Misalnya, buku saya yang berjudul, "Tak Kenal, maka Tak Dakwah," salah satu bahasan dalam buku saya itu adalah trik berdakwah di era milenial. Nah, jangan gagasan saya yang kamu ambil. Tapi poin-poin-poinnya saja. Oh, dalam buku tersebut triknya adalah A, B, dan C. Ya sudah, itu saja yang kamu ambil. Penjelasannya silakan gunakan bahasa sendiri. Bahkan kalau bisa, jangan semua trik diambil dalam buku saya itu. Tapi kamu juga harus belajar berpikir. Kalau terlalu banyak yang diambil, nanti kamu akan dipandang sebagai penulis yang tidak mau berpikir. Masa, karya kamu isinya terinspirasi semua, tidak ada yang original pikiran kamu sendiri, apa tidak malu?
Nah, yang jadi pertanyaan lagi. Ketika kita sudah ubah menjadi versi kita sendiri, apakah tetap cantumkan sumbernya ke daftar pustaka atau tidak perlu? Ini ada dua pandangan. Tergantung dari mentor nulis siapa yang kamu tanya.
Selama saya bergelut dalam dunia literasi, ada mentor nulis yang berkata, "Kalau sudah diubah menjadi versi kita sendiri, tidak perlu cantumkan ke daftar pustaka. Karena sudah diubah 180 derajat."
Tapi bagi saya pribadi, mau diambil sama persis atau diubah menjadi versi kita sendiri, tetap saja harus dicantumkan ke dalam daftar pustaka. Kenapa? Pertama, kita tidak mungkin bisa menulis itu kalau bukan karena terinspirasi dari karya orang itu. Betul?
Walau sudah diubah menjadi versi kita sendiri, tetap saja, kita tidak mungkin mendapat bahan tulisan kalau bukan karena sumber tersebut. Jadi, sebagai bentuk penghargaan saya kepada penulis yang sudah memberikan saya inspirasi, maka saya cantumkan karyanya di daftar pustaka.
Semoga dengan itu, ketika saya berhasil menghargai karya orang lain, Tuhan pun akan menjaga karya saya agar tidak di plagiat penulis lain dan dicantumkan ke daftar pustaka ketika karya saya dijadikannya sebagai salah satu sumber tulisan mereka.
Begitulah terkait plagiasi dan terinspirasi. Semoga apa yang saya jelaskan ini bisa membuat semuanya paham. Jangan sampai kita sebagai penulis yang mengambil tulisan orang lain. Paham dong kalau menulis itu tidak mudah? Maka hargailah karya penulis lain.
Satu lagi, sesuai judul artikel ini. Jangan jadi penulis yang mengakunya terinspirasi dari karya si A, padahal kalau dilihat isinya, kamu bukannya terinspirasi, tapi memplagiat karyanya.
Itulah kenapa, kalau mau jadi penulis kuncinya dua, cukup dengan membaca dan menulis saja. Dengan membaca, otak kita akan penuh wawasan dan cerita. Semakin banyak isinya, maka ide yang keluar akan lebih menarik. Terlebih, kita jadi tidak perlu repot-repot cari referensi  karena otak kita sudah ada isinya.
Kemudian dengan menulis, kemampuan tulisan kita akan semakin terasah. Tulisan yang awalnya kaku, jadi mengalir dan enak dibaca. Semoga kedua hal ini yang jika terus dilakukan, bisa menuntun kita menjadi penulis profesional.
Wallahu'alam Bishawab
Semoga bermanfaat