Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Ketika Pilpres di Negara Kiblat Dunia, Disinyalir Ada Kecurangan

5 November 2020   07:33 Diperbarui: 5 November 2020   07:35 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemungutan suara yang melibatkan banyak pemilih, sangat rentan dengan unsur kecurangan, taktik kotor, provokasi, hingga intimidasi. Sehingga efek pra dan pasca penghitungan suara, menimbulkan rasa ketidakpuasan dan perpecahan di kedua belah pihak.

Pemilihan setingkat kepala desa saja, taktik kotor seringkali berlaku. Politik uang yang dibungkus aneka cara, sudah menjadi keharusan dalam setiap Pilkades. Belum lagi,  kedua belah pihak saling berbalas provokasi dan intimidasi. Bagaimana juga dengan pemilihan setingkat Presiden?

Pada dasarnya, trik-trik lama dalam menggaet suara konstituen sudah bertukar warna. Namun helah-helah dalam mencari simpati konstituen, dibumbui adegan melodrama masih tetap dilakukan. 

Pencitraan musiman, tegur sapa,  dan senyuman yang tidak biasa dilakukan sebelumnya. Menjadi keharusan yang dipaksakan, demi meraih simpati dan suara konstituennya.

Saya tertarik dengan perkembangan Pemilihan Presiden di Amerika Serikat saat ini. Di mana sebuah negara yang mengklaim negaranya sebagai kiblat demokrasi dunia, masih rentan isu penipuan, kecurangan, atau taktik kotor.

Salah satu kandidat Pilpres Amerika, menuding ada penipuan dalam penghitungan suara, dan meminta proses penghitungan dihentikan. Bagaimana pula, negara yang teknologi Pemilunya lebih canggih, namun masih disinyalir ada kebocoran dalam proses penghitungan suara.

Kalau di Indonedia ada istilah "Serangan Fajar", dimana pada saat hari pemungutan suara, ada sekelompok oknum jor-joran membeli surat suara dengan harga di luar nalar kita.

Namun di Pilpres Amerika saat ini, serangan fajarnya berupa panggilan telepon misteri. Panggilan misteri dilakukan ke telepon seluler  jutaan orang Ameraka pada saat hari pemilihan.

Panggilan misteri yang disinyalir dilakukan ala Robocall ini,  menghimbau semua orang untuk tetap tinggal di dalam rumah dan menjaga keamanan.

Andaikata isu ini benar, maka semakin melengkapkan perjalanan sejarah dunia, bahwa pemilihan presiden dalam dunia demokrasi, selalu dibayangi aneka trik taktik kotor.

Pada saat artikel ini ditulis,  pasangan Joe Biden- Kamala Harris masih mengungguli pasangan incumbent Donald Trump-Mike Pence dengan total 253 - 213 (per jam 06.39 MYT).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun