Mohon tunggu...
Mahestha Rastha A
Mahestha Rastha A Mohon Tunggu... Guru - Penulis

Membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Sikap dan Sifat yang Harus Dimiliki Penulis, Poin Terakhir Wajib Diterapkan!

14 Maret 2021   19:55 Diperbarui: 15 Maret 2021   22:30 3611
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa ini penting untuk dibahas? Karena profesi ini berbeda dari profesi yang lain. Seseorang yang sudah mendedikasikan dirinya sebagai penulis, ia harus menuntut dirinya untuk tidak hanya belajar menulis saja, tapi juga bidang lain. Misalnya public speaking, copy writing, marketing, speed reading, dan sebagainya. Ya, ini adalah profesi yang menuntut kita untuk belajar banyak hal sehingga bisa mendukung profesi kita sebagai penulis.

Nah, selain berbagai bidang di atas yang perlu kita pelajari secara perlahan, ada satu lagi yang juga harus kita pelajari. Sebenarnya bukannya dipelajari, lebih tepatnya dijaga. Apa sih yang perlu dijaga? Inilah yang akan kita bahas, yaitu SIKAP DAN SIFAT.

Kenapa harus membahas sikap dan sifat? Saya suka bilang ke alumni Sekolah Menulis Indonesia. Penulis itu sama seperti guru. Bedanya guru mengajar lewat lisan, sedangkan penulis mengajar lewat tulisan. 

Nah, sama halnya seperti guru, penulis juga perlu menjaga sikapnya dan sifatnya. Sehingga, itu bisa mengasah dirinya untuk berkembang dan pantas disebut sebagai penulis. Sikap dan sifat seperti apa sih yang harus dimiliki?

PERTAMA, PERCAYA DIRI

Banyak sekali penulis pemula yang tidak percaya diri dengan tulisannya. Contohnya di Sekolah Menulis Indonesia yang saya bangun. Padahal kalau saya baca tulisan mereka, isinya banyak yang sudah bagus. 

Tinggal mengasah skill kepenulisannya saja yang perlu dirapihkan kembali. Tapi karena rasa percaya dirinya yang kurang dibangun, akhirnya tulisan bagus itu hanya dipendam olehnya tanpa di-publish ke publik.

Nah, buat kamu-kamu yang masih tidak percaya diri dengan karyamu, coba ingat kalimat saya ini.

"TIDAK ADA KARYA YANG 100% SEMPURNA."

Sebagus-bagusnya karya. Se-best seller apapun karya tersebut, pasti ada kurangnya. Tidak mungkin isinya bagus semua. Hal yang terpenting adalah baca tulisan kamu, cari kelebihannya, itulah yang ditonjolkan ke publik. Sehingga kekurangan yang ada di dalam tulisan kamu bisa tertutupi. Lebih lengkap tentang percaya diri. Klik di sini.

KEDUA, RENDAH HATI

Saya sudah terjun dalam dunia literasi dari tahun 2017. Sampai saat ini saya melihat banyak mereka-mereka yang dulunya bareng sama saya. Tapi sekarang sifatnya agak berubah. 

Ada beberapa dari mereka yang ketika karyanya sudah tembus penerbit besar atau mayor, sifatnya mulai berubah. Entah apakah ini hanya pikiran saya saja atau memang nyatanya seperti itu. Semoga pikiran saya ini salah.

Tapi, ini perlu menjadi tamparan untuk kita semua sebagai penulis. INGAT! Kita semuanya berawal dari nol. Ketika karya kita bisa tembus penerbit mayor, coba ingat-ingat dulu yang ketika kita masih belum tahu apa-apa tentang dunia literasi. 

Jangan sampai sifat berubah menjadi angkuh hanya karena naskah tembus di penerbit besar. INGAT! Tembus di penerbit mayor, belum tentu bukunya laku. Banyak loh buku-buku yang masuk gudang karena tidak laku di toko buku.

Jadi, tetaplah rendah hati. Mungkin Allah kasih kesempatan kamu untuk karyanya tembus di penerbit mayor, karena ingin menguji, apakah kita masih bisa melihat ke bawah atau tidak. 

Kemudian, untuk kamu yang naskahnya sampai saat ini belum tembus penerbit mayor, jangan sedih. Mungkin Allah takut kamu akan sombong dan angkuh ketika naskahmu bisa tembus di penerbit besar. Sehingga, Allah ingin menjaga hatimu agar tidak angkuh di kemudian hari. So, jalani saja apa yang kita lakukan saat ini sebaik mungkin.

KETIGA, JANGAN PELIT PENGALAMAN

Ini juga masih berhubungan dengan yang pertama. Ada penulis yang dulunya masih pemula, banyak tanya sana-sini. Kemudian, ketika sudah merasa punya banyak karya, sudah lama berkecimpung dalam dunia literasi, karyanya sudah banyak yang tembus di penerbit mayor, akhirnya ketika ditanya rahasia bagaimana dia bisa mencapai itu, jawabannya setengah-setengah.

Kalau saya berpikirnya, orang-orang yang seperti ini karena takut disusul atau takut rahasianya bocor ke mana-mana. Tapi bagi saya pribadi, hidup di akhir zaman seperti ini, lebih baik cari banyak pahala daripada cari dosa. Kalau kita share pengalaman kita, kemudian mereka yang mendengarkan bisa menerapkannya, bukankah menjadi amal jariyah buat kita?

Lagipula, bukankah kita menulis untuk mencerdaskan generasi bangsa? Kalau kitanya pelit ilmu, bagaimana bisa penulis lain bisa belajar dan berkembang?

KEEMPAT, TAHAN MENTAL

Nah, ini buat kamu yang masih belum bisa menerima kritikan dari orang lain. INGAT! Ketika berkarya, maka kita harus siap dikritisi. Kenapa? Karena ini karya yang di-publish ke publik. Sehingga, orang-orang akan lebih mudah untuk melihat dan membaca karya kita. So, ketika ada yang kritik, kamu harus kuat mental.

Seorang pekarya itu harus paham, kalau dia berani berkarya, maka dia harus siap untuk dikritik netizen Indonesia. Cobalah mendewasakan diri ketika ada kritikan. Bagaimana caranya?

Kita bisa menelisik, mana komentar yang memang mengkritik dan mana komentar yang hanya menjelekkan tanpa membangun. Ketika ada kritik yang membangun, kamu ambil itu dan jadikan bahan evaluasi. Tapi ketika ada yang berkomentar dan hanya menjelekkan, ada dua hal yang bisa kamu lakukan. 

Pertama, abaikan ucapan mereka dan fokus pada karyamu. Kedua, baca baik-baik komentar mereka sebagai bahan untuk menguji seberapa kuat mental kamu membaca komentar haters. Semoga dengan itu, bisa membuat kita lebih berkembang lagi sebagai penulis.

KELIMA, BELAJAR MENERIMA

Kalau kamu membaca artikel-artikel saya sebelumnya di kompasiana, saya pernah menuliskan seperti ini,

"Ketika kamu berani berkarya, maka kamu harus siap karyamu tidak dianggap, karyamu diinjak, karyamu dijiplak, dan karyamu dibuang."

Ya, kita harus belajar menerima itu semua. Bukan hanya tulisan. Film dan lagu pun salah satu yang mudah diinjak, dijiplak, dan dibuang dengan mudahnya. Sehingga, kita harus membangun sikap menerima. 

Mencoba berlapang dada ketika ada mereka yang tidak menganggap, menginjak, menjiplak, dan membuang karya kita begitu saja tanpa meghargainya sama sekali. Kenapa harus berlapang dada dan belajar menerima? Karena seperti yang saya katakan di atas. Ketika kamu berani berkarya, maka bersiaplah untuk berbagai risiko yang akan terjadi dengan karya kamu nantinya.

Jadi, menulis bukan hanya sekadar menulis, membaca, dan belajar saja. Tapi kita harus membangun mental kita ketika berani bergabung dengan mereka yang juga seorang pekarya.

KEENAM, JAGA DIRI

Mungkin bagi penulis novel, tips ini berpengaruh tapi tidak terlalu besar. Tapi bagi mereka yang menulis buku motivasi dan self improvement, menjaga diri itu sangat diperlukan. Kenapa? Jangan sampai kita menuliskan apa yang tidak kita lakukan. Bahkan kita melanggar sesuatu yang kita tuliskan dalam buku tersebut. Nah, jangan sampai seperti itu.

Terlebih, yang namanya penulis, pasti dipandang oleh orang-orang sebagai sosok yang memotivasi dan sebagainya. Itulah kenapa perlunya menjaga diri. Mungkin ketika kamu merasa karyamu tidak dihargai oleh orang-orang terdekatmu, mereka memandang kalau pribadi kita yang sekarang ini belum pantas untuk di cap sebagai penulis. Entah karena sikap, sifat, dan sebagainya. Sehingga, mereka tidak memandang demikian.

So, mungkin dari semua tips di atas, tips terakhirlah yang perlu dilakukan betul-betul. Kenapa? Sukses tidaknya karya kita setelah terbit, tergantung dari seberapa baik kita bisa menjaga diri dan image di depan masyarakat, juga di hadapan Tuhan Yang Maha Esa.

Wallahu'alam Bisshawab

Semoga Bermanfaat

Mungkin kamu ada usulan? Sifat dan sikap apa lagi yang perlu dimiliki penulis? Komentar di bawah ya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun