Pak Kusir mengendarai Kuda entah mau kemana perginya
Berpidato bak idola padahal skenario isi miliknya
Mampu kerja di depan pegelaran tapi lunglai nyatanya
Berdalih untuk kesejateraan namun pailit kebijakannya
Lucu memang negeri jenaka semua aktor bertopeng Badut
Melucu dengan jargon tapi lebih merdu suara kentut
Para cukong berjingkrak riang sebab wayang selalu manut
Agar cuan selalu di sawer maka badut terus menjilat
Demi isi perut tak mengapa tumbalkan mimpi Rakyat
Para banditpun bertopeng badut, berharap bisa berkelakar
Mana bandit, mana badut  tak kuasa hakim mengukur
Menjabat mesti di usaha agar semua mudah diatur
Tak peduli orang mendengkur, sikat terus pantang mundur
Entah apa agendanya, selama perut terisi segala urusan selalu manjur
Para pion tak segan pasang badan, demi abadi sang Menir
Susah betul hidup di negeri jenaka, semua mesti manut pada  skenario
Para aktor sejahtera lantaran lakunya, para penonton hanya bisa melongo
Para abdi dituntut tabah, para Durjana seenak jidat berlaku sembrono
Saat para hamba pasrah, para penjilat menggeliat membeo
Para kacung Patgulipat kadali konstitusi, demi langgeng Tuannya ber-tuksedo
Rakyat jelata lunglai menahan lapar dan amarahnya, kaum borjuis lihai menari tango
Inilah negeri Jenaka, penguasanya adalah Partikelir yang hidup tanpa kredo
By : MJ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H