Mohon tunggu...
Mahfuzh Al Ansori
Mahfuzh Al Ansori Mohon Tunggu... Guru - Tidak ada senjata yang lebih sempurna selain persatuan

Jika kebencian telah mengakar dalam hati seseorang maka bersiaplah untuk kehilangan akal sehat. maka jangan sampe kehilangan akal sehat yaaa, mari kita baca, baca dan baca serta pamahi setiap pertistwa.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Membangun Budaya Positif Mulai dari Ruang Kelas

17 September 2022   16:07 Diperbarui: 17 September 2022   16:12 505
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Guru merupakan agen perubahan, harus memiliki paradigma yang baik dalam membimbing, mengarahkan dan mendorong murid untuk mengembangkan potensinya sesuai dengan minat bakat serta membentuk budaya positif dan kebajikan-kebajikan universal sehingga memiliki dunia yang berkualitas.

Ki Hadjar Dewantara (KHD) pada dasarnya membedakan kata pendidikan dan pengajaran untuk memahami arti dan tujuan pendidikan yang seutuhnya. Pengajaran (onderwijs) bagian dari pendidikan. Pengajaran merupakan suatu proses pendidikan atau bersifat transfer knowlage yang berfaedah dalam menciptakan kecakapan hidup secara lahir dan batin murid. Sedengkan pendidikan (opvoeding) dapat diartikan sebagai pememberi tuntunan terhadap murid sesuai dengan kodrat yang dimilikinya agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang sangat tinggi baik sebagai human maupun sebagai civil society. Pendidikan berdasarkan pandangan KHD merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. sehingga bendidikan harus menjunjung tinggi kebudayaan yang baik dalam lingkungan masyarakat. Termasuk meciptakan budaya-budaya positif. 

Pada prinsipnya dalam menciptakan manusia Indonesia yang beradab, mencintai bangsa dan negaranya maka pendidikan menjadi kunci untuk mewujudkannya. Pendidikan menjadi satu-stunya ruang berlatih dan menumbuh kembangkan nilai-nilai luhur yang bersifat universal dan nilai-nilai kebangsaan yang dapat di teruskan atau diwariskan secara turun temurun. Pendidikan yang berguna yang harus diciptakan bersifat memerdekakan manusia sebagai bagian dari persatuan (society). 

Manusia yang merdeka merupakan manusia bersifat tidak tergantung pada orang lain, akan tetapi bersandar atas kekuatan sendiri baik lahir maupun batinnya. Dalam konteks pendidikan di ruang-ruang kelas guru harus mampu menumbuhkan ruang bagi murid untuk tumbeuh secara utuh agar mampu memulihkan dirinya dan orang lain sehingga lahir dan batinnya menjadi merdeka. 

Pandangan-pandangan KHD menjadi landasan bagi setiap guru dalam mengembangkan dan menerapan budaya positif pada ruang-ruang kelas dan ruang kehidupan murid berdasarkan kodrat dan zamannya. Mendidik harus sesuai zamannya karena pola pengajaran maupun pendidikan dulu dengan sekarang belum tentu semuanya relevan. 

Guru kini dituntut untuk merevolusi pandangan dan paradigmanya dalam mendidik murid. Pada dasarnya setiap perubahan kurikulum dari kurikulum sebelumnya "kurikulum 2013" menjadi kurikulum "merdeka" yang dituntut berubah adalah gurunya bukan muridnya. Guru dituntut untuk merubah paradigma pengajaran yang lama ke paradigma pengajaran yang uptudate sesuai zaman dan kodratnya. sehingga apabila paradigma guru dalam mendidik masih belum berubah, maka perubahan kurikulum setiap 5-10 tahun sekali akan menjadi suatu keniscayaan yang rutin dilakukan. 

Menanamkan budaya positif di ruang kelas

Menciptakan budaya positif harus dilakukan mulai dari ruang-ruang kelas dan ruang kehidupan baik  pada pendidikan formal maupun pendidikan non-formal sehingga murid dikenalkan, dilatih dan ditanamkan lima kebutuhan dasar manusia, seperti survival, love and belonging, freedom, fun, and power (penguasaan). Kelima kebutuhan dasar manusia ini harus terintegrasi dalam setiap aktivitas pendidikan yang diperkuat dengan elemen-elemen profil pelajar pancasila. 

Ketika seorang murid melakukan suatu perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai kebajikan, atau melanggar peraturan bisa jadi sebenarnya mereka gagal memenuhi kebutuhan dasar mereka. Disinilah peran guru dalam ruang-ruang kelas dituntut untuk menciptakan pemenuhan kebutuhan dasar manusia dalam setiap proses pembelajarannya.

Menanamkan budaya positif di ruang kelas dan ruang kehidupan merupakan tanggung jawab bersama antara guru dengan lingkungan sekolahnya dan orang tua dengan lingkungan keluarga dan masyarakatnya. Ini harus dilakukan secara simultan, sehingga tidak terjadi memacam lingkungan sekolah sebagai pelampiasan murid akibat di lingkungan keluarganya tidak terpenuhi kebutuhan dasar manusia tadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun