Animo Warganegara Indonesia (WNI) di Kuala Lumpur untuk datang memilih ke TPS kurang mendapat sambutan. Informasi dari berbagai lokasi TPS di sekitar Kuala lumpur dan Selangor terasa hambar. Penulis sendiri yang memilih di Sekolah Indonesia Kuala lumpur (SIKL) melihat hal yang serupa. Masih lebih banyak antrian para WNI yang berhubungan dengan KBRI setiap harinya.
Target yang direncanakan PPLN KL untuk melebihi 20% dari DPTLN sepertinya tidak akan tercapai. Perlu diketahui bahwa pada pemilu 2009 hanya 20% dari DPTLN yang ada ketika itu memberikan hak suaranya. Apakah hal ini juga akan berlaku pada Pemilu Legislatif 6 April 2014 ini ?
Walaupun PPLN telah melakukan tugas dengan maksimal seperti penambahan jumlah TPS, melakukan sosialisai pemilu ke tempat tumpuan WNI, mangadakan Klinik Pemilu di area menunggu KBRI, mengadakan pertemuan dengan berbagai parpol, komunitas dan ormas , mensosialisakan pemilu melalui Blast SMS dengan bekerja sama dengan operator telekomunikasi Malaysia serta memudahkan pendaftaran pemilih baik langsung, via sms atau online.
Namun keluhan-keluhan kekurangan dan kelemahan tetap bermunculan. Seperti surat suara tidak sampai ke alamat yang didaftarkan, Alamat pemilih berjauhan dengan TPS. Bahkan ada seorang pemilih yang saya temui tadi berasal dari Tronoh (perak) namun memilihnya di TPS SIKL Kuala Lumpur.
Kelemahan itu sendiri juga datangnya dari WNI Sendiri, Dimana samapi hari H juga belum mendaftarkan diri sebagai pemilih tetap. Banyak kasus dan fakta di lapangan, 2-3 hari menjelang pemilu legislatif banyak yang tidak tahu dimana mereka akan memilih.
Atau datangnya dari keengganan para WNI sendiri yang tidak mau memilih , sedangkan pemilu legislatif pada kali ini dilakukan pada hari Minggu (libur). Atau apakah kehambaran pemilu legsilatif di Kuala Lumpur ini berkaitan dengan meningkatnya angka Golongan putih (golput) yang semakin meningkat ?
Kelemahan dan kekuarangan ini harus dijadikan PR bagi PPLN atau Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada masa akan datang. Kehambaran ini jangan dibiarkan dari pemilu ke pemilu sehingga menimbulkan kecaman dan kecurigaan yang berlebihan dengan sistem pemilu di luar negeri.
Apapun semoga yang terpilih dalam dapil DKI Jakarta II ini bisa menjadi kepanjangan suara para WNI di luar negeri yang umumnya para TKI.
Salam dari Kuala Lumpur
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H