Sebenarnya pembahasan ini cukup rumit. Semoga apa yang saya bahas ini bisa dipahami dan dimaknai dengan seksama oleh kita semua.
Berbicara terkait dua kata di atas. Sebenarnya, sekilas ini adalah dua kata yang berbeda. Tapi bagi kita yang bergelut dalam dunia karya, dua kata ini bisa dibilang 11 12. Karena hampir mirip kalau diterapkan.Â
Dalam aplikasinya, keduanya ini sering dilakukan oleh mereka yang tidak bertanggung jawab. Mereka menggunakan kata "terinspirasi" yang sebenarnya adalah mereka sedang "plagiat."
Mereka berkata, "Saya terinspirasi dari buku ini."
Padahal kalau lihat isinya, tidak beda jauh dengan buku yang ia jadikan sebagai sumber inspirasi itu. Dia bersembunyi di balik kata "terinspirasi" yang sebenarnya dia adalah seorang plagiat.
Nah, karena saya penulis. Saya coba bahas ini dalam sisi dunia literasi ya.
Begini, yang namanya plagiat, berarti apa yang ditulis sama persis dengan apa yang di-copy paste. Tidak ada perubahan sedikitpun. Kemudian tidak mencantumkan sumber ke daftar pustaka. Nah, itu tidak boleh. Ada undang-undangnya. Kalau yang punya karya menuntut ganti rugi, kita bisa rugi ratusan juta sampai miliaran hanya karena plagiat.Â
Hebatnya lagi, ada orang yang ambil tulisan orang lain, tanpa mengubah tulisan orang tersebut, ia langsung mengganti nama penulisnya dengan namanya. Agar seolah-olah kalau itu adalah tulisannya dia sendiri. Nah, itu namanya plagiat.
Kalau terinspirasi, ini beda lagi. Pada dasarnya terinspirasi itu ada dua jenis. Jenis pertama, ketika kita membaca suatu bacaan, kita jadi terinspirasi membuat tulisan dengan jenis yang sama, tapi isinya versi kita sendiri dan berbeda.
Jenis kedua, ketika kita membaca suatu bacaan atau menonton suatu film, kita jadi  terinspirasi membuat tulisan dengan jenis yang bertolak belakang dengan apa yang dibaca atau ditonton.
Saya coba bahas satu per satu. Jenis pertama, misalnya kamu sedang membaca buku saya yang berjudul, "Menjadi Umat Islam Abad 21." Ketika kamu membacanya, kamu merasa speechless dengan apa yang ada di dalam buku tersebut. Akhirnya, kamu terdorong untuk membuat buku yang serupa, yaitu buku tentang bagaimana menjadi umat islam yang seutuhnya di abad 21. Temanya sama. Tapi, yang kamu sajikan dalam buku kamu 180 derajat berbeda dengan apa yang saya bahas dalam buku saya itu. Nah, ini namanya jenis terinspirasi yang pertama.
Jenis kedua, misalnya kamu sedang membaca buku saya yang berjudul, "Stop Talking and Start Hijrah." Ketika kamu membaca, entah angin dari mana, tiba-tiba kamu ada motivasi untuk membuat buku tentang perjuangan seorang pelajar meraih mimpi. Aneh! Padahal yang dibaca tentang hijrah, kenapa jadi ingin membuat buku tentang mimpi. Nah, justru ini lebih bagus. Berarti kamu benar-benar mengubah apa yang kamu baca menjadi sebuah karya baru dengan genre berbeda yang lebih fresh.