Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Murangkek", Tapak Situs Sejarah Madura yang Terbiar

6 September 2021   18:08 Diperbarui: 6 September 2021   18:21 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Patih Pragulang tidak tega untuk membunuh Dewi Bendoro. Akhirnya Patih Pranggulang membuatkan rakit dan menaikkan Dewi Bendoro, kemudian mendorongkan ke laut. Beliau berpesan, apabila membutuhkan bantuannya, cukup sebut namanya dan hentakan kaki ke bumi tiga kali.

Kemudian rakit itu kandas di perairan sebelah Utara Madura, tepatnya di desa Nepa. Saat menunggu kelahiran putranya, Dewi Bendoro memanggil Patih Pranggulang seperti mana yang diajarkannya. Akhirnya lahirlah bayi tampan, yang diberi nama Raden Segoro.

Dari kecil, Raden Segoro "Sang Putra Lautan" mempunyai dua mainan, yaitu dua ekor naga berbadan ikan terbang. Namun di kemudian hari, dua ekor naga tersebut dijadikan alat pusaka oleh Patih Pranggulang, bernama Aluguro dan Nenggolo.

Semakin remaja, Raden Segoro semakin lihai bermain silat dan ilmu kanuragannya semakin tinggi. Patih Pranggulanglah yang mengajari semua Kanuragan dan tehnik bermain senjata tajam. 

Patih Pranggulang juga dikenali sebagai  K Polng oleh masyarakat Madura, karena selalu berpakaan hitam komprang dan kaos putih bergars merah tebal dengan pakai sabuk pk (ikat ikat pinggang yang lebar).

Suatu ketika, kerajaan kakeknya, Medang Kamulan diserang Cina. Maka Raden Segoro dan Patih Pragulang pulang ke Medang Kamulan, ikut membantu menggagalkan invasi Cina kala itu.

Setelah mampu mengusir pasukan Cina, Akhirnya Raden Segoro lebih memilih pulang ke Madura untuk berkumpul bersama ibunya, Dewi Bendoro Agung. Suatu ketika, Raden Segoro bertanya kepada Dewi Bendoro, siapa ayahnya dan dimana sekarang?

Dewi Bendoro tidak mampu menjawabnya dan hatinya menjadi gundah gulana. Akhirnya Dewi Bendoro membawa gundahnya ke sebuah hutan yang bernama Nepa. Beliau bertapa untuk mencapai kemuksaanya.

Selama bertapa di hutan Nepa, beliau dijaga oleh sekelompok kera-kera yang ada di dalamnya. Konon, kera-kera itu adalah prajurit atau pasukan Raden Segoro.

***
Mengenai keberadaan kerajaan Medang Kamulan, para ahli sejarah masih berselisih pendapat tentang keberadaannya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun