Mohon tunggu...
Mahfudh Harun
Mahfudh Harun Mohon Tunggu... Administrasi - Suka menulis dan senang berbagi

Orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Samudera, Izinkan Aku Menyapu Duka Laramu

17 Maret 2016   22:03 Diperbarui: 17 Maret 2016   22:20 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="maritimemagz.com"][/caption]Samudera bermata biru...

Ini aku yang merindu

Semalam kududuk di sini sendiri dalam sepi

Sang Dewi Malam entah kemana pergi

Si Dara laut pun larut dalam mimpi indahnya

Kuyang bersedu sedu hati, duduk tunduk

Diantara batu dan ombak yang menebah pantai

Ketika kulayang pandang pada wajahmu, lesu

Tak lagi seperti dulu 

Saat engkau dan aku beradu pandang

Lalu kau bilang : Laut masih garang

 

Bukan hanya aku yang merisau,

Tapi pantai dan bakau segalau

Melihat nelayan duduk bersanding ke pulau

Sibuk merajut tali jaring

'Karna ombak rambut laut mengeriting

Daun-daun kering

Melayang

Mangambang

Endap mengendap                           

Ke laut lepas tanpa tapal batas

Laksana bak sampah raksasa menumpah

Sepolutan datang dari insan yang belum insaf

 

Wahai kawan, mundurlah selangkah

Lalu terbanglah

Sambil menatap ke bawah

Jauh ke dalam lembah 

Tataplah, limbah-limbah berlimpah 

Yang padat

Yang cair mencair

Datang dari rumah, singgah di pesisir

Juga industri hulu hilir

Ke samudera nusantara mengalir

 

Samudera...usah kau pilu

Aku salah satu dari seribu 

Yang masih punya qalbu

Merindu setubuhmu 

'Karna sudah lama kupandang-pandang

Saat kau tidur membentang telanjang

Dalam ruang relungmu terdalam

Kauhiasi diri

Sampai-sampai kumembirahi

Dengan segala mutiara warna-warni

'Tuk manusia di Bumi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun