Fenomena yang cukup banyak terjadi selama beberapa tahun terakhir yaitu adalah perceraian. Dengan banyaknya informasi mengenai perceraian, ditambah lagi banyak pula para public figure yang mengalami perceraian. Terdapat beragam alasan fenomena perceraian itu terjadi. Dilansir databoks.co.id penyebab terjadinya perceraian pada tahun 2021 menurut data Badan Peradilan Agama terbanyak adalah perselisihan dan pertengkaran, yang kedua masalah ekonomi, lalu masalah meninggalkan salah satu dengan alasan tertentu. Dari masyarakat umum, terdapat reaksi yang diberikan dalam menanggapi fenomena perceraian yang cukup banyak terjadi ini. Ada sebagian masyarakat yang menyayangkan tindakan kedua orang tuanya dalam melakukan perceraian dengan dasar perhatian terhadap keberlangsungan hidup anak-anaknya dimasa yang akan datang. Ada pula masyarakat yang mendukung perceraian tersebut dengan dasar pengetahuan terhadap konfliknya dan merasa wajar perceraian itu terjadi.Â
Namun, yang menjadi sorotan paling banyak adalah keberlangsungan kehidupan anak-anaknya. Perceraian orang tua bisa sangat mempengaruhi cara pandang seorang anak dalam kehidupannya sehari-hari atau bahkan kehidupannya di masa yang akan datang. Hal ini berkaitan dengan kondisi psikologis anak dalam dirinya. Banyak terjadi pada anak yang mengalami perceraian orang tua yang memiliki kondisi mental yang tidak stabil. Jika sang anak masih duduk dibangku sekolah dan memiliki kondisi mental yang seperti itu, hal itu bisa sangat mempengaruhi performa anak di dalam dunia pembelajaran dan prestasinya di lingkungan akademik. Bagaimana keterkaitan antara perceraian orang tua dengan prestasi akademik anak?, Apa saja faktor yang membuat perceraian tersebut menjadi hal yang mengganggu bagi kehidupan anak?, Bagaimana dampaknya antara perceraian orang tua dengan performa anak dalam dunia akademik?, dan Bagaimana upaya yang bisa dilakukan agar anak bisa tetap memiliki prestasi secara akademik walaupun dengan latar belakang keluarga yang bercerai?
Keluarga adalah salah satu unsur pokok dalam masyarakat. Terbentuk dari perkawinan antara dua insan yang memiliki ikatan hukum. Terdiri dari ayah,ibu dan anak yang memiliki peranan masing masing sebagai unit terkecil dalam masyarakat. Bersatu dengan tujuan dan keinginan untuk membina keluarga yang tenang, tentram, saling mempercayai kekal dan bahagia,berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Pokok Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 pasal 1 "Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa".
Berdasarkan data yang disajikan dari Laporan Pelaksanaan Kegiatan Tahun 2023 Pengadilan Agama Bandung, faktor-faktor penyebab perceraian antara lain adalah perselisihan dan pertengkaran terus-menerus, masalah ekonomi, dan meninggalkan salah satu pihak. Dalam  hal  ini  perceraian  yang  terjadi  akan  menimbulkan  dampak  negatif  terhadap  suami, istri, dan anak. Paling merasakan dampak dari perceraian ini adalah  anak-anak. Keterkaitan antara perceraian orang tua dengan prestasi akademik anak dapat menjadi kompleks dan dipengaruhi oleh berbagai faktor. Perceraian sering kali menyebabkan stres dan ketidakstabilan emosional pada anak, yang pada akhirnya dapat mempengaruhi konsentrasi dan fokus belajar mereka. Perubahan besar dalam lingkungan dan rutinitas keluarga pasca-perceraian juga dapat mengganggu kestabilan dan keamanan anak, yang akan mempengaruhi motivasi dan keterlibatan mereka dalam pelajaran.
Keluarga ideal selalu didasari oleh keharmonisan dan keharmonisan dalam keluarga, ketika setiap anggota keluarga bahagia, ditandai dengan terpenuhi hak dan kewajiban keluarga, membangun hubungan keluarga yang baik, ramah, penuh kasih sayang terhadap istri dan anak. Dan memberikan teladan nyata bagi anak. Sebab apa yang didengar, dilihat dan dirasakan anak ketika berinteraksi dengan orang tuanya akan meninggalkan kesan yang membekas dalam ingatannya. Oleh karena itu, anak sangat membutuhkan kerukunan dan keharmonisan dalam keluarga, karena keluarga merupakan satu-satunya tempat atau lingkungan alami yang dapat dimanfaatkan untuk mendidik anak dengan baik dan benar.Â
Dalam hal ini, keluarga memegang peranan yang sangat penting sebagai motivator dalam pendidikan anak. Senantiasa memberikan dorongan untuk semangat belajar, terutama saat belajar di rumah, untuk menunjang keberhasilan akademik. Peran orang tua inilah yang harus diperhatikan dalam kehidupan untuk menciptakan generasi yang berguna bagi masa depan. Makna keluarga bagi anak adalah tempat perlindungan, kasih sayang, perhatian dan pemberi semangat bagi kesuksesan masa depan anak.
 Dukungan emosional dan bimbingan dari orang tua setelah perceraian sangat penting bagi kesejahteraan emosional dan prestasi akademik anak. Selain itu, masalah ekonomi yang muncul sehubungan dengan perceraian juga dapat membatasi akses anak terhadap sumber daya pendidikan, sementara konflik internal dan stigma sosial juga bisa mempengaruhi kinerja akademik mereka. Baik orang tua dan pengajar harus memberikan dukungan ekstra kepada anak-anak yang mengalami perceraian di rumah, menciptakan lingkungan yang aman, stabil, dan penuh kasih sayang untuk membantu mengurangi dampak negatif perceraian pada prestasi akademik anak.
Perceraian orang tua berdampak besar pada kemampuan akademik anak. Anak-anak sering kesulitan menyesuaikan diri dengan perubahan keluarga tersebut, yang mengganggu konsentrasi dan motivasi mereka dalam belajar, bahkan menurunkan prestasi akademik mereka. Stres dan tekanan emosional dari perceraian juga dapat mengganggu kinerja akademik dan kualitas hidup secara keseluruhan. Selain itu, perubahan lingkungan dan ketergantungan yang berlebihan pada satu orang tua juga dapat mempengaruhi prestasi akademik dan kualitas hidup anak. Tidak hanya itu, perceraian juga mempengaruhi perkembangan sosial anak, menyulitkan interaksi dengan teman-teman dan orang lain. Dalam pendidikan, dukungan dari orang tua dan guru sangatlah penting untuk membantu anak-anak mengatasi dampak perceraian, menyesuaikan diri dengan perubahan, dan mencapai prestasi akademik yang optimal.
Hal yang perlu kita ketahui bahwa perceraian ini cukup banyak terjadi selama beberapa tahun terakhir, perselisihan atau pertengkaran dan masalah ekonomi menjadi salah faktor tertinggi dalam alasan perceraian. Adanya masalah tentu dampaknya dan yang paling banyak diperbincangkan adalah keberlangsungan hidup anak-anaknya. Perceraian orang tua bisa sangat mempengaruhi cara pandang seorang anak dalam kehidupannya baik itu positif maupun negatif. Hal ini berkaitan dengan kondisi diri anak dan psikologis nya.. Anak-anak menjadi topik yang sering diperbincangkan karena perceraian orang tua dapat memberikan pengaruh yang signifikan terhadap cara pandang anak dalam menjalani kehidupannya.Â
Dengan begitu penting bagi orang tua dan pihak terkait untuk memberikan dukungan dan perhatian ekstra kepada anak-anak dalam situasi ini, guna membantu mereka mengatasi perubahan dan tantangan yang muncul akibat perceraian.Perceraian bukanlah akhir dari segalanya. Dengan dukungan orang sekitar dan langkah yang tepat, anak bisa melewati masa sulit jika terus diawasi. Perceraian bisa menjadi awal yang baru untuk menata kembali masa depan Mungkinkah mempertahankan pernikahan lebih baik daripada bercerai? Semua tergantung situasi dan komitmen masing-masing pasangan.Â
Namun menjadi orang tua yang baik, bijak, dan suportif bukanlah pilihan namun hal yang harus diterapkan. Perceraian yang dilakukan orang tua tidak hanya memberikan dampak pada mereka saja, tetapi pada psikologis anak. Dimana kebanyakan anak yang tumbuh dari perceraian orang tua memiliki kondisi mental yang tidak stabil. Mel Krantzler sebagai koselor perceraian mencatat bahwa perceraian adalah masa transisi yang menyedihkan bagi kebanyakan orang. Masa transisi ini dinilai sulit terkait dengan ekspektasi masyarakat terhadap perceraian. Perceraian dapat memiliki dampak negatif terhadap anak, antara lain meningkatkan risiko masalah kesehatan mental dan gangguan perilaku. Selain berpengaruh kepada gangguan mental dan perilaku,perceraian orang tua juga dapat berpengaruh kepada prestasi anak,seperti turunnya minat untuk belajar,merasa pendidikan tidak menjamin kesetiaan dalam hubungan,turunnya keaktifan anak saat pembelajaran.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H