Mohon tunggu...
Mahfudz Tejani
Mahfudz Tejani Mohon Tunggu... Wiraswasta - Bapak 2 anak yang terdampar di Kuala Lumpur

Seorang yang Nasionalis, Saat ini sedang mencari tujuan hidup di Kuli Batu Republik Indonesia (KBRI) Kuala Lumpur. Pernah bermimpi hidup dalam sebuah negara ybernama Nusantara. Dan juga sering meluahkan rasa di : www.mahfudztejani.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menyusuri Pelarian Etnik Rohingya di Kuala Lumpur

17 September 2012   03:57 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:21 1206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_199385" align="aligncenter" width="300" caption="Kartu UNHCR untuk Pelarian Rohingya (file pribadi)"][/caption] Berbicara tentang pelarian Rohingya ini, dalam 3 bulan belakangan ini kita disuguhi dengan berita penindasan tentang etnik Rohingya .  Sebuah etnik yang tinggal di Arakan , Myanmar bagian Barat yang berbatasan dengan Bangladesh. Etnik Rohingya adalah Mayoritas beragama islam dan berasal dari keturunan pedagang Persia, Arab dan Turki yang berasimilasi dengan penduduk lokal seperti  Mughals, Pathan dan Benggali. Jadi dari segi roman mukanya berbeda dengan orang Burma/Myanmar pada umumnya dan lebih mirip kepada wajah-wajah orang Bangladesh. Maka dari itu Pemerintah tentara Myanmar tidak mengakui minoriti Rohingya sebagai sebagian dari rakyatnya . Etnik Rohingya  telah mendapatkan diskriminasi dan pencabulan  hak -hak asasinya secara konsisten  oleh pemerintah tentara Myanmar, diantaranya adalah : 1.       Tidak diakui kewarganegaraanya dengan tidak mengakui dan memberikan akta kelahiran dan surat nikah. 2.       Sekatan secara ekonomi, kesehatan dan pendidikan. 3.       Tanah-tanahnya di rampas dan seringkali menjadi mangsa penghambaan modern. 4.       Pembunuhan dan pemerkosaan secara terencana. 5.       Dilarang mengamalkan apa jua kegiatan yang bercorak keagamaan yang diyakini (Islam) 6.       Pengusiran dan penghalauan secara paksa dari Myanmar sejak 1978. Pengusiran secara paksa terhadap minoriti etnik Rohingya telah membuat mereka terdesak menjadi pelarian di berbagai negara seperti : Bangladesh, Pakistan, Arab saudi, Thailand , Indonesia dan Malaysia. Bahkan akhir-akhir ini sampai  Australia dan Spanyol. Mereka sangat rentan menjadi korban Pemerdagangan Manusia dalam usaha mencari suaka politiknya. Pelarian Etnik Rohingya di Malaysia Pelarian etnik Rohingya di Malaysia berawal sejak 1980an lagi. Dan di Anggarkan sampai sekarang sekitar 15.000 pelarian yang bertebaran di seluruh Malaysia. Mereka telah di berikan status pelarian oleh United Nations High Commisioner for Refugee (UNHCR),Human Right Watch (HRW) dan Amnesty International (AI) Menurut sebuah LSM Malaysia yaitu Future Global Network (FGN) mengatakan mereka pada umumnya menetap di 8 buah negeri yaitu Selangor/Kuala lumpur (5,500), Johor (2,500), Pulau Pinang (4,500), Kedah (2,000), Terengganu (350), Kelantan (1,500), Melaka (300), Negeri Sembilan (700). ( sumber : www.futureglobalnetwork.com) Sedangkan di Kuala Lumpur dan Selangor sendiri, pelarian Rohingya menetap dan membentuk komunitas sendiri di sekitar Selayang, Cheras Baru, Klang dan Ampang . Etnik Rohingya Tertutup Penuh Waspada

Bertemankan seorang teman etnik Rohingya yang saya kenali di tempat kerja. Saya mencoba mendapatkan informasi tentang komunitasnya, ekonominya, pendidikannya di sekitar Kuala lumpur. Syukurlah karena melihat kesungguhan saya yang ingin tahu lebih banyak tentang etnik Rohingya, Akhirnya dia bersetuju untuk menjadi perantara sekaligus penerjemah dengan membawa saya ke tempat komunitas Rohingya di Ampang Tasik Selangor.

[caption id="attachment_199389" align="aligncenter" width="300" caption="Sebuah keluarga Pelarian Rohingya (file pribadi)"]

13478541921687468330
13478541921687468330
[/caption] Selepas pulang kerja kami berdua menuju ke Ampang Tasik dan minum di restoran yang sering menjadi  tempat berkumpulnya para etnik Rohingya. Semua mata melihat ke arah kami sewaktu duduk dan memesan minuman. Yang pada mulanya keadaan riuh dan saling ketawa, akhirnya keadaan berubah menjadi saling berbisik dan meninggalkan restoran seorang demi seorang. Setelah itu  kawan saya pergi ke meja sebelah yang di duduki seorang perempuan setengah baya beserta dua orang anaknya . Kawan saya tersebut berusaha menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan kami dalam bahasa mereka. Langsung saja roman wajah mereka langsung berubah, dan berusaha pergi seketika itu juga. Akhirnya sang penjaga restoran datang ke meja kami dan menanyakan maksud dan tujuan kedatangan kami. Setelah di jelaskan dengan penuh kekeluargaan dan menyebut atas nama saudara seislam, akhirnya mereka mulai faham dan bersedia kami  wawancarai.
"Ketua kami telah melarang memberikan kenyataan pada siapa saja,tanpa ada pemberitahuan dari beliau." Katanya dalam bahasa melayu dengan loghat Burma.

Dia mengatakan bahwa sudah seringkali Etnik Rohingya di manfaatkan segelintir oknum dan kelompok untuk kepentingan mereka sendiri tanpa memmperdulikan kepentingan etnik Rohingya lagi. Akhirnya ketua etnik Rohingya melarang untuk memberikan apa-apa informasi dan kenyataan pada siapapun tanpa ada arahan dari ketua etnik langsung. Apalagi setelah ada terjadinya kasus pembakaran dan pembunuhan pada tanggal 03 Juni  yang lalu. Kehidupan Mendasar Kaum Pelarian Secara ekonomi, umumnya para etnik Rohingya adalah pekerja tanpa keterampilan. Jenis pekerjaan yang dilakukan adalah beraneka ragam, mulai dari bekerja di sektor konstruksi, buruh pabrik, pembantu restoran dan cleaning service. Namun di sebabkan masalah dokumen yang bersangkutan, mereka sering tertangkap operasi pendatang asing di Malaysia. Bahkan sesetengah majikan mengambil kesempatan kepada mereka dengan menurunkan gaji mereka. Akhirnya mereka mengambil keputusan bekerja sendiri menjadi pengumpul barang-barang bekas, pengutip besi buruk dan pemotong rumput di taman-taman perumahan. [caption id="attachment_199388" align="aligncenter" width="300" caption="Suasana pasar dalam komunitas pelarian Rohingya"]

13478541001588031946
13478541001588031946
[/caption] Secara Pendidikan, anak-anak pelarian Rohingya tidak bisa memasuki sistem pendidikan formal di Malaysia. Masalah utamanya adalah umumnya anak-anak pelarian  yang dilahirkan di Malaysia tidak mempunyai dokumen yang sah. Disebabkan kedua orang tuanya tidak mempunyai surat nikah dan dokumen yang sah . Namun pihak UNHCR dan beberapa LSM di Malaysia telah mengadakan dan mendirikan beberapa sekolah tidak formal seperti di Klang, Cheras Baru dan Selayang. Dan sistem pendidikan ini lebih di kenali madrasah di kalangan para pelarian. Dan bahasa pengantar di dalamnya menggunakan  bahasa Myanmar, Inggris dan bahasa Melayu. Dan tentang masalah Kesehatan, seperti mana warganegara asing lainnya. Pelarian Rohingya di haruskan membayar lebih mahal apabila di bandingkan dengan warga negara Malaysia sendiri. Semuanya ini adalah di sebabkan masalah dokumen pengenalan yang sering menjadi masalah. Apabila harus menginap dan opname di Rumah Sakit pemerintah, mereka di haruskan menyediakan uang pendahuluan (deposit) sekitar RM.400 (1,2 juta rupiah). Sedangkan untuk biaya melahirkan pula, mereka harus menyediakan deposit RM.800 (2,5 juta rupiah). Coba bayangkan apabila mereka harus menerima rawatan di rumah sakit swasta ? yang mahalnya berlipat-lipat kali ganda apabila di bandingkan dengan rumah sakit atau klinik pemerintah. Kartu UNHCR Adalah Nyawa Kedua Rata-rata pelarian Rohingya pernah mengalami di tangkap oleh polisi Malaysia. Bahkan sampai ada yang dimasukkan ke dalam tahanan imigrasi untuk menunggu di hantar  pulang ke Myanmar.
"Dulu saya pernah di tangkap dalam sebuah operasi dan di deportasi ke perbatasan Thailand-Malaysia untuk di pulangkan ke Myanmar. Namun saya telah kembali lagi ke Malaysia dengan membayar agen/tekong untuk di uruskannya secara ilegal."

Untuk itu pihak UNHCR telah mengeluarkan sebuah dokumen berbentuk perlindungan sementara (temporary protection). Selanjutnya belakangan ini UNHCR telah menukar dokumen sementara yang berbentuk surat selebaran di gantikan Kartu plastik agar lebih tahan lama . Harapan Kecil Pelarian Rohingya Status kewarganegaraan pelarian Rohingya yang tidak jelas bukan hanya di alami generasi sekarang, namun juga akan turut di rasakan oleh generasi akan datang.

"Sudah lebih 20 tahun saya tinggal di Malaysia, namun status masih belum jelas jelas. Dan untuk kembali ke Myanmar rasanya tidak mungkin untuk saat ini."
"Banyak yang menawarkan kami agar pindah ke negara lain, namun saya tidak punya uang yang cukup. "

Sebenarnya umumnya pelarian Rohingya menaruh harapan pada tokoh demokrasi Myanmar yaitu Ang Ann Suu Kyi untuk membelanya. Namun kenyataannya beliau hanya diam seperti menyetujui apa yang telah dilakukan pemerintah tentara Myanmar. Mereka juga berharap semoga pemerintah Indonesia dan Malaysia yang mempunyai masyarakat Islam dominan di Asia tenggara mampu berbuat banyak di dalam ASEAN, OIC dan PBB. Selanjutnya mengambil inisiatif untuk menghentikan tragedi kemanusiaan ini.. Salam dari Seberang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun