Mohon tunggu...
Maheswara Rabbani
Maheswara Rabbani Mohon Tunggu... Lainnya - Student

.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Menjaga Integritas Jurnalisme di Era Digital: Apakah 10 Prinsip Jurnalisme Masih Relevan?

8 Desember 2024   12:16 Diperbarui: 8 Desember 2024   12:22 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam era digital yang serba cepat ini, pelaksanaan prinsip-prinsip jurnalisme menghadapi tantangan yang tidak sedikit. Sepuluh prinsip jurnalisme yang dirumuskan oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel---kebenaran, setia pada masyarakat, verifikasi, independensi, memantau kekuasaan, forum publik, daya tarik relevansi, proporsi dan komprehensivitas, hati nurani, serta hak dan tanggung jawab warga---merupakan pedoman penting bagi para jurnalis. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi dan perubahan dalam cara masyarakat mengonsumsi informasi, penerapan prinsip-prinsip ini sering kali tidak konsisten.

Kebenaran adalah fondasi utama dari jurnalisme. Jurnalis dituntut untuk menyampaikan informasi yang akurat dan dapat dipercaya. Namun, dalam praktiknya, banyak media yang terjebak dalam sensationalisme demi menarik perhatian pembaca. Berita yang tidak diverifikasi atau bahkan hoaks sering kali beredar luas di media sosial, mengaburkan kebenaran yang seharusnya menjadi prioritas utama. Dalam konteks ini, jurnalis perlu lebih proaktif dalam menyaring informasi dan memastikan bahwa berita yang disampaikan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat.  

Selanjutnya, loyalitas pada masyarakat menuntut jurnalis untuk mengedepankan kepentingan publik di atas kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. Meskipun banyak jurnalis berusaha untuk memenuhi prinsip ini, tekanan dari pemilik media atau sponsor sering kali memengaruhi objektivitas laporan. Ini menciptakan dilema etis bagi wartawan yang ingin menyampaikan berita secara adil dan seimbang.

Prinsip verifikasi juga menjadi semakin penting di tengah maraknya berita palsu. Jurnalis harus melakukan pengecekan fakta secara menyeluruh sebelum mempublikasikan berita. Namun, dengan tuntutan untuk segera merilis berita, banyak wartawan yang mengabaikan proses ini. Hal ini berpotensi merusak reputasi media dan kepercayaan publik terhadap jurnalisme.

Independensi adalah prinsip lain yang sering kali terancam dalam praktik jurnalistik saat ini. Jurnalis harus bebas dari tekanan eksternal agar dapat melaporkan berita dengan objektif. Namun, dalam banyak kasus, pengaruh politik dan ekonomi dapat membatasi kebebasan ini. Kemandirian wartawan sangat penting untuk menjaga integritas laporan mereka.

Prinsip memantau kekuasaan menuntut jurnalis untuk berani mengkritik pemerintah dan lembaga kekuasaan lainnya. Meskipun ada beberapa media yang tetap berkomitmen pada prinsip ini, banyak jurnalis merasa tertekan untuk tidak melaporkan hal-hal yang dapat menyinggung pihak tertentu. Ini menciptakan lingkungan di mana kritik konstruktif terhadap kekuasaan menjadi langka.

Mengenai forum publik, jurnalisme harus menyediakan ruang bagi masyarakat untuk berdiskusi dan memberikan pendapat. Di era digital ini, media sosial telah menjadi platform bagi suara-suara publik. Namun, sering kali suara-suara tersebut tidak diakomodasi dengan baik dalam laporan berita. Jurnalis harus lebih aktif dalam mendengarkan dan menyampaikan aspirasi masyarakat.

Prinsip daya tarik relevansi menekankan pentingnya menyajikan berita dengan cara yang menarik dan mudah dipahami oleh audiens. Sayangnya, banyak media yang terjebak dalam penyajian berita yang terlalu berat atau teknis sehingga sulit dicerna oleh masyarakat umum. Jurnalis perlu menemukan cara untuk membuat informasi penting tetap menarik tanpa mengorbankan substansi.

Proporsi dan komprehensivitas juga menjadi isu krusial. Dalam banyak kasus, berita disajikan dengan sudut pandang yang terbatas atau tidak seimbang. Jurnalis harus berusaha untuk memberikan gambaran yang utuh tentang suatu isu agar pembaca mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Ini termasuk memberikan ruang bagi semua pihak untuk bersuara dalam laporan mereka.

Prinsip hati nurani mengharuskan jurnalis untuk mendengarkan suara batin mereka ketika menghadapi dilema etis. Dalam praktiknya, banyak wartawan merasa tertekan untuk mengikuti arahan dari atasan atau pemilik media meskipun hal tersebut bertentangan dengan nilai-nilai pribadi mereka. Keterbukaan dalam redaksi adalah kunci untuk memastikan bahwa setiap suara didengar dan dipertimbangkan.

Terakhir, hak dan tanggung jawab warga menekankan bahwa masyarakat juga memiliki peran dalam proses jurnalistik. Warga harus aktif berpartisipasi dalam diskusi publik dan memberikan umpan balik kepada media. Namun, sering kali masyarakat merasa teralienasi dari proses ini karena kurangnya keterlibatan media dalam mendengarkan suara mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun