Mohon tunggu...
Mahestha Rastha A
Mahestha Rastha A Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jual Buku Sendiri tapi Enggak Laku? Begini Triknya!

5 September 2021   13:47 Diperbarui: 5 September 2021   13:51 686
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Ini sudah menjadi masalah yang lumrah bagi sebagian besar penulis yang namanya belum terlalu dikenal oleh masyarakat. Banyak penulis yang sebenarnya karyanya bagus. Namun, karena keterbatasan publikasi, akhirnya karya tersebut harus tenggelam di pasar. Bukan hanya penulis-penulis yang bukunya diterbitkan secara indie atau self publishing, tapi penulis yang karyanya tembus penerbit mayor juga merasakan hal yang sama. Bedanya karya mereka ada di toko buku. Itu saja.

Itulah kenapa, penulis harus punya berbagai planning untuk menjual karyanya agar dilirik dan dibeli oleh masyarakat. Mau karyanya diterbitkan secara indie atau mayor, penulis punya pekerjaan besar yaitu memasarkan karyanya agar dilirik oleh masyarakat. Berikut saya sampaikan berbagai trik yang saya lakukan dalam menjual karya saya selama ini.

 Ada beberapa karya saya yang diterbitkan secara indie di penerbit saya sendiri, dan ada juga yang diterbitkan secara mayor. Semoga tulisan ini membantumu untuk ke depannya. Silakan diterapkan. Karena apa yang saya sampaikan ini, terbukti sukses dan bisa memancing mereka untuk penasaran dengan karya saya.

PERTAMA, JUDUL

Pasti kamu bosan kalau mendengar judul.  Memang inilah solusi sejak awal. Apalagi pandemi seperti ini yang semuanya jadi serba online. Bukan sejak pandemi. Sebelum pandemi pun sebenarnya ketika menjual atau mempromosikan buku, pasti via online juga pastinya. Nah, itulah kenapa, kamu tidak boleh menyepelekan yang namanya judul.

Ini adalah pandangan pertama pembaca terhadap karya yang ingin kamu kasih tahu ke orang-orang. Mereka akan membaca judulnya, dan itulah yang nantinya akan menjadi kesan pertama mereka melihat buku tersebut. Tertarik atau tidak, salah satunya terlihat dari judul bukunya.

Contohnya buku saya yang berjudul, "25 Juta Pertama dari Menulis" dan "Menjadi Umat Islam Abad 21." Tanpa saya harus memberi tahu daftar isinya, orang-orang sudah tahu akan seperti apa isinya. 

Jadi itu yang akan mendorong mereka untuk membeli karena penasaran dengan isinya. Padahal baru membaca judulnya saja. Jadi, kamu harus memikirkan matang-matang judul karyamu ya. Coba buatlah 20 judul, lalu kamu kikis satu per satu, nanti pasti kamu akan menemukan judul yang terbaik. Selain itu, kamu juga bisa meminta saran ke penulis lain atau ke mentor nulis kamu mana judul yang menarik dan menjual.

KEDUA, JANGAN BERHENTI PROMOSI

Kalau kamu promosinya jarang-jarang, orang-orang tidak akan ingat kalau kamu punya karya. Cobalah posting secara berkala. Kalau awal-awal promosi, cobalah tiga kali posting-an di media sosial. Posting di pagi hari, siang hari, dan malam hari. Itu akan membuat jangkauan yang melihat jadi lebih banyak.

Ingat! Cara kerja otak itu, mengingat, lalu dilupakan. Kalau calon pembaca tidak diingatkan terus dengan karyamu, mereka akan melirik karya yang lain, mereka tidak akan ingat dengan karyamu. Jadi, kalau kamu ingin judul buku kamu bisa terngiang-ngiang di kepala mereka, posting terus tanpa SPAM. Caranya seperti yang sudah saya sampaikan di atas.

Apalagi kalau lagi masa pre order. Kamu harus semangat dan rajin mempromosikan karyamu. Jangan hanya cover-nya dan blurbnya saja yang dijadikan bahan caption. Namun, kamu harus menginformasikan juga ke publik, kenapa mereka harus beli karyamu? 

Nah, kamu harus sampaikan ini sebagai bahan promosi. Semoga dengan itu, calon pembaca akan berpikir ulang akan membeli atau tidak. Kalau kamu tidak menyampaikan alasan tersebut, saya yakin calon pembaca tidak akan tertarik dengan karyamu. Karena belum tahu kelebihan dan hal apa yang bisa mereka dapatkan setelah membeli dan membaca karya tersebut.

KETIGA, TESTIMONI

Kamu jangan sampai melupakan ini. Siapa pun yang membeli karyamu, catat namanya, nomornya, dan minta mereka kasih testimoni kalau sudah selesai baca. Jika mereka menyampaikan testimoninya di media sosial, kamu bisa menjadikan itu sebagai bahan promosi. Ingat, semakin banyak yang testimoni, maka akan semakin banyak yang percaya kalau karyamu ini bagus dan memang layak untuk dibeli dan dibaca oleh masyarakat.

Jadi, kalau ada yang beli, jangan dibuang begitu saja. Kamu hubungi dia dan minta dengan sopan testimoni setelah baca karya tersebut. Kalau mereka menyampaikan positifnya, semoga itu bisa menjadi penyemangatmu dalam berkarya. Kalau ada hal negatif yang disampaikan, jadikan itu sebagai refleksi dirimu. Mungkin memang di sanalah kekurangan karyamu. Lagi pula, tidak ada di dunia ini karya yang sempurna. Jadi, kalau di kritik, santai saja. Belajar menerima dan berlapang dada. Semoga dengan itu, mentalmu akan lebih terasah.

KEEMPAT, PERCAYA DIRI

Kamu tidak boleh malu untuk mempromosikan karyamu. Itu karya dan kamu membuatnya dengan mengorbankan banyak waktu dan pikiran. Jadi, kalau kamunya malu untuk mempromosikan karya tersebut, sia-sia waktu dan pikiran yang sudah kamu korbankan. Sia-sia segala riset yang sudah kamu lakukan sana-sini hanya gara-gara tidak percaya diri dengan karya sendiri.

Saya sudah sampaikan di atas, tidak ada karya yang sempurna. Jadi, kalau kamu sudah punya karya, tonjolkanlah kelebihannya kepada masyarakat. Insyaa Allah dengan itu, kekurangannya akan tertutupi. Selagi isinya positif dan bermanfaat, kenapa harus malu?

Kenapa kamu harus percaya diri? Karena ini akan berdampak besar terhadap karyamu nantinya. Bagus tidaknya penjualan juga karena kepercayaan diri sang penulis. Kalau si penulis bangga dengan karyanya dan dia "pamerkan" itu di media sosial, itu akan menumbuhkan rasa percaya orang-orang juga terhadap karyanya. Jadi, kamu tidak boleh minder. Kecuali, karyamu isinya keburukan, baru boleh minder. Namun, karyamu pasti positif bukan? Ya sudah, percaya dirilah!

Itu beberapa cara saya dalam mempromosikan karya sendiri. Semoga empat trik di atas bisa membantumu dalam proses menjual karyamu saat ini atau nanti. Ingat, yang namanya menulis itu, akan ada masanya karya kita tidak laku, dan akan ada masanya karya kita laku di pasar.

Jadi, kalau saat ini karyamu belum terlalu laku, santai saja. Mungkin memang Tuhan belum ingin kamu puas dengan apa yang kamu capai. Tuhan ingin kamu belajar lagi, gali informasi dan wawasan lagi, agar ke depan kamu lebih mudah untuk mempromosikan karyamu selanjutnya. Semoga akan ada masa di mana karyamu bisa laku dan banyak orang yang menyukainya.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun