbel melakukan kecurangan dengan membahas bocoran soal sebelum ujian dilaksanakan.

Jika tidak ada alasan kuat untuk mengikuti dan gabung dengan bimbel seperti di atas, maka wajar sebagian besar siswa dan orang tua enggan lagi untuk belajar di bimbel.

Keadaan yang kurang enak tersebut menambah tantangan bimbel untuk melakukan penetrasi yang lebih gencar dan masif ke sekolah dan masyarakat untuk mendapatkan lebih banyak lagi siswa. Iklan dan promosi di sekolahan harus dilakukan lebih sering dan berkala jika tidak ingin usaha mereka cepat gulung tikar.

Sebelumnya, pengusaha bimbel konvensional dikejutkan dengan adanya beberapa bimbel online yang melakukan promosi besar-besaran di media televisi nasional. Bimbel online tersebut mendapatkan kucuran dana dari angel investor sehingga iklan di TV bisa dilakukan secara berkala dalam jumlah besar.

Era revolusi industri 4.0 seperti sekarang ini memang era dimana banyak usaha yang sudah mapan digilas oleh pemain baru yang melakukan inovasi di bidang teknologi. Bimbingan belajar konvensional yang mengandalkan kegiatan belajar mengajar di kelas sudah mulai ditinggalkan siswa.

Murid akan lebih memilih belajar di luar kelas dan senang dengan model belajar berbasis aplikasi di smartphone, barang yang akrab di generasi millenial. Disamping teknologi yang sudah diterapkan pada model pembelajaran, biaya bimbel online jauh lebih murah daripada bimbel konvensional.

Bimbel konvensional mematok biaya selama setahu dari rentang 4,9 juta sampai 19,5 juta. Sedangkan bimbingan online hanya membutuhkan biaya 750ribu sampai 1,4 juta. Perang harga yang tidak seimbang ini jelas merugikan bimbingan konvensional.

Jadi pengusaha bimbingan konvensional harus memutar otak untuk dapat mengatasi serangan dua fenomena di atas, UN dihapus dan bimbingan online. Perlu usaha kreatif dan inovatif menarik minat belajar siswa untuk belajar tambahan di bimbingan belajar. Peningkatan teknologi dalam metode pembelajaran juga patut dipertimbangkan mengingat jaman sekarang semua murid sudah melek dan akrab dengan teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun