Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Anak tidak perlu dibanding-bandingkan dari segi kepribadian, sikap, kecerdasan, atau fisik. Namun orangtua seringkali membandingkan anak dengan dirinya yang dahulu, anak lain, atau bahkan saudaranya sendiri.
Kebiasaan membanding-bandingkan anak merupakan salah satu tanda gaya parenting yang narsistik. Pola pengasuhan yang seperti ini bisa berdampak sangat buruk terhadap perkembangan psikologis anak. Anak-anak dari orang tua narsis secara alamiah akan belajar dan meniru bahwa manipulasi dan rasa bersalah adalah strategi yang efektif untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Allah berfirman dalam QS. An-Nisaa [4]: 32
Artinya: "Dan janganlah kamu iri hati terhadap karunia yang telah dilebihkan Allah kepada sebagian kamu atas sebagian yang lain. (Karena) bagi laki-laki ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Dan bagi perempuan (pun) ada bagian dari apa yang mereka usahakan. Mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."
Menurut Schrag Hershberg (Psikolog), ketika orang tua membandingkan anak mereka dengan orang lain, itu akan membuat mereka merasa rendah diri."Pada akhirnya, anak-anak akhirnya merasa diri mereka buruk. Ini merupakan faktor risiko untuk sejumlah hal negatif di kemudian hari, seperti kecemasan, depresi, dan penyalahgunaan narkoba," katanya.
Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Family Psychology mengungkapkan jika membanding-bandingkan anak bisa membahayakan mereka seumur hidup. Tim peneliti mendorong orang tua untuk berhenti melakukan hal ini pada anak-anaknya.
Orang tua yang membandingkan anaknya dengan saudaranya juga bisa dikatakan seperti mengadu domba. Salah satu diantara mereka yang dianggap "rendah" akan menyimpan rasa sedih, kesal, marah, cemburu, dan tidak percaya diri. Yang nantinya bisa meluapkan kekesalannya jadi benci terhadap saudaranya. Ini yang dikhawatirkan.
Berikut ini beberapa pendekatan yang lebih positif dibandingkan dengan membanding-bandingkan :
1.Tetapkan tolok ukur bukan membandingkan. Hargai usaha anak, walaupun nilai ulangannya lebih jelek dari sebelumnya. Ini membagun rasa percaya dirinya.
2.Dorong anak mengatasi kelemahannya dan tanyakan kepada mereka apakah membutuhkan bantuan. Berikan bantuan kepada mereka.
3.Berikan pujian untuk keunggulan yang dimiliki anak. Hargai apapun tugas yang ia lakukan dengan baik.