Mohon tunggu...
Mahesa Febra Adhitya
Mahesa Febra Adhitya Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Masak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Faktor Risiko Stunting pada Anak Usia 12-59 Bulan

27 Januari 2023   20:10 Diperbarui: 27 Januari 2023   20:08 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

       Pemberian ASI ekslusif sangat erat kaitannya dengan kejadian stunting, anak yang tidak mendapatkan ASI eksklusif akan memiliki risiko mengalami stunting lebih tinggi.ASI ekslusif mengandung protein yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh. Asupan gizi yang memadai sangat dibutkan oleh balita dalam rangka mencapai pertumbuhan yang optimal.Selain sebagai sumber nutrisi optimal, pemberian ASI ekslusif selama 6 bulan pertama kehidupan dan dilanjutkan hingga 2 tahun, memiliki efek perlindungan terhadap morbiditas dan mortalitas terkait diare dengan mengurangi paparan pathogen yang ditularkan melalui air.Namun pemberian ASI ekslusif yang diberikan sampai usia 6 bulan setelahnya harus di ikuti dengan pemberian makanan tambahan, karena kebutuhan nutrisi bayi tidak tercukupi dengan ASI saja, balita yang mendapatkan ASI ekslusif saja setelah 6 bulan tanpa makanan pendamping sampai lebih dari 1 tahun, akan berpeluang memiliki risiko stunting 2,77 kali lebih tinggi dibandingkan dengan anak yang mendapatkan ASI ekslusif dan mendapatkan suplementasi makanan pada usia 6 bulan ke atas.Dalam penelitian ini anak dengan riwayat infeksi memiliki risiko 3,66 kali mengalami stunting dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat infeksi. Asupan makanan yang tidak memadai dan infeksi memiliki efek langsung terhadap kejadian stunting. Diperkirakan setengah dari kasus kekurangan gizi disebabkan oleh infeksi parasite usus yang berulang karena kurangnya air minum yang aman dan layak bagi anak,sanitasi yang tidak memadai, kebersihan pribadi yang buruk dan sanitasi lingkungan yang tidak memadai.Anak-anak dengan pathogen enteric mengalami inflamasi enteric dan penurunan pertumbuhan linier, bahkan ketika anak tidak mengalami diare. Infeksi lain yang sering di alami oleh anak adalah ISPA, anak dengan riwayat ISPA memiliki risiko 3 kali lebih mungkin mengalami stunting dibandingkan anak tanpa riwayat ISPA.Anak dengan ISPA memiliki gangguan metabolisme akibat peradangan yang terjadi di dalam tubuhnya. Kondrosit dalam tulang akan terpengaruh sehingga akan berdampak pada proses pembentukan tulang. Di saat anak berusia dibawah lima tahun merupakan fase pertumbuhan dan perkembangan yang berlangsung cepat dan dianggap penting, karena di saat anak memasuki usia sekolah, proses ini menjadi mulai menurun, sehingga apabila anak memiliki riwayat penyakit ISPA maka pertumbuhan dan perkembangan anak akan terganggu.Berbeda dengan penelitian yang dilakukan di Surabaya menunjukkan hasil bahwa riwayat penyakit infeksi bukan merupakan faktor risiko terhadinya stunting.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun