Lem, yang biasanya termasuk dalam kategori termoset, cenderung mengeras saat dipanaskan. Ini terjadi karena ketika terkena panas, molekul-molekul pada lem mengalami reaksi kimia yang disebut polimerisasi silang. Reaksi ini membuat struktur molekular lem menjadi jauh lebih kuat dan tidak bisa kembali seperti semula.Â
Sebagai contoh, ketika lem terpapar panas, molekul-molekulnya bereaksi membentuk ikatan yang sangat kuat, sehingga lem mengeras dan menjadi permanen.Â
Sementara itu, plastik, yang biasanya termasuk dalam kategori termoplastik, justru meleleh saat terkena panas. Hal ini terjadi karena molekul-molekul pada plastik menjadi lebih bergerak dan dapat bergeser satu sama lain ketika dipanaskan. Ini membuat plastik menjadi lembek dan bisa dibentuk ulang. Ketika plastik didinginkan kembali, molekul-molekulnya akan kembali ke posisi semula dan plastik akan kembali ke bentuk semula.Â
Jadi, perbedaan reaksi antara lem dan plastik ketika terkena panas terletak pada sifat dasar mereka sebagai material polimer, yaitu sifat termoset dan termoplastik yang memengaruhi cara mereka bereaksi terhadap suhu tinggi.
Kesimpulannya, sobat! Perbedaan sifat antara plastik dan lem ketika terkena panas, meskipun keduanya polimer, disebabkan oleh sifat unik yang memengaruhi reaksi kimianya. Jadi, berbeda sifat, berbeda juga reaksi yang terjadi! Hehehe, seru ya!
Referensi :
Guo, Q. (2017). Â Thermosets : Structure, Properties, and Applications. UK : Elsevier Science.
Rochmadi., Permono, A. (2018). Mengenal Polimer dan Polimerisasi. Yogyakarta : UGM Press.Â
Xavier, S.F. (2022). Â Thermoplastic Polymer Composites : Processing, Properties, Performance, Applications, and Recyclability. USA : Wiley.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H