Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Berhari Rayalah, Lupakan Gadgetmu

16 Juli 2015   06:20 Diperbarui: 16 Juli 2015   06:27 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebentar lagi laungan takbir hari raya akan berkumandang kembali. Takbir kemenangan bagi umat Islam setelah selama sebulan menahan nafsu serta lapar dan minum mulai dari terbit fajar hingga menjelang adzan Maghrib. Dengan harapan nilai-nilai Islami yang telah dilakukan selama sebulan penuh mampu membentuk insan yang lebih baik serta lebih peduli terhadap diri dan orang lain.

Setiap menjelang hari raya, tradisi pulang kampung atau mudik begitu ditunggu-tunggu bagi seorang perantau yang ingin beraya bersama-sama dengan keluarga . Walaupun untuk mudik itu membutuhkan perjuangan yang panjang, mulai dari antri beli tiket hingga kemacetan panjang yang begitu identik dengan tradisi mudik itu.

Pada dasarnya tujuan utama mudik itu adalah ingin merayakan hari raya bersama-sama dengan sanak famili, sembah sungkem pada orang tua, bermaaf-maafan dengan sanak saudara dan tetangga. Semuanya berkumpul saling bercerita tentang tempat kerja barunya, tentang kisah masa lalunya bahkan tentang keluarga dan anak-anaknya. Anak-anak saling berkejaran dan bermain di sekitar pekarangan dengan leluasanya , yang mungkin jarang didapatkan selama tinggal di kota.

Namun semua itu, perlahan mulai hilang sejak kita diperkenalkan gadget yang semakin hari semakin canggih. Gadget disini berarti perangkat alat elektronik yang inovatif dari waktu ke waktu sehingga membuat hidup kita lebih praktis. Contohnya : Laptop, telefon , tablet hingga playsation yang semakin canggih  belakangan ini.

Kita seakan-akan menjadi hamba kepada beberapa gadget hingga ada sebagian orang merasa tidak mampu hidup apabila tidak bersentuhan dengan alat-alat tersebut. Mulai dari main game online hingga update status di berbagai media sosial yang diikutinya. Setiap apa yang dilakukan setiap saat diupdate di media sosial dengan harapan orang lain tahu apa yang dilakukan dan mendapat simpati dari mereka seperti banyaknya komentar di setiap status yang diunggahnya.

Apabila ke kampung halaman dan berkumpul dengan sanak keluarga , Apakah kita sanggup berpuasa dulu dan hidup tanpa gadget ? hidup tanpa jangkauan WIFI , Hidup tanpa game online dan hidup tanpa update status atau membalas chat teman di media sosial

Luangkan waktu bersama bapak dan ibu kita yang sudah lama kita tinggalkan dan berbicara bersama dengan anggota keluarga yang lain tanpa bunyi nada notifikasi dari media sosial yang kita ikuti. Dan buatlah kesepakatan serta perjanjian dengan anggota keluarga, untuk mematikan sementara atau menonaktifkan sementara media sosial kita ketika berapa di kampung halaman.

Janganlah kebiasaan update status dan leka di media sosial berlanjutan ketika kita pulang dan mudik ke kampung halaman. Sehingga setiap anggota keluarga leka dan hanya fokus dengan gadget di tangan masing-masing. Sehingga makna dari mudik itu tidak kita dapatkan.

Buat apa kita bersesak-sesakan antri tiket di loket pembayaran, dan buat apa kita bertarung berjam-jam melawan kemacetan yang panjang. Kalau hanya waktu bersama keluarga di kampung dihabiskan dengan mainan gadget di tangan ? Apakah kita sanggup menukar keceriaan bersama keluarga yang jarang dilakukan  hanya ditukar dengan kepuasan dengan gadget di tangan kita ?

Cobalah kita kembali ke alam masa lalu kita, manfaatkan selama libur di kampung dengan sebaik-baiknya. Ajarkan anak-anak kita menyentuh lumpur di sawah, menangkap ikan di sungai atau mengembala kambing dan kerbau.
Saya yakin anak-anak kita akan lebih senang dan tidak akan melepaskan kesempatan yang tidak dapat dirasakan sewaktu tinggal di kota. Ajari anak-anak perempuan kita memetik sayur di kebun dan memasaknya menggunakan kayu bakar, pastinya mereka akan lebih suka dan akan membentuk kepribadian untuk lebih menghargai bahwa apa yang didapatkan membutuhkan perjuangan.

Apakah anda sudah sanggup untuk melepaskan sementara gadget ditangan ? Apakah anda sudah sanggup hidup tanpa jangkauan dan akses WIFI ?
Gunakanlah masa mudikmu dengan sebaik-baiknya agar tujuan dan makna mudik itu sendiri dapat kita rasakan dan resapi !!
SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1436 H
Minal Aidzin wal Faizin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun