[caption caption="wismakreatif.com"][/caption]Di jalan pulang
Yang biasa aku ulang-ulang
Menyelinaplah dalam pandangan
Seseorang yang membonceng pekerjaan
Â
Usianya tak lagi muda
Belumlah juga tua renta
Kurasa-rasa berkepala enamlah dia
Begitulah pandanganku saat di persimpangan
Â
Dengan motor Astuti (astrea tujuh puluh tiga)
Ia mencari rezeki
Sebuah kotak kurasa berisi segala
Peralatan kerja yang selalu dibawa-bawa
Berkomunikasi pasif dengan bola-bola mata
Seakan kotak itu berujar padaku, dengan tulisan :
"Terima jahit tas, sandal dan sepatu"
Â
Kupercepat sedikit motorku
Namun, Ia menghilang dari pandangan
Mungkin masuk ke lorong buntu
Atau bisa jadilah ia sebuah bayangan
Menginspirasi hidupku
Â
Kupanggillah  ia
Tapi, suaraku hilang melayang
Ditelan riuh gemuruh suara kereta
Dan terpantul membentur trotoar jalan
Â
Â
Kuhendak memberikannya sepatu
Bukan yang koyak
Bukan yang kehilangan tapak
Tapi, sepatu baru yang kupakai
Ingin kutukar dengan :
Sandal jepitnya
Yang telah dijahit-jahit
Dengan benang tali plastik
Â
Kuhendak memberikannya sebuah tas
Bukan yang koyak
Tapi, tasku yang baru saja kubeli
Ingin kutukar dengan :
Kantong plastiknya
Tempat menaruh duit
Hasil keringat menjahit
Â
Kuhendak memberikan jiwaku
Kepadanya, karena
Kuingin dia menjahit  seperti :
Semangat hidupnya
Yang tak pernah koyak
Meskipun hidupnya dicabik-cabik
Oleh kejamnya waktu
Dan derasnya arus zaman
Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H