Saya pernah seperti ini. Ketika sedang membuat outline novel, saya bingung jalan cerita apa lagi yang ingin saya sajikan dalam outline. Kemudian, ketika saya sedang asyik mendengarkan lagu Melly Goeslaw feat Amee yang berjudul, "Ketika Cinta Bertasbih," saya jadi terinspirasi membuat adegan seorang anak yang sudah pasrah dengan masalah hidupnya. Kemudian ia naik ke atas bukit dan berteriak sekeras-kerasnya.
Saya dapat momen seperti itu ketika mendengarkan lagu tersebut. Padahal kalau dilihat liriknya, tidak ada hubungannya sama sekali dengan adegan yang saya bayangkan itu. Tapi yang mendorong otak saya terpikirkan momen seperti itu ternyata instrumennya. Instrumen dari lagu tersebut yang akhirnya membuat saya berpikir, "Kalau nada seperti ini, kira-kira bagusnya adegan seperti apa ya?"
Mungkin teman-teman juga pernah mengalaminya. Ketika membaca suatu buku, menonton suatu film, atau sedang mendengarkan sebuah lagu. Tiba-tiba jadi terpikirkan membuat sebuah tulisan yang sebenarnya tidak ada hubungannya dengan apa yang kita baca, tonton, atau dengar. Tapi gara-gara apa yang kita baca, tonton, atau dengar itulah, otak kita jadi terstimulus untuk membuat sebuah ide yang baru dan fresh. Begitulah ide. Sebuah misteri dalam memori otak kita yang kadang, ketika sedang dipikirkan, dia tidak hadir-hadir. Tapi ketika sedang duduk diam, ide itu tiba-tiba muncul entah dari mana.
Jadi, mulai sekarang, mari kita bedakan mana plagiat dan mana terpinspirasi. Nah, yang menjadi pertanyaan adalah bagaimana dengan batasannya? Kapan tulisan di cap plagiat dan kapan tulisan itu di cap terinspirasi?
Sebenarnya mudah saja. Kalau plagiat pasti semua sudah paham. Saya sudah jelaskan di awal tulisan ini. Nah, sekarang  "terinspirasi" yang menjadi masalah. Ada batasnya kah?Â
Sebenarnya bukan batasan, tapi lebih kepada, apa sih yang kita ambil dari karya orang lain itu?
Saya ambil contoh begini. Misalnya, kamu sedang baca novel Dilan. Saya yakin kamu sudah tahu bagaimana tokoh Dilan ini. Seketika, kamu terinspirasi membuat novel dengan genre yang sama, yaitu kisah dua remaja yang sedang jatuh cinta.
Nah, karena karakter Dilan yang suka gombal ini sangat khas dalam novel dan filmnya, maka yang kamu ambil untuk kamu jadikan bahan inspirasi buku kamu jangan karakter Dilannya. Karena kalau kamu buat tokoh yang karakternya sama seperti Dilan, orang-orang punya peluang besar memandang tulisanmu ini plagiat.Â
Karena ciri khas cerita dalam karya Pidi Baiq ada di dalam karya kamu. So, coba ambil hal lain dalam novel Dilan yang bisa kamu ubah menjadi versi kamu sendiri. Misalnya, kalau Dilan mengambil latar waktu tahun 90-an. Nah, sekarang coba kamu ambil latar waktu yang lain. Misalnya masa kini atau mungkin masa depan. Ini baru namanya terinspirasi yang aman.
Jadi, yang diambil dari karya orang lain itu jangan ciri khasnya. Tapi hal lain yang memang ketika kita ambil, itu aman dan tidak di cap plagiat oleh netizen Indonesia yang katanya mendapatkan predikat paling tidak sopan se-Asia Tenggara.
Begitu pun ketika kamu terinspirasi dengan buku non fiksi. Jangan gagasan si penulis yang diambil, tapi kamu bisa ambil poinnya saja, lalu kamu bahas dengan versi kamu sendiri.