Mohon tunggu...
Mahesa AlifAlMuntadzor
Mahesa AlifAlMuntadzor Mohon Tunggu... Lainnya - ...

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Teks Kritik Film "Breaking Bad"

29 Maret 2021   09:00 Diperbarui: 29 Maret 2021   09:07 461
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebuah tragedi bisa merubah orang menjadi monster, itulah cerita yang terus ditekankan oleh drama kejahatan Breaking Bad. Seri TV yang ditulis dan diproduksi oleh Vince Gilligan ini meledakkan hampir semua penikmat film dan seri TV dari seluruh dunia. Menjelang episode-episode terakhir dari seri TV fenomenal ini, hype dari para penonton memang tak terbelenggu.

Cerita mengisahkan Walter White, seorang guru kimia yang divonis kanker paru-paru. Lebih parahnya lagi, pada saat itu rumah tangga Walt juga  sedang mengalami krisis keuangan. Walt pun kebingungan dan takut untuk memberitahu keluarganya perihal penyakitnya tersebut. Pada suatu waktu, Walt diajak Hank, yaitu saudara tirinya untuk menemani menggeledah sebuah rumah yang diduga sedang melakukan aktivitas pemasakan metamfetamina atau meth. 

Walt melihat saudaranya dari kejauhan sedang menginterogasi seseorang dari kaca mobil. Tak disangka-sangka, saat Walt sedang melamun, ia melihat Jesse Pinkman, seorang pelajar yang dulunya ia ajari di sekolah. Walt pun akhirnya mengikuti Jesse. Setelah Walt membujuk Jesse untuk bicara, akhirnya Walt tahu bahwa Jesse juga seorang drug dealer. Plot twist, Walt pun memutuskan untuk menjadi partner Jesse dalam bidang meth.  

Karena kemampuan Walt yang mampu membuat meth dengan kejernihan yang sampai 99.1%, Walt pun memperluas distribusinya dengan bekerja sama dengan beberapa karakter besar seperti Tuco, Gustavo Fring, dan Jack.

Breaking Bad dapat terbilang menjadi salah satu seri TV beralur lambat. Penonton belum disuguhi dengan ketegangan-ketegangan yang diharapkan. Namun, di Breaking Bad, hal ini adalah hal positif yang justru membuat sukses. Di musim pertama, penonton dapat menilai dan memberi simpati kepada Walt. Penonton dihipnotis untuk memaafkan perbuatan Walt dikarenakan beban yang ia jalani. Musim pertama juga merupakan definisi dari start-off yang sangat sempurna. Episode-episode musim 1 bagian A membangun suspensi untuk klimaks episode akhir dimana penonton dipertemukan dengan karakter-karakter yang sangat rumit. 

Musim ke-2 dimulai dengan adegan yang sangat intens, karena pada episode pembukaan penonton langsung diberi porsi aksi yang sangat menegangkan. Pada episode awal, Walt diberi peringatan di dunia kejahatan untuk pertama kalinya, karena antagonis dari musim ini, Tuco, memang terbilang mempunyai emosi yang tidak stabil.  Musim ke-2 ini sangat spesial, karena disinilah pertama kalinya karakter yang sangat disimpati oleh penonton pertama kali berubah menjadi seorang monster. Pada season ini juga, penonton mulai meragukan dari si jenius Walter White. 

Musim ke-3 dari seri TV fenomenal ini lebih mengangkat konsep Butterfly Effect, dimana suatu kejadian dapat menyebabkan kejadian lain yang lebih besar. Pada musim ini, Walt sudah mendapatkan julukan criminal name terkenal sekaligus alter-ego-nya yaitu Heisenberg. Walt sudah memasuki tahap "terlalu jauh untuk menyerah". Penulis bisa jamin, jika kamu memutuskan untuk menonton Breaking Bad dan sudah memasuki Season 3, kamu akan terbawa pada emosi rollercoaster. Disini, penonton sudah dibuat bingung, "Apakah Walt benar-benar karakter protagonis?" 

Musim ke-4, bisa dibilang musim di mana Walt sudah mulai untuk memikirkan dirinya sendiri dan tidak peduli lagi dengan partner-nya Jesse. Di sini, Walt sangat sering mengguna-gunakan Jesse. Walt yang kita kenal dari musim pertama rasanya sudah menjadi bayangan saja. Musim ke-4 ini adalah playground-nya Walt. Bahkan, sekarang ia sudah mempunyai "Meth Empire"--nya sendiri. 

Akhirnya, kita sampai juga pada musim ke-5. Pada episode awal dari musim ke-5, Walt yang kita kenal sudah benar-benar hilang. Penonton pun mulai berganti pihak. "I did it for me, i liked it, i was good at it, i was alive" itulah kata-kata simpel yang mendeskripsikan Walt pada musim penutup ini. Ia sudah tidak peduli dengan semua orang disekitarnya lagi.

*Kesimpulan

Rollercoaster dari cerita yang disuguhkan oleh Breaking Bad pada setiap karakternya benar-benar membuat penonton untuk melihat dari dua sisi cerita. Breaking Bad menawarkan kisah drama yang sangat rapih dan detail. Banyak sekali scene yang membuat penonton menyilangkan jari mereka. Sebuah cerita dari guru kimia yang menjadi kingpin ini ditulis dengan sangat sempurna.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun