[caption caption="abisyakir.wordpress.com"][/caption]
Â
Â
Aku menatap dari celah awan membelah
Sebuah bayangan
Dan memperhatikannya dari setiap sisi
Sepertinya hewan melata sempurna
Sirip dan kukunya mirip manusia
Namun aneh, ia mencari makan dengan lidahnya
Menjulur panjang sampai ke ulu hati
Semakin kutak mengerti
Setiap matahari membuka mata kehidupan
Ia putar frekwensi pikiran pada gelombang kehausan.
Ya dengan signal super rakus, tidak putus-putus
Di sana selalu menyajikan berita utama
Tentang aroma uang dan brangkasnya
Dipandu syaitan berlagu
Dalam perjalanan selalu melewati jalan sunyi nan basah
Hingga dudukpun sukanya sekursi lembab, anehlah
Ia dikawal setan-setan dari cakrawala
Dari luar dan dalam urat darahnya
Setan yang ia simpan dalam saraf selepas senja
*****
Aku yang punya rasa
Mengelus-ngelus dada
Menyayapkan cita pada ketiak cinta
Terbang bersama angin jauh ke dalam angin
Lalu menguapkan nafas menghilang, mengawan, dan mengudara
Menyelip-nyelip diantara celah-celah bulir hujan senja
Dengan secuil aroma luka dusta tercium dalam ruang hampa
Melayang-layang seperti Elang di balik bilik awan
Hampir sesat, lalu kudaratkan dengan pelangi warna
*****
Aku menatap dari celah awan membelah
Sekali lagi sebelum kupergi
Hanya ada sebuah meja saja
Berwarna emas dekat jendela tua
Berdiam diri tak mengerti tarian atau sandiwara
Dan...
Sebuah bayangan
Dibayang gundah
Berlalu terlalu cepat
Sebelum suaranya disambar kilat
Suara serakah
Sang Penjilat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H