Mohon tunggu...
Fahmi MaheswaraApta
Fahmi MaheswaraApta Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Ilmu Komunikasi

Memperbaiki apa yang belum baik.

Selanjutnya

Tutup

Music

Media Sosial Menjadi Ladang Cyber Bullying

3 Januari 2023   02:00 Diperbarui: 3 Januari 2023   15:30 1250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada masa sekarang komunikasi antara individu satu dengan individu lainnya tidak harus bertemu secara langsung untuk dapat berinteraksi semenjak kehadiran media sosial. Menjamurnya pengguna media sosial dan adanya kemudahan dalam berinteraksi tersebut ibarat pisau bermata dua. Yang kemudian disalah artikan oleh warganet dengan melakukan ujaran kebencian menggunakan fake account pada media sosial Instagram dan Twitter. Fake account sendiri merupakan sebuah akun yang dibuat secara anonim atau tidak menampilkan identitas diri dengan sebenarnya.

Salah satu contoh mengenai kejahatan para warganet ini dapat ditemui dalam isi komentar pada postingan @keisyakevronka. Para warganet yang melakukan tindakan perundungan atau bullying tersebut rata-rata menggunakan fake account. "Bagusnya jadi penulis lirik aja kez", "Sesak nafas tiap denger dia nyanyi part teriak" dan"Waduh udh parah bgt ternyata, ini mah bukan nyanyi lagi ini teriak namanya". Komentar-komentar negatif tersebut pasca Keisya menyanyikan lagu "Tak Ingin Usai" ketika live music di Bilangan Sarinah, Jakarta, pada 26 juni 2022. Suara Keisya pada nada tinggi dalam penampilan tersebut dianggap warganet kurang tepat.

Instagram dan Twitter menawarkan sebuah platform kepada siapapun secara bebas untuk ajang mengekspresikan diri. Dengan catatan bahwa kebebasan suatu individu juga dibatasi oleh kebebasan individu yang lainnya. Maraknya tindakan perundungan di Internet atau biasa kita pahami dengan sebutan cyber bullyng yang justru membuat suatu individu merasakan posisi yang tidak aman, terganggu, dan bahkan mengalami depresi atau gangguan kecemasan. Tindakan-tindakan negatif tersebut bisa kita cegah jikalau kita semua menyadari dan mempertimbangkan apakah kalimat atau postingan yang hendak kita bagikan memiliki dampak buruk atau tidak. Oleh karena itulah penting bagi masing-masing pengguna untuk lebih selektif dalam memposting sesuatu.

Cyber bullying menurut Rifauddin dapat diartikan sebagai bentuk intimidasi yang pelaku lakukan untuk melecehkan korban nya melalui perangkat teknologi. Sedangkan menurut Willard cyber bullying merupakan kegiatan mengirim atau mengunggah materi yang berbahaya dan melakukan agresi sosial dengan penguna internet lainnya. menurut saya cyber bullying perilaku menyakiti secara berulang-ulang yang disertai kalimat-kalimat intimidasi pada postingan sehingga menimbulkan efek berbahaya dalam menggunakan teknologi.

Keisya memulai karinya di dunia hiburan dengan keikutsertaannya dalam ajang pencarian bakat Indonesian Idol musim kesepuluh yang ditayangkan di stasiun televisi RCTI pada tahun 2019-2020. Setelah lulus dari Indonesian Idol, dia bergabung dengan Universal Music Indonesia dan berhasil merilis 4 lagu, Single keempatnya, "Tak Ingin Usai" yang dirilis pada tahun 2022 tersebut mampu memuncaki berbagai tangga lagu platform musik digital di Indonesia termasuk memuncaki tangga lagu Billboard Indonesia selama 11 minggu. Selain berkarier di dunia musik Keisya juga terjun ke dunia seni peran pada tahun 2021, Serial Jingga dan Senja menjadi debut aktingnya. Dengan adanya  kepopuleran album lagu keempat "Tak Ingin Usai" tersebut munculah tanggapan netizen yang beragam.

Menurut Nasrullah Media sosial merupakan sebuah medium di internet yang memungkinkan penggunanya untuk merepresentasikan diri dan melakukan interaksi, bekerjasama, berbagi, komunikasi dengan pengguna lain dan membentuk ikatan sosial secara virtual. Media sosial telah banyak merubah dunia memutar balikkan banyak pemikiran dan teori yang dimiliki, tingkatan atau level komunikasi melebur dalam satu wadah yang disebut jejaring sosial/media sosial. Konsekuensi yang munculpun juga wajib diwaspadai, dalam arti media sosial semakin membuka kesempatan tiap individu yang terlibat di dalamnya untuk bebas mengeluarkan pendapatnya.

Menurut Watie akan tetapi kendali diri harusnya juga dimiliki, agar kebebasan yang dimiliki juga tidak melanggarbatasan dan tidak menyinggung pihak lain. Komentar yang diberikan kepada Keisya Levronka dapat memberikan efek terhadapnya, netizen yang memberikan komentar motivasi dan support memberikan efek baik. Hal itu dapat dilihat dari instastory Keisya Levronka, dengan semangat terus berlatih menyanyikan lagu yang telah dia rilis. Sehingga menurut saya tutur kata sangat penting untuk mental seseorang, karena tidak semua orang bisa menerima komentar negatif.

Sedangkan komentar negatif yang diberikan netizen melalui kolom komentar mengenai perihal suara Keisya yang kurang tepat pada nada tinggi. memiliki dampak yang sangat serius bagi korban, seperti perasaan kecewa, sedih, tertekan, frustasi, depresi, dapat di buktikan ketika netizen membuli melalui cuplikan vidio Keisya Levronka saat bernyanyi, Keisya Levronka mengomentari "Aku bacain komen kok, aku nggak apa-apa aku terima, aku nggak down kok," ujar Keisya Levronka beberapa waktu lalu.

Dapat dibuktikan saat Keisya Levronka sempat konsultasi ke psikolog beberapa waktu lalu, dia berkonsultasi dengan ahli psikologis untuk memastikan kondisi dirinya terutama setelah mendapat kritikan netizen soal suara sumbang. Walaupun posisi dan peran media sangat penting seharusnya, sebagai khalayak aktif masyarakat juga harus berhati-hati dengan media mengingat bahwa sifat media yang begitu fleksibel. Nilai negatif atas peranan media di Indonesia bisa saja terjadi baik dari media massa ataupun media sosial, sehingga perlu adanya perhatian dari setiap pihak, baik dari pengelola media hingga masyarakat itu sendiri.

Keikutsertaan beberapa pihak dalam memperhatikan media diharapkan dapat menyaring hal-hal negatif yang mungkin dapat terjadi, Dari kasus pembulian media sosial dari penyanyi dan aktris Keisya Levronka dapat menjadi pembelajaran kita sebagai pengguna media sosial. Kasus cyber bullying ini seringkali kurang mendapatkan perhatian, bahkan ada pihak-pihak yang tidak menganggapnya sebagai hal yang serius. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa bullying di antara anak-anak dan remaja merupakan masalah penting yang mempengaruhi kesejahteraan dan fungsi psikososial.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun