Mohon tunggu...
Mahesa Haikal Alghifari
Mahesa Haikal Alghifari Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru Bahasa Indonesia, menulis apapun kalau sedang ingin.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perang Mu'tah, Peristiwa ketika Pasukan Muslim Menghadapi Raksasa Romawi

6 Januari 2023   09:15 Diperbarui: 6 Januari 2023   09:30 373
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Abdullah terus memacu kudanya sambil memainkan pedang. Ia menyerang pasukan-pasukan infanteri Romawi, ia pun terlena. Pukulan keras pasukan infanteri berhasil membuat Abdullah terjatuh dari kudanya. Ia pun melanjutkan pertarungan sebagai infanteri pula, membalas setiap tebasan pedang yang berhasil menyayat bagian tubuhnya, sampai ia tidak bisa lagi membalas. Abdullah berlutut lemas, ia sudang tak sanggup lagi. Abdullah menundukkan kepalanya, menunggu panji perang diambil komandan selanjutnya. 

Posisi tubuhnya tetap begitu walaupun jiwanya sudah entah ke mana. Menyadari panglima terakhir gugur, salah satu pasukan muslim berinisiatif mengambil panji dari genggaman jasad Abdullah. Orang itu berteriak kepada khalayak, "Wahai umat muslim, sesungguhnya panglima terakhir kita, Abdullah bin Rawahah telah wafat". Pasukan muslim kembali hilang arah, mereka mulai pasrah, tidak ada lagi pemimpin yang bisa mengkoordinasi keadaan. Mereka pun terpaksa mundur sejenak, begitu pun pasukan lawan, memutuskan untuk gencatan senjata sejenak dan mengatur ulang strategi masing-masing.

Pada kesempatan itu, pasukan muslim mulai berunding, teringat pesan dari Rasulullah. Setelah lama berunding, juga sambil memulihkan stamina, pasukan muslim sepakat untuk menunjuk Khalid bin Walid menjadi panglima perang. Salah satu orang di antara mereka yang mempunyai pengaruh besar ketika kaum Quraisy mengalahkan pasukan muslim di medan perang, yakni pada perang Uhud, kekalahan satu-satunya umat muslim terhitung pada saat itu. Ketika Khalid masih berpihak pada kaum Quraisy. 

Khalid bukan hanya pemberani, ia juga cerdas. Ketika perang Uhud, pasukan muslim hampir menang. Kaum Quraisy yang menjadi lawannya sudah berlarian dan tampak mengakui kekalahan. Hanya saja pasukan pemanah muslim lengah, mereka yang berada di bukit justru turun untuk mengambil harta rampasan perang. Kecerdasan Khalid terbukti, melihat umat muslim sedang lengah. Ia melancarkan serangan balasan dengan pasukan kavalerinya, berputar mengitari bukit agar terlihat mundur. Padahal Khalid dan kavalerinya berbalik dan menelan setiap pasukan muslim dengan cepatnya.

Di Mu'tah inilah, pasukan muslim mengharapkan kembali kecerdasan Khalid dalam seni berperang. Diskusi panjang pun mulai terjadi lagi, semangat perang tampaknya sudah tidak ada pada wajah-wajah umat muslim, terpatahkan karena pasukan tambahan dari Madinah tak kunjung juga, ditambah melihat begitu mengerikannya panglima-panglima perang mereka gugur satu persatu. 

Semua cemas, terkecuali Khalid. Ia mulai memutar otaknya, tak lupa juga membangkitkan kembali semangat umat muslim. Khalid menyusun strategi, ia membagi pasukan muslim menjadi dua sayap, setiap sayapnya membentuk garis lurus agar tampak memanjang, kemudian ia pindahkan setiap orang yang berada di sisi kiri ke sisi kanan, yang dari depan menjadi ke belakang, begitu pun sebaliknya. Khalid berasumsi bahwa strategi tersebut dapat mempermainkan pikiran dan sugesti lawan, pasukan Romawi akan menyangka pasukan dari Madinah berhasil sampai karena melihat orang-orang muslim yang sebelumnya mereka hadapi di setiap sisi tampak berbeda, mereka menyangka orang-orang itu baru. Formasi garis lurus memanjang juga bertujuan agar pasukan muslim tampak terlihat banyak, memastikan dari sudut kiri sampai ke kanan melebar.

Perang pun dimulai kembali, kini pasukan Romawi yang memulai karena semakin yakin dengan kemenangan. Namun ternyata, permainan sugesti yang diasumsikan Khalid benar-benar terjadi. Setiap pasukan Romawi merasa keheranan ketika orang-orang yang sebelumnya mereka hadapi tampaknya berbeda. Ilusi formasi garis lurus memanjang pun mereka rasakan. Melihat pasukan Romawi yang kebingungan dan mulai terlihat rasa cemas pada wajah mereka, para pasukan muslim berseru "Pasukan dari Madinah telah sampai". Mendengar hal ini, sugesti mereka semakin dimainkan. Pasukan Romawi semakin yakin bahwa pasukan tambahan dari Madinah telah sampai. Peperangan berlanjut namun tak lama seperti sesi pertama. Panglima Romawi pun memilih realistis, karena terpengaruhi strategi Khalid, para panglima berpikiran "tadi saja hampir kewalahan, apalagi sekarang di mana pasukan muslim bertambah banyak". Pun yang dilakukan Khalid dan pasukan muslim, walaupun mereka berhasil memainkan keadaan, tapi mereka sadar, tak mungkin juga apabila Romawi memilih melanjutkan, kita akan menang. Pasukan tambahan ini hanyalah ilusi, jika perang berlanjut lama-lama Romawi juga akan menyadari. Pasukan Romawi itu 66 kali lebih banyak dari pasukan muslim, itu kenyataannya.

Maka dari itu, kedua belah pihak memilih untuk menarik pasukannya.  Pasukan muslim tidak ingin mati sia-sia dan pasukan Romawi tidak ingin lebih banyak mengeluarkan biaya dan korban. Jika di lihat dari lapangan, tampak tidak ada yang menang. Kedua belah pihak mengakui kehebatan lawannya. Namun dalam statistik dan perspektif Islam, umat muslim layak disebut pemenang, mereka berhasil bertahan dari pasukan lawan yang berjumlah 66 kali lebih banyak dari mereka. Dikabarkan juga bahwa kematian dari pasukan muslim terhitung  kurang lebih puluhan sampai ratusan, sedangkan pasukan Romawi kehilangan kurang lebih ribuan pasukan. Walaupun secara statistik menang, umat muslim jangan tak membuang muka. Andai pertempuran terus berlanjut hingga ditentukannya pemenang, jelas pasukan Romawi memiliki kemungkinan yang sangat besar untuk menang. Tetapi sepulangnya pasukan ke Madinah, Rasulullah tidak begitu. Ia tidak menunggu kabar kemenangan, melihat sisa pasukan yang sampai dengan selamat saja Beliau sudah sangat bahagia dan terharu. Walaupun tidak adanya pemenang pada pertempuran Mu'tah, namun kredibilitas umat muslim di mata dunia khususnya di jazirah Arab meningkat pesat. Timur tengah menjadi gempar dan terheran-heran mengenai bagaimana pasukan Muhammad bisa-bisanya selamat dari terkaman raksasa Imperium Romawi. Maka dari itu,peristiwa perang Mu'tah sendiri menjadi modal yang baik pada perkembangan dakwah umat islam setelahnya. Pasca perang Mu'tah terjadi, banyak bangsa-bangsa yang berpikir dua kali jika hendak menghadapi umat muslim, adapun yang memilih melawan, mereka pulang dengan kata "kalah". Ada juga yang ketika pulang tak sempat memberikan kabar kekalahan karena kekuasaannya telah diambil alih.

Perang Mu'tah merupakan peperangan yang melibatkan antara pasukan muslim dan pasukan Romawi yang terjadi di salah satu kampung negeri Syam bernama Mu'tah. Perang tersebut dilatarbelakangi oleh peristiwa pembunuhan utusan Rasulullah oleh penguasa Romawi. Merespons tindakan tersebut, pasukan muslim bergerak menuju Mu'tah dengan kekuatan 3000 pasukan. Mendengar kabar umat muslim bergerak ke wilayahnya, pasukan Romawi menyambut mereka dengan 200.000 tentara yang siap perang. Pertempuran berlangsung lama dan berakhir seri, kedua belah pihak tidak mengakui kekalahan dan menyatakan kemenangan berdasarkan perspektif masing-masing.

Sumber

Rohmah, T. (2020). Strategi Peperangan Khalid Bin Walid Dalam Perang Mu'tah Dan Perang Yarmuk (Doctoral dissertation, IAIN).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun