Mohon tunggu...
Mahfud Achyar
Mahfud Achyar Mohon Tunggu... Full Time Blogger - I am a storyteller based in Jakarta, Indonesia.

Undergraduate in Linguistics Studies, University of Padjadjaran, Bandung | Postgraduate in Corporate Communication Studies, Paramadina Graduate School of Communications, Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Strategi Digital Marketing: Indonesia Halal Tourism

11 Juli 2015   19:02 Diperbarui: 13 Juli 2015   08:19 1719
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh: Mahfud Achyar

Pada abad ke-17 hingga pertengahan abad ke-20, bumi nusantara menjadi magnet yang kuat sehingga menarik banyak negara khususnya bangsa Eropa untuk datang. Hal ini lantaran Indonesia memiliki kekayaan alam berupa rempah-rempah yang tidak dimiliki oleh negara-negara di Eropa seperti Belanda, Inggris, dan Portugis. Bangsa Eropa sangat membutuhkan rempah-rempah, terutama pada saat musim dingin. Sebab rempah-rempah dapat diolah menjadi produk makanan dan minuman yang menghangatkan badan. Kekayaan alam tersebutlah yang kemudian menjadikan Indonesia sebagai negara yang diperebutkan oleh banyak negara hingga pada akhirnya Indonesia memasuki era kolonoliasme di bawah pendudukan Belanda yang berlangsung selama 3,5 abad lamanya.

Tidak hanya dulu, hingga sekarang pun Indonesia masih dikenal sebagai negara yang subur dan memiliki hasil alam yang melimpah ruah. Namun sayangnya potensi hebat yang dimiliki Indonesia tidak lantas membuat Indonesia negara yang sejahtera dan makmur. Oleh sebab itu, rasanya kita perlu menggali kembali potensi Indonesia yang kiranya dapat menjadi aset yang dapat dibanggakan dan menjadi perhatian dunia. Apalagi pada penghujung tahun 2015 ini, Pasar Ekonomi Asean resmi dibuka. Hal ini tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi Indonesia untuk membuktikan kepada dunia bahwa Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara di kawasan Asean dan juga di tingkat global. Salah satu aset penting yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yaitu Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia itu sendiri. Potensi sumber daya manusia Indonesia tersebut bisa dijadikan landasan atau faktor dalam mengembangkan berbagai sektor di Indonesia. Salah satunya adalah sektor wisata.

Pada 30 hingga 2 November 2013 lalu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dalam kegiatan Indonesia Halal Expo (Indhex) 2013 & Global Halal Forum meluncurkan produk baru dalam industri pariwisata yaitu halal tourism. Ide ini diusung mengingat Indonesia merupakan negara dengan jumlah pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Hal tersebut diketahui berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Pew Research Center, yaitu lembaga riset yang berkedudukan Washington DC, Amerika Serikat, yang bergerak pada penelitian demografi, analisis isi media, dan penelitian ilmu sosial. Pada tanggal 18 Desember 2012, Pew Research Center mempublikasikan risetnya yang berjudul “The Global Religious Landscape” mengenai penyebaran agama di seluruh dunia dengan cakupan lebih dari 230 negara.

Riset tersebut memaparkan total jumlah penduduk Muslim yang tersebar di berbagai negara yang berjumlah 1,6 miliar atau sekitar 23,2% dari total jumlah penduduk dunia. Indonesia dinobatkan sebagai peringkat pertama penganut agama Islam terbesar dengan total 209.120.000 jiwa (87,2%) dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 237.641.326 jiwa. Data tersebut juga diperkuat oleh data sensus penduduk yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010. 

Tidak hanya sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, namun Indonesia juga diacungi jempol oleh dunia karena mampu menjalankan demokrasi dan dialog antarumat beragama dengan baik. Menteri Luar Negeri RI, Retno Lestari Marsudi, pada pembukaan “Confrence on Indonesia Foreign Policy 2015” yang digelar di Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta, (13/06/2015) mengungkapkan, “Indonesia is a country where Islam and democracy can go hand in hand, at the same time interfaith dialogues are enabled.”           

Artinya dengan potensi yang dimiliki Indonesia, semestinya Indonesia bisa menjadi negara yang sukses dalam mengembangkan halal tourism. Indonesia memiliki reputasi yang positif sebagai negara demokrasi dan negara yang toleran dalam beragama. Namun sayangnya, konsep mengenai halal tourism di Indonesia tertinggal jauh dibandingkan dengan negara-negara tetangga seperti Thailand dan Malaysia. Padahal Indonesia memiliki potensi wisata yang sudah diakui dunia. Berbagai ulasan di internet bahkan menyebutkan Indonesia sebagai salah satu negara yang wajib dikunjungi. Kecantikan, keelokkan, dan keunikan Indonesia memang tidak usah diragukan lagi.

[caption caption="Maninjau Lake, West Sumatra (Photo taken by Mahfud Achyar)"][/caption]

Permintaan produk halal, baik itu makanan, minuman, maupun wisata halal semakin meningkat. Thomson Reuters memperkirakan, pada tahun 2019 pasar makanan halal bernilai US$ 2,537 miliar (21% dari pengeluaran global), pasar kosmetik halal menjadi US$ 73 miliar (6,78 % dari pengeluaran global), dan kebutuhan personal halal menjadi US$ 103 miliar (6,6 % dari pengeluaran global). “Untuk pasar terbesar makanan halal, yaitu Indonesia sebesar US$ 190 miliar, Turki US$ 168 miliar, dan Pakistan menempati urutan ketiga sebesar US$ 108 miliar. Lalu, Indonesia juga berada di urutan ketiga untuk pasar farmasi terbesar, yaitu dengan angka US$ 4,9 miliar. Sementara, Indonesia tidak menjadi pasar terbesar untuk kosmetik halal,” ujar Marco Tieman, CEO LBB International. (Marketeers edisi April 2015, hal 60).

Untuk sektor wisata, Sapta Nirwandar yang saat ini sebagai Perwakilan Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah, dalam (Marketeers edisi April 2015, hal 61) mengatakan potensi pariwisata halal begitu besar. Berdasarkan data dari UNWTO Tourism Highlights tahun 2014, terdapat sekitar 1 miliar wisatawan dunia dan diperkirakan akan naik menjadi 1,8 miliar pada tahun 2030 mendatang. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah Muslim, Indonesia seharusnya mampu memaksimalkan potensi itu. Oleh karena itu, Indonesia sudah mulai mempromosikan diri sebagai negara tujuan pariwisata yang muslim-friendly.

Akan tetapi, Indonesia kurang memperluas segmentasi pasar untuk indsutri pariwisata, khususnya pasar untuk Muslim traveler. Kondisi demikian membuat Indonesia kurang mendapat tempat di hati para Muslim traveler. Sejatinya sebagai negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam, tentu mudah bagi Indonesia untuk mengembangkan konsep halal tourism. Namun nyatanya tidak semudah yang dibayangkan. Para pemain di industri pariwisata belum yakin pada potensi pasar wisata halal dengan dalih takut dianggap terlalu kaku dan tertutup. Pelabelan wisata halal di Indonesia belum lazim ditemukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun